Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Zeevan Yang Sesungguhnya
Aprita masih terngiang-ngiang mengenai ucapan Selly saat sore tadi. Dia sedikit merasa bersalah karena malah mengikuti kemauan Selly untuk menandatangani perjanjian itu.
" Selly itu ternyata licik sekali. Apa selama ini dia belum move on dari Reyn, apa dia tidak bisa mendapatkan laki-laki lain? kenapa dia begitu ingin mendapatkan Reyn? dasar wanita sadis." gerutu Aprita.
Dia sedang menuangkan air teh hingga airnya tumpah karena terlalu penuh.
" Aww panas ... ya ampun airnya tumpah." jerit Aprita meringis kesakitan karena jarinya terkena air panas yang tumpah.
Jarinya memerah dan bengkak, Aprita lalu menyiramnya dengan air dingin.
" Rasanya sakit. padahal aku sendiri saja belum yakin dengan perasaanku kepada Reyn. harusnya tidak masalah jika aku bercerai dari Reyn setelah anak ini lahir, harusnya aku senang bukan? Tapi kenapa aku justru merasa agak keberatan ya?!"" gerutu Aprita lagi.
Pikiran Aprita penuh, hingga dia lupa menutup keran air di bak mandi hingga kebanjiran.
" Astaga, ya ampun banjir." ucap Aprita.
" Ya ampun, aku terlalu banyak pikiran." ucapnya lagi.
Setelah Aprita menutup keran bak mandi. Dia lalu berendam dengan air hangat supaya badannya sedikit segar. Sementara teh yang sudah dibuatkan tadi dibiarkan saja supaya tidak terlalu panas.
" Apa ini adalah keputusan yang tepat? ..." Aprita berpikir lagi.
" Seharusnya tepat dan aku harus yakin dengan keputusan ini. semoga semuanya segera selesai." ucapnya saat sedang berendam.
Malam itu Aprita begitu mencemaskan keadaan dirinya dan masa depannya. Belum apa-apa saja sudah banyak masalah, apalagi kalau ada apa-apa. Dia berpikir bahwa berhubungan dengan seorang pria tampan dan kaya memang merepotkan. Pasti ada saja orang yang tidak menyukainya, seperti di film-film.
Aprita kembali mengingat Zeevan yang selama ini sudah menghadiri di kehidupannya, sebenarnya Aprita sempat curiga dengan perkataan Reyn saat kemarin, mengenai perasaan Zeevan. Pasalnya Aprita sempat merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Zeevan sejak dia pindah ke tempat kerja baru di kota Jakarta ini. Zeevan selalu menatapnya dengan lembut dan hangat, padahal sebelumnya Zeevan menatapnya biasa saja seperti seorang kakak.
Namun Aprita tidak ingin memperpanjang masalah itu, dia menepiskan semua kecurigaannya.
" Apa lebih baik aku tanyakan langsung saja ke kak Zeevan ya, supaya tidak ada kesalahpahaman lagi." ucap Aprita.
Dia lalu mengirim pesan ke Zeevan dan mengajaknya ketemuan besok sore di cafe seperti biasa.
***
Setelah pulang kerja, Aprita segera mengganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk menemui Zeevan. Hari itu Aprita tampak sesikit gugup daripada biasanya. Namun Aprita menenangkan dirinya dengan memijat kening kepalanya.
" Hai kak Zeevan." sapa Aprita setelah sampai di cafe.
Zeevan terlihat sudah duduk menunggunya disana lebih dulu.
" Hai Prita, tumben sendirian, pria itu kemana?" tanya Zeevan.
" Dia sedang ada urusan pekerjaan diluar kota." jawab Aprita.
Aprita lalu memesan menu makanan.
" Oke, ada apa Prita? Apa kamu ada masalah?" tanya Zeevan.
" Em ... sebenarnya, aku cuma ingin menanyakan beberapa hal ke kakak. tapi tolong kak Zeevan jangan marah ya, ini hanya pertanyaan konyol saja, cuma aku harus menanyakan ini supaya tidak ada kesalahpahaman." ucap Aprita.
Zeevan tersenyum, sepertinya dia paham maksud dari Aprita.
" Baiklah, tenang saja. aku tidak akan marah. memangnya selama ini kamu pernah melihatku marah padamu?" ucap Zeevan.
Aprita menggelengkan kepalanya.
" Apa yang ingin kamu tanyakan?" ucap Zeevan.
" Begini kak, aku meminta maaf atas nama Reyn karena kemarin dia sempat mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan. tapi karena dia berkata begitu, aku jadi sempat kepikiran juga, mengenai perasaan kak Zeevan yang sebenanrnya. Apa benar kakak ... menyukaiku?" tanya Aprita gugup.
Zeevan menatap Aprita begitu dalam dan menghela nafasnya.
" Hm ... jadi dia menceritakannya padamu. baiklah, karena kamu menanyakan itu, aku harap kamu tidak akan kecewa padaku." ucap Zeevan.
Zeevan lalu meraih kedua tangan Aprita dan menggenggamnya. Genggaman tangan yang lembut dan penuh kasih sayang. Sudah lama sekali dia tidak merasakan genggaman tangan itu semenjak mereka beranjak dewasa.
" Jujur saja yang dikatakan Reyn itu benar Prita. Aku menyukaimu." ucap Zeevan dengan menatap mata Aprita.
Aprita hanya menatap ke arah tangan Zeevan karena dia terlalu malu menatap mata Zeevan.
Aprita terkejut dengan ucapan Zeevan saat itu.
" Apa? Jadi kakak ..." ucapan Aprita terhenti.
" Tapi ... aku lebih mementingkan untuk menjaga hubungan kita yang sudah terjalin selama ini. aku juga masih sadar dengan batasanku. aku tidak mau merusak kepercayaanmu dan kepercayaan orang tuaku. Aku tidak akan melanjutkan perasaanku itu, aku hanya akan menyayangimu seperti seorang kakak, seperti dulu." ucap Zeevan dengan senyuman tulusnya itu.
Aprita merasakan apa yang dirasakan Zeevan. Matanya mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar. Dia tidak tahu harus senang atau sedih. Dia juga tidak tahu dengan perasaannya sendiri.
Tanpa disadar air mata menetes dipipi Aprita, matanya memerah karena menahan air matanya.
" Hey Prita, kenapa kamu menangis? Apa ini karena ucapanku? Aku minta maaf sudah membuatmu kecewa. aku benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaanku." ucap Zeevan.
" Tidak apa-apa, kakak sudah mau jujur ke aku saja aku seneng banget. walaupun itu sedikit mengecewakan, tapi sejujurnya akulah yang lebih mengecewakanmu, kak Zeevan." ucap Aprita lirih.
Suara Aprita terbata-bata karena tangisannya membuatnya rapuh. Aprita lalu mengambil tissu dan mengusap air matanya.
" Prita, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Akulah yang salah, karena sudah menaruh perasaan lebih terhadapmu. Aku tidak pantas disebut kakak. Akulah yang salah." ucap Zeevan.
Zeevanpun menundukkan kepalanya, dia seperti menahan air matanya karena rasa bersalahnya.
" kenapa kak Zeevan jadi ikut menangis?" tanya Aprita.
Zeevan tertawa kecil, diikuti Aprita. Mereka berdua tertawa bersama dalam balutan perasaan rasa sayangnya.
" Ahk, aku cuma kelilipan aja." ucap Zeevan beralasan.
" Hm, kak Zeevan tidak perlu merasa bersalah, selama ini kamu sudah jadi sosok kakak bagi aku, kamu selalu menjaga dan melindungi aku, sudah sepantasnya kamu memiliki rasa sayang yang lebih kepadaku. Aku tidak menyalahkanmu atas perasaan mu yang lebih dari itu, justru aku malah merasa bahagia karena sudah disayangi dan dicintai oleh seorang laki-laki hebat seperti kamu, kak Zeevan." ucap Aprita.
Aprita meneteskan air matanya lagi, Zeevan lalu mengusapnya.
" Terimakasih kak Zeevan, karena kamu aku bisa hidup dan tumbuh dengan kuat sampai sekarang. sudah sepantasnya kamu mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dan lebih pantas dari aku." ucap Aprita.
Zeevan tersenyum lalu memeluk Aprita. Aprita menerima pelukan dari Zeevan sebagai bentuk rasa terimakasihnya.
" Baiklah, aku akan merestui kalian. Aku harap semoga pernikahanmu kelak bersama Reyn akan bahagia, supaya aku bisa segera dapat ponakan." ucap Zeevan.
Aprita Terkejut dengan ucapan Zeevan dan membuat keduanya tertawa lagi.
" hahaha, kak Zeevan ini bisa aja, terimakasih banyak kak." ucap Aprita.
" Sama-sama adik kecilku." ucap Zeevan sembari mencubit hidung Aprita.
Aprita meringis kesakitan namun dia merasa bahagia, sebab orang yang saat ini dihadapannya masih menjadi sosok kakak baginya. Meskipun kecewa, namun Aprita memahami perasaan Zeevan. Hanya saja takdir tidak menyatukan mereka berdua.