NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta - 32

...Kenapa manusia bisa merasakan cinta? Karena kalau tidak, hidup ini tak akan terasa sempurna. ...

***

Dari tadi matanya tak berhenti melihat ke rumah di depannya. Berharap jika ia lah orang pertama yang akan bertemu Rai ketika sampai nantinya.

Jarinya tak berhenti bergerak dan menciptakan irama yang teratur. Gerakan yang biasa Rey lakukan ketika ia tengah menunggu sesuatu dengan gusar.

"Dia sampe jam berapa, ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Tapi yang pasti, Rai memang akan pulang hari ini. Makanya ia menunggu untuk sekedar menyapanya lagi.

"Kak, kata Ibu, tuh! Dari tadi di kamar terus, heran. Biasanya juga selalu keluar kalau libur." Ucap Renata yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

"Ada apa emangnya, Ren? Ibu butuh bantuan?"

Renata mulai melangkah ke arahnya yang sedang berdiri di balkon kamar. Mengambil posisi yang sama di sampingnya, sembari melihat arah pandang Sang Kakak.

"Kenapa ngeliatin terus rumah Kak Rai? Rumahnya 'kan sekarang lagi kosong-"

Pikiran Renata sedang berburuk sangka kepada Kakaknya. Maka dengan mata yang melotot lebar, dengan tangan menutup mulutnya, Renata berkata. "Kakak mau maling ke rumah Kak Rai?"

Rey tersenyum sangat lebar ke arah Adiknya yang pikirannya sudah tercemari oleh Angkasa. Dan senyuman yang Rey tunjukkan itu membuat Renata ketakutan. Pasalnya senyum itu mirip dengan badut di film horor luar negeri yang pernah ia tonton kemarin.

"Kamu diajarin apa aja sama Angkasa, hm?"

"Diajarin ngepet." Ucapnya sembari mengangkat jempol tangannya dengan bangga.

"Si Angkasa jadi babinya, ya?"

"Oh, benar sekali!"

Setelahnya mereka tertawa bersama, apalagi ketika membayangkan Angkasa jadi babi berwarna hitam berkeliaran di tengah malam.

Hingga akhirnya tawa mereka terhenti ketika mendengar suara Rai yang baru saja sampai dari bawah. "Kalian lagi ngetawain apa?"

Rey lupa jika diamnya ia disini untuk menunggu Rai pulang. Maka dengan segera, ia turun ke bawah untuk menghampiri Rai disana. Meninggalkan Renata yang melihat interaksi keduanya dari atas.

Rasanya semangat Rey kembali membara ketika melihat Rai ada di hadapannya.

Ia rindu kepada pemilik mata bernetra hitam yang selalu memberinya tatapan hangat. Juga dengan suaranya yang selalu berhasil membelai jiwanya dengan lembut.

"Lo..apa kabar?"

Rai selalu tersenyum ketika ditanya tentang kabar. "Aku baik, alhamdulillah. Kamu sendiri gimana?"

"Sama, kok!"

Rai mengangguk-anggukan kepalanya.

"Btw, tentang rasa suka yang lo tanyain waktu itu-"

"Ah! Aku bawa oleh-oleh buat kamu, bentar." Potong Rai yang tidak ingin membahas hal yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan.

Dan Rey hanya terkekeh ringan melihat bagaimana Rai mengalihkan pembicaraan.

Kekehannya semakin meredam ketika Rai membawa satu kardus besar yang entah isinya apa.

"Nih, oleh-olehnya."

"Buat gue semua? Gak kebanyakan ini?"

Rai menggeleng. "Enggak. 'Kan di rumah kamu ada Ibu sama Renata."

"Iya, deh. Makasih banyak btw."

Tepat ketika Rai menganggukkan kepala, ada Angkasa yang baru datang dengan motornya. Setelah melepas helm dan menyisir rambut hitamnya dengan tangan, Angkasa berlari kecil menghampiri kedua temannya dengan senyum lebar. padahal ketika bertemu Rai di jalan, wajahnya terlihat muram. Secepat itu Angkasa bisa mengubah perasaan.

"Lagi ngobrolin apa? Ikutan!" Ucapnya dengan semangat.

"Yeuh! Kak Angkasa, ih! Ngerusak suasana aja. Mereka tuh lagi kangen-kangenan. Kakak kesini aja deh temenin Renata!" Dari tadi Renata belum meninggalkan tempatnya. Ia memperhatikan bagaimana Kakaknya berinteraksi di bawah sana, juga memperhatikan Rai yang terlihat berbeda dari biasanya, karena gaya rambutnya yang tergerai sempurna dengan poni yang membuat wajahnya semakin paripurna.

"Oh, siap baginda ratu! Saya otw kesitu."

Angkasa langsung berbalik badan dan melangkah ke dalam. Tapi di tengah jalan, Rey langsung menghentikannya begitu saja.

"Bantuin gue bawa ini, Sa! Berat."

Setelah Angkasa berhasil masuk ke dalam dengan kardus besar yang ada di pelukan, Rey juga mulai pamit untuk menyusul Angkasa ke dalam. Karena ketika melihat wajah Rai yang kelelahan membuatnya tak tega untuk meminta waktu untuk sekedar berbagi kata.

Rai pasti ingin mengistirahatkan dirinya.

***

Benar 'kan. Rai pasti ingin istirahat. Buktinya saja, ketika ia masuk ke dalam kamar, terlihat di sebrang ruang sana, ada Rai yang sedang tidur dengan pakaian rumahannya.

"Demi apa banyak seblaknya, dong! Renata mau ya, Kak!"

Renata memang menyukai makanan berkuah pedas itu, makanya ia begitu antusias ketika menemukannya. Apalagi jumlahnya sangat banyak.

"Ambil aja."

Dengan girang perempuan bersurai hitam itu membawa seblak instan untuk ia makan.

Tinggallah Angkasa di kamarnya yang sedang menelentangkan tubuh di atas ranjang sembari memainkan handphonenya dengan tenang.

Rey mulai mendekat ke arah teman rasa saudaranya itu. "Lo udah ngobrol 'kan sama Ayah lo?"

Mendapat pertanyaan itu membuat Angkasa menghentikan gerakannya, dan menjatuhkan handphonenya begitu saja ke samping tubuhnya. Lalu helaan napas terdengar setelahnya.

"Udah, tapi rasanya obrolan itu cuman omong kosong aja."

Rey mengangkat sebelah aslinya. "Omong kosong gimana maksud lo?"

Angkasa mulai bangkit dari posisinya dan duduk dengan tegak si samping Rey. "Dia bohong. Masa nikah lagi karena disuruh Ibu, sih? Masuk akal emang? Secara 'kan status mereka belum bercerai."

"Masuk akal, Sa."

Angkasa menatap tak percaya kepada Rey yang mengeluarkan suara. Masuk akal darimananya?

Rey yang sudah mengerti tatapan Angkasa langsung melanjutkan kalimatnya. "Mungkin waktu itu Ibu lo udah ngerasain kalau dirinya bakal pergi? Dan sebelum itu terjadi, beliau gak mau ninggalin lo sama bokap lo dengan keadaan hancur, karena gak ada peran perempuan di dalamnya. Lo tau 'kan lelaki tanpa perempuan itu gimana? Makanya, beliau nyuruh bokap lo buat nikah lagi pas dia masih ada, buat mastiin kalau penggantinya sesuai dengan yang beliau harapkan."

"Terus kenapa waktu itu Nyokap gue nangis kalau emang itu kemauannya?"

Rey menggapai pundak Angkasa dan mengusapnya pelan. "Karena pilihan itu berat buat orang tua lo. Buat Ibu lo, ataupun Ayah lo. Itu pasti berat, Sa. Mengikhlaskan hal yang gak mau lo lepas, itu berat."

Angkasa diam tak memberi komentar. Terlebih ketika pikirannya kembali mengingat sang Ayah beberapa jam lalu padanya.

"Angkasa. Kamu cuman liat Ibu waktu itu, kamu kemana waktu Ayah teriak gak jelas di rooftop rumah sakit sambil nangis, karena gak rela Ibumu bakal pergi gitu aja?"

Kenapa Angkasa baru bisa mencerna kalimat Ayahnya sekarang? Kenapa tidak tadi ketika di rumahnya saja?

***

^^^30-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!