NovelToon NovelToon
Chronos Medica: Legenda Tabib Agung

Chronos Medica: Legenda Tabib Agung

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Dokter Genius / Mengubah sejarah / Dokter Ajaib / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: R. Seftia

Mei Lin, seorang dokter muda dari tahun 2025, sedang dalam perjalanan darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang ketika sebuah kecelakaan tak terduga melemparkannya ke masa lalu. Terhempas ke laut dan terbangun di tengah medan perang, ia menemukan dirinya berada di kamp Pangeran Mahkota Rong Sheng dari Dinasti Xianhua, yang terluka parah dan sekarat.

Dengan insting medisnya, Mei Lin menggunakan alat-alat modern dari ransel besarnya untuk menyelamatkan nyawa sang pangeran, mengira ini hanyalah lokasi syuting drama kolosal. Namun, kesalahpahaman itu sirna saat anak buah Rong Sheng tiba dan justru menangkapnya. Dari situlah, takdir Mei Lin dan Rong Sheng terjalin.

Di tengah intrik istana dan ancaman musuh, Mei Lin harus beradaptasi dengan dunia yang sama sekali asing, sementara pengetahuannya dari masa depan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup dinasti. Bisakah seorang dokter dari masa depan mengubah takdir sebuah kerajaan kuno?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R. Seftia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17: Darah Yang Tumpah Lagi

Insting Mei Lin sangat tajam. Dia bisa merasakan kehadiran seseorang didekatnya. Hal itu membuatnya metasa waspada, sekaligus takut dengan apa yang akan menanti dirinya. Bagaimana jika itu adalah salah satu pembunuh bayaran seperti kemarin? Jika benar, bagaimana Mei Lin bisa melawannya? Tidak akan mungkin bagi Mei Lin untuk bisa melawan, terlebih lagi, Mei Lin tidak punya senjata untuk membela diri. Dan jikapun ada, Mei Lin tidak bisa menggunakannya.

Ketegangan terasa semakin nyata ketika suara langkah terdengar jelas ditelinga Mei Lin. Sudah tidak salah lagi. Seseorang memang sedang mengawasi dirinya. Tapi, siapa? Kenapa dia melakukan itu? Apakah dia orang jahat? Atau... dia hanya seseorang yang aneh yang hanya ingin memperhatikan Mei Lin?

Mei Lin meningkatkan kewaspadaannya, berteriak dengan suara yang lumayan keras. "Hei! Siapa di sana?! Jangan hanya bersembunyi seperti itu! Tunjukkan dirimu!"

Walaupun takut, Mei Lin berusaha keras untuk tidak terlihat takut. Karena jika ia memperlihatkan ketakutan itu, maka orang itu akan menganggap dirinya lemah. Mei Lin tidak ingin hal itu terjadi. Ia harus mengendalikan mentalnya agar tidak takut.

Tepat setelah teriakan Mei Lin, beberapa orang dengan baju hitam keluar dari balik semak, menghadapi Mei Lin secara langsung dengan pedang tajam di tangan mereka. Dugaan Mei Lin tepat. Mereka adalah orang yang sama yang kemarin telah dibantai oleh Rong Sheng. Mungkin, mereka datang untuk membalas dendam atas kematian teman-teman mereka.

"Apa yang kalian inginkan?" Mei Lin bertanya, meskipun sudah tahu jawabannya.

"Kami ingin membalas dendam atas kematian teman kami. Kami mungkin pembunuh, tetapi ikatan kami satu sama lain sangat kuat. Kau telah membantai teman kami, jadi, sekarang bayarlah dengan nyawamu sendiri!"

Entahlah. Mungkin ini adalah akhir bagi Mei Lin. Apa yang bisa dia lakukan saat itu? Ia tak bisa bela diri, tak memiliki senjata untuk melindungi diri. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan saat itu hanyalah pasrah. Berpikir, mungkin ia akan mati di zaman itu. Tertulis dalam sejarah di masa depan.

Akhir cerita sudah ada di depan mata Mei Lin, tepat ketika para pembunuh itu bergerak secara bersamaan untuk menyerang Mei Lin, Rong Sheng dan Zhi Ruo datang tepat waktu. Mereka menghadang serangan musuh, melindungi Mei Lin yang kini hanya bisa berdiri dengan kedua kaki yang terasa lemah. Tak butuh waktu lama, Mei Lin pun ambruk, jatuh ke tanah dengan napas yang terasa sesak.

Rong Sheng dan Zhi Ruo bertarung melawan para pembunuh itu. Rong Sheng tak segan untuk membunuh para pembunuh ini ditempat, sedangkan Zhi Ruo hanya melukai mereka sedikit tanpa membunuhnya. Namun, Rong Sheng tak membiarkan satupun dari para pembunuh itu hidup. Dia membunuh semuanya.

"Bukankah seharusnya kita tidak membunuh mereka semua pangeran? Akan lebih baik jika kita membiarkan mereka hidup agar bisa mencari informasi tentang siapa yang memberikan perintah kepada mereka." Zhi Ruo kurang setuju dengan tindakan Rong Sheng yang langsung membantai habis para pembunuh itu.

"Itu tidak ada gunanya. Mereka adalah pembunuh yang terlatih dan setia. Tidak akan ada gunanya membiarkan mereka hidup. Sekeras apapun kita menyiksa mereka untuk mencari tahu tentang siapa yang telah mengirim mereka, mereka tidak akan buka mulut. Mereka akan lebih memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Jadi, karena itulah aku membunuh mereka ditempat. Karena mereka tidak akan berguna," jelas Rong Sheng.

Zhi Ruo yang mendengar penjelasan Rong Sheng hanya bisa terdiam. Walaupun ia tahu apa yang dikatakan Rong Sheng benar, tetap saja... membunuh itu rasanya kurang baik jika dilihat dari sudut padang Zhi Ruo yang bertugas menyelamatkan nyawa orang. Dan hal yang sama pun juga dipikirkan oleh Mei Lin.

Rong Sheng menghampiri Mei Lin, berusaha membantunya untuk bangun dengan mengulurkan tangannya. Tapi, Mei Lin tidak menggapai tangan Rong Sheng. Ia berdiri sendiri. Ada perasaan aneh yang Mei Lin rasakan tentang Rong Sheng yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

"Sekarang, bagaimana dengan semua mayat ini? Apakah akan dibiarkan begitu saja tanpa diurus?" tanya Mei Lin dengan mata yang terus memandang ke arah mayat-mayat para pembunuh itu, merasa iba dan kasihan kepada mereka.

"Tidak. Tidak akan aku biarkan. Aku akan mengurus mereka. Pangeran dan Mei Lin lebih baik segera kembali ke istana. Aku akan menyusul setelah selesai dengan hal ini," kata Zhi Ruo.

"Baiklah kalau begitu. Ayo kita kembali ke istana, Mei Lin." Rong Sheng ingin menggapai tangan Mei Lin, tetapi Mei Lin langsung sigap menjauhkan tangannya, berjalan mendahului Rong Sheng.

Rong Sheng merasakan ada yang aneh dengan sikap Mei Lin. Entah kenapa, tetapi tiba-tiba Mei Lin bersikap dingin kepada dirinya. Bahkan, sepanjang jalan di atas kuda, Mei Lin tak berbicara sepatah kata apapun. Setiap kali Rong Sheng bertanya, Mei Lin hanya menjawab dengan anggukan kepala dan gelengan.

Sesampainya di istana, setelah Rong Sheng dan Mei Lin turun dari kuda, Mei Lin ingin cepat-cepat pergi, tetapi, Rong Sheng menahannya. Ada banyak hal yang ingin Rong Sheng tanyakan kepada Mei Lin. Dan salah satunya, tentang perubahan sikap Mei Lin kepada Rong Sheng.

"Tunggu!" Rong Sheng meraih tangan Mei Lin, menggenggam tangan itu erat. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan."

Mei Lin melepaskan tangannya dari genggaman tangan Rong Sheng. "Lain kali saja. Kita bicara lain kali. Saat ini, aku benar-benar tidak ingin bicara apapun."

"Tidak. Tidak bisa. Kita harus bicara sekarang juga!" tekan Rong Sheng.

Mei Lin menghela napas dalam-dalam. "Baiklah. Katakan, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Rong Sheng awalnya sedikit ragu untuk bertanya, tetapi pada akhirnya ia pun membuka mulutnya dan bertanya kepada Mei Lin. "Apa aku telah melakukan kesalahan kepadamu? Kau marah? Aku tidak mengerti kenapa tiba-tiba sikapmu berubah menjadi dingin. Apa aku melakukan kesalahan? Katakan saja jika memang kau merasa aku telah melakukan kesalahan."

Mei Lin menatap Rong Sheng dengan mata yang berkaca-kaca. "Apakah membunuh seseorang adalah hal yang mudah bagimu? Apakah nyawa seseorang hanyalah hal kecil bagimu? Sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang bisa kau habisi kapanpun dan di manapun itu?" Air mata tiba-tiba jatuh membasahi wajahnya.

"Pedang itu...." Mei Lin menujuk ke arah pedang Rong Sheng. "Berapa banyak darah yang telah tumpah karenanya? Tidak terhitung? Kau tidak bisa menghitungnya?"

"Aku... aku benar-benar benci dengan kenyataan ini! Aku... aku tidak ingin berlama-lama di tempat aneh ini. Semakin lama aku di sini, semakin banyak darah yang akan tumpah! Aku... aku benar-benar takut...." Mei Lin jatuh, menangis, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Melihat Mei Lin yang menangis, Rong Sheng merasakan perasaan aneh dalam dirinya. Dengan kesadaran penuh, ia tunduk dan kemudian memeluk Mei Lin dengan erat. Berkata, "Maafkan aku."

***

Bersambung.

1
nur janah567
suka kali bisa di cintai dengan cara ugal ugalan kaya dracin yg seorang perawat d cintai sama mafia
nur janah567
c iblis rui xi pasti ngamuk
nur janah567
semangat up thor aku tunggu
nur janah567
ini unik ceritanya gk sama sama yg lain kaya real orang masuk jaman kuno yng ngerasa aneh dan takut karna tk sama , sama jaman dia di jaman asalnya .
aku jadi ngebayangin klw aku kayak gitu pasti sama takut nya ataw bahkan lebih dari itu
Marini Dewi
lanjut thor
Lim Kelly
karakter cewenya gak bs adaptasi ma jaman kuno,nangis terus
anggita
lumayan menarik, moga novelmu lancar thor👌.
R. Seftia: Terima kasih sudah mampir 💕
total 1 replies
anggita
like👍 iklan☝, Mei Lin👏.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!