NovelToon NovelToon
Keikhlasan Cinta

Keikhlasan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Angst
Popularitas:51.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.

Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.

Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.

Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Puluh Dua

"Jangan berpura-pura, Nia! Jika kamu memang tak mengatakan apa-apa tak mungkin Khanza pergi dari rumah ini!" seru Dipta.

"Khanza pergi dari rumah?" Vania bertanya dengan raut wajah terkejut.

"Jangan main-main, Nia! Aku tahu kamu tahu apa yang terjadi!" Dipta menatap Vania dengan mata yang tajam, suaranya penuh dengan kemarahan. "Kamu pasti mengatakan sesuatu pada Khanza, membuat dia pergi dari rumah ini!"

Vania mengangkat tangan, berusaha menenangkan Dipta. "Dipta, aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku tidak mengatakan apa-apa pada Khanza. Aku tidak tahu kenapa dia pergi!" Vania berusaha terlihat jujur, tapi Dipta tidak yakin.

"Aku tidak percaya, Nia. Aku tahu kamu tidak ingin aku dan Khanza bersama. Kamu pasti melakukan sesuatu untuk memisahkan kami!" Dipta menuduh, suaranya semakin keras.

Mendengar tuduhan dari Dipta, membuat emosi Vania memuncak. Dia baru saja pulang dan dalam keadaan lelah, bukannya bisa beristirahat dengan tenang, justru dia mendapatkan tuduhan yang bukan-bukan.

Vania lalu menghentakkan tangannya sehingga cengkeraman Dipta terlepas. Pergelangan tangannya tampak memerah. Pria itu melihat dengan sedikit penyesalan. Tanpa di duga tangan itu terangkat dan langsung menampar wajah Dipta.

Dipta sangat terkejut. Dia tak menyangka jika Vania sanggup melakukan itu. Dia memandangi wajah gadis itu dengan wajah memerah menahan marah. Tangannya terkepal menahan emosinya.

"Jaga ucapanmu! Aku tak pernah mengatakan apapun pada Khanza. Kemaren kau menuduhku menghasut Tante Lily, hari ini kau menuduh'ku lagi. Apa kau pikir aku sejahat dan se licik itu? Jika memang aku ingin mengusir Khanza, telah aku lakukan dari kemarin-kemarin!" seru Vania dengan suara penuh penekanan.

Wajah Dipta masih memerah karena tamparan Vania, tapi dia tidak membalas. Dia menahan emosinya, mencoba memahami kemarahan Vania. "Aku ... aku tidak bermaksud menyakiti kamu, Nia,"

Dipta mencoba meminta maaf, suaranya masih bergetar karena emosi. Tapi Vania tidak mau mendengarkan.

"Tidak perlu meminta maaf! Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak licik atau kejam. Aku hanya ingin kebaikan untuk kamu dan Khanza, tapi sepertinya kamu tidak percaya pada aku lagi."

Vania menatap Dipta dengan mata yang berkaca-kaca, suaranya penuh dengan kesedihan dan kemarahan. Tak menyangka pria yang menjadi sahabatnya lebih dari sepuluh tahun begitu tega menuduhnya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kamu, Dipta. Tapi aku tahu bahwa aku tidak akan diam saja jika kamu terus-menerus menuduh aku tanpa bukti." Vania berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Dipta yang masih berdiri dengan wajah memerah dan hati yang berat.

Dipta hanya terdiam di tempatnya berdiri. Tak tahu harus melakukan apa. Dia menarik rambutnya, frustasi atas apa yang sedang terjadi.

"Maaf Vania, aku tak tau bagaimana perasaan ini. Aku ingin percaya padamu, tapi semua yang terjadi justru mengarah pada kesalahanmu. Sejak Mama mengatakan kau yang pantas untukku, semua menjadi kacau."

Dipta masuk ke dalam mobil. Tak ada niatnya untuk membuat Vania memaafkan kesalahannya. Dia membiarkan gadis itu marah. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, bagaimana cara menemukan Khanza.

Vania sedikit berlari masuk ke rumah. Dia langsung menuju kamar Khanza untuk memastikan apa yang dikatakan Dipta benar, jika Khanza pergi. Tak melihat wanita itu ada di kamar, dia langsung menemui bibi yang masih menangis di dapur.

"Bi, apa benar Khanza pergi dari rumah?" tanya Vania.

Bibi mengangguk, dengan masih terisak. "Ya, Mbak Nia. Mbak Khanza pergi tanpa pamit. Bibi tidak tahu apa yang terjadi, tapi Bibi merasa sangat bersalah karena tidak bisa menahannya."

Vania merasa terkejut dan khawatir. "Apa yang terjadi, Bi? Mengapa Khanza pergi?" tanya Vania.

Bibi menggelengkan kepala. "Bibi tidak tahu, Mbak Nia. Bibi hanya tahu bahwa dia meninggalkan rumah ini tanpa mengatakan apa-apa."

Vania merasa sedih dan khawatir. Dia tidak menyangka bahwa Khanza akan pergi seperti itu. "Aku harus menemukannya, Bi. Aku harus tahu apa yang terjadi padanya."

"Ya, Mbak Nia. Kasihan Mika, harus di jalan malam-malam begini," ucap Bibi.

"Bi, tolong katakan pada Mang Udin untuk menyiapkan mobil. Aku mau mandi dulu," ucap Vania.

Vania lalu masuk ke dalam kamarnya. Dia mau membersihkan diri dulu sebelum pergi mencari keberadaan Khanza.

Vania masuk ke dalam kamarnya dan langsung menuju ke kamar mandi. Dia menyalakan air hangat dan mulai membersihkan diri.

Sementara itu, dia tidak bisa menghilangkan pikiran tentang Khanza dan Dipta. Dia masih merasa kesal dengan tuduhan Dipta sebelumnya, tapi yang lebih penting sekarang adalah menemukan Khanza.

Setelah selesai mandi, Vania mengenakan pakaian yang nyaman untuk perjalanan. Dia lalu keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang tamu, di mana Bibi sudah menunggu dengan kabar bahwa Mang Udin sudah siap untuk mengantarnya.

"Siap, Bi. Aku mau pergi mencari Khanza sekarang," ucap Vania. Bibi mengangguk dan memberikan Vania dompet serta kunci mobil.

"Hati-hati, Mbak Nia. Tolong temukan Khanza dan pastikan dia baik-baik saja," ucap Bibi. Vania mengangguk dan memeluk Bibi sebelum keluar dari rumah.

Dia lalu meminta Mang Udin untuk segera menjalankan mobil. Tujuan pertama adalah kos yang dulu pernah Khanza tempati. Jaraknya sekitar dua jam perjalanan.

"Tujuan pertama kita adalah kos Khanza yang lama, Mang. Tolong bawa saya ke sana," ucap Vania. Mang Udin mengangguk dan menjalankan mobil.

Selama perjalanan, Vania terus memikirkan Khanza dan apa yang mungkin terjadi padanya. Dia berharap bisa menemukan Khanza di kosnya dan memastikan bahwa dia baik-baik saja. Waktu berlalu dengan cepat, dan setelah dua jam perjalanan, mobil akhirnya tiba di depan kos Khanza.

Vania langsung keluar dari mobil dan menuju ke pintu kos. Dia mengetuk pintu dan menunggu jawaban. Setelah beberapa saat, pintu kos dibuka oleh seorang wanita muda. "Apa yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu. Vania langsung menjelaskan situasinya.

"Maaf, saya mencari saudara saya. Dulu dia ngekos di sini. Saya pikir dia kembali ke sini lagi," ucap Vania dengan suara pelan.

"Maaf, Mbak. Tak ada yang namanya Khanza. Saya sudah ngekos di sini hampir enam bulan," jawab wanita muda itu.

"Sekali lagi maaf. Saya salah. Saya pamit dulu. Maaf karena telah mengganggu istirahatnya," ucap Vania.

Vania lalu pergi meninggalkan kos itu. Dia meminta Mang Udin untuk menjalankan mobil. Tapi dia sendiri belum tahu kemana mencari Khanza.

"Khanza, kau di mana? Seandainya kau memang tak betah lagi tinggal denganku, kenapa harus pergi diam-diam? Kenapa tak pamit dulu?" tanya Vania dalam hatinya.

1
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Yuliana Tunru
itu lbh bqik khanza berguna untuk byk orang dan kau tqk merasa sendiri mika punya klga besar hingga tak kekutangan kasih sayang
Ma Em
Alhamdulillah Kanza dan Mika sdh aman dan nyaman tinggal dipanti semoga Kanza selalu dipenuhi dgn kebahagiaan meskipun tinggal di panti .
Sugiharti Rusli
dia bisa saling membagi tugas dan waktu nanti di panti sambil bekerja
Sugiharti Rusli
karena semakin besar nanti kebutuhan Mika juga bertambah dan Khanza harus menyiapkannya dengan seksama dari sekarang
Sugiharti Rusli
karena yang terpenting sekarang keamanan dan kenyamanan Mika terjamin kalo suatu saat dia harus bekerja yang sesungguhnya demi masa depan Mika yah
Sugiharti Rusli
semoga Khanza dan Mika bisa mulai menguntai masa depan mereka dari panti yang sederhana itu yah
Sugiharti Rusli
bagus deh ternyata Khanza dan Mika berada di tempat yang tepat sekarang
🌷💚SITI.R💚🌷
amg me jadik kadang pahala buat kamu ya khanza dengan kamu mengabdikan diri kamu di panti
Patrick Khan
.kabar teman kanza yg jahat 3 orang itu apa kabar ya., kok anteng hidup nya
🌷💚SITI.R💚🌷
sabar ya vania,,banti akan ada pelangi setelah hujan,,walau pelangi itu akan selalu ada setelah hujan.tp kecerahan akan ada ,begitu jg akan kebahagiaan kamu di masa depan..
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt
Sugiharti Rusli
dia belum tahu saja kalo itu terakhir kalinya Vania mengunjunginya, setelah ini entah apa mereka akan bertemu lagi
Sugiharti Rusli
padahal tanta Lily mengatakan sayang sama Vania, tapi juga yang membuat Vania dituduh yang tidak" oleh Dipta putranya sendiri
Sugiharti Rusli
kasihan Vania korban dari perbuatan ibunya Dipta yah
Sugiharti Rusli
nanti suatu saat dia pasti akan menyesal telah menuduh Vania yang tidak pernah dia lakukan
Sugiharti Rusli
karena cinta buta membuat pikiran Dipta juga tertutup tuk berpikir jernih yah
Sugiharti Rusli
dan sepertinya dia juga ga berkeinginan memperlihatkan ke Dipta cctv di rumahnya
Sugiharti Rusli
gegara hal ini dia jadi korban amukan ga berdasar si Dipta kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!