Naima yang dipaksa menjadi penanggung jawab acara mewah yang diselenggarakan oleh keluarga suaminya, Padahal selama ini dia yang telah membiayai seluruh kebutuhan keluarga suami, Tapi suaminya diam saja ketika keluarganya memperlakukan nya layaknya pembantu dan bukan menantu.
Saatnya Naima bangkit Dari kebodohan yang dia lakukan selama ini, kisahnya penuh drama dan menguras emosi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Bu Alma menatap anaknya dengan berkaca-kaca, dia tidak mau kehilangan anaknya, dia sudah kehilangan Andin yang bahkan tidak pernah menelepon nya hanya mengirim uang saja, kalau dia kehilangan Anak sulungnya dia akan sengsara.
"Dengar bu, kalau ibu selalu mempermalukan aku, aku akan pergi dari kehidupan ibu, ibu hampir saja membuat ku kehilangan pekerjaanku, didalam sana ada bosku dan dia teman dekat dengan Nayma, bahkan ibu membuatku malu pada teman-teman kantorku". Tyo menatap ibunya dengan mata berkaca.
"Nak, ibu". Bu Alma berusaha menggapai anaknya.
"Selama ini aku menuruti apapun perkataan ibu, rumah tanggaku hancur, tabunganku habis, bahkan sekarang aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku, apa ibu belum puas??
"Maafkan ibu nak, ibu". Ucap Bu Alma terbata-bata.
"Ibu Mau mobil aku usahakan, ibu mau rumah mewah aku menguras harta Nayma terus apalagi bu, apalagi".
"Ibu mohon nak maafkan ibu".
"Aku melakukan semua yang ibu perintahkan, memanfaatkan Nayma, menguras hartanya, memberikan gajiku 80 persen, pernikahan Andin harus mewah aku usahakan, aku melakukannya semua untuk ibu, tapi tidak akan pernah cukup untuk ibu, ibu membuatku serasa pecundang bu, pecundang". Tyo kini terisak menatap ibunya dengan tatapan terluka.
Beban selama ini dia tanggung berusaha dia redam, berbuat sebaik mungkin agar ibunya bahagia karena dia tahu bagaimana perjuangan ibunya membesarkannya tapi jika seperti ini, dia tidak bisa tinggal diam.
"Nak ibu minta maaf, ibu". Bu Alma menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju. Dia menyesal karena berbuat seenaknya seperti tadi.
"Berhenti mengatur ku mulai sekarang bu, aku capek, aku bukan robot yang bisa ibu perintah seenaknya, aku capek, jika ibu tidak mau berhenti, maka jangan salahkan aku, jika aku pergi seperti Andin meninggalkan ibu". Tyo masuk kedalam mobilnya kemudian menancap gas tanpa memperdulikan ibunya yang berteriak memanggilnya.
Bu Alma memukul-mukul kaca mobil sang anak agar menghentikan mobilnya tapi Tyo semakin mengencangkan laju mobilnya. Meninggalkan Ibu Alma yang menangis melihat kepergiannya.
"Nak, jangan tinggalkan ibu, maafkan ibu". Teriak bu Alma tapi tidak didengar sang anak.
Bu Alma segera menyetop taksi yang kebetulan lewat, dia mengejar sang anak karena dia tahu anaknya itu nekat jika dia terluka.
"Pak kejar mobil merah itu". Ucapnya pada Sopir taksi.
Bu Alma kini meneteskan air mata nya, dia menyesal karena selalu mengekang, mengatur dan membuat anaknya tertekan bersamanya.
"Nak maafin ibu, ibu salah, jangan tinggalkan ibu". Dia melihat mobil anaknya tapi air mata nya terus mengalir.
Ternyata Tyo pulang kerumah dan langsung memasuki kamarnya, dia akan pergi dari rumah ibunya, dia sudah lelah dengan sikap ibunya selama ini.
"Aku akan pergi dari sini, aku sudah tidak tahan lagi". Tyo mengambil koper besar dan mulai memasukkan pakaiannya dnegan kasar.
Bu Alma segera keluar dari taksi setelah dia membayarnya, dia masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa. Dia langsung berlari menuju kamar anaknya karena takut anaknya pergi.
"Nak, mau kemana?? ". Bu Alma berusaha menghentikan anaknya yang kini tengah membereskan pakaiannya.
"Aku mau pergi dari sini bu, aku tidak mau hidup seperti ini sama ibu, aku lelah bu, aku lelah". Tyo menangis sambil terus membereskan pakaiannya.
Bu Alma memegang kaki Tyo dan menangis, dia tidak mau kehilangan anak lelakinya juga setelah anak perempuannya, dia baru sadar, Andin sengaja mencari pekerjaan diluar provinsi untuk meninggalkan dirinya. Dan sekarang anak lelakinya juga akan meninggalkan dirinya karena kesalahannya sendiri.
"Maafkan ibu nak, ibu mohon, maafkan ibu". Bu Alma kini meraung-raung sambil menangis di kaki sang anak.
Tyo menghela nafas berat berusaha mengontrol emosinya uang meledak, melihat ibunya seperti ini, hatinya sangat sakit, dia mencintai ibunya tapi dia juga tidak mau selalu merasakan hal seperti ini.
"Jangan seperti ini bu, berdiri lah". Tyo berusaha mengangkat sang ibu yang masih memeluk kakinya tapi ibunya menolaknya
"Jangan pergi tinggalkan ibu nak, ibu mohon, maafkan ibu". Bu Alma semakin erat memeluk kaki sang anak.
"Sudah bu jangan seperti ini, aku tidak akan meninggalkan ibu, ayo bangun". Tyo kembali berusaha mengangkat sang ibu.
"Benarkah nak, kamu tidak akan meninggalkan ibu kan?? Tanyanya menghapus air mata nya.
"Iya, aku harap, itu yang terakhir ibu lakukan pada Nayma, aku tidak mau kehilangan pekerjaanku bu, aku sudah susah payah mendapatkan jabatan lumayan, aku tidak akan mungkin bisa memberikan uang pada ibu kalau aku tidak bekerja". Icaonya dengan sendi
"Maafkan ibu nak, ibu tidak akan melakukannya lagi". Ucapnya dengan penuh rasa sesal.
"Iya bu, tadi itu adalah atasan ku bu, dia bersahabat dekat dengan Nayma, bahkan dia akan menjadikan Nayma calon pendamping nya, jadi aku mohon jangan ganggu Nayma lagi, aku tidak mau dalam masalah".
"Iya nak, maafkan ibu". Bu Alma segera segera memeluk sang anak,
Hatinya lega karena tidak jadi meninggalkannya, dia sudah tak mau mengatur anaknya lagi jika memang itu menjadi penyebab dia kehilangan anaknya. Obsesinya akan uang dan rasa hormat menjadikannya seperti ini.
"Kembalikan pakaian itu yah nak, jangan tinggalin ibu". Bu Alma segera mengambil alih koper sang anak dan kembali memasukkan kedalam. lemari setelah melipat nya dengan rapi.
Tyo tidak menjawab tapi memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut hebat, kepalanya rasanya mau pecah.
"Kamu baik-baik saja nak?? Tanya Ibu Alma dengan khawatir".
"Tinggalkan aku sendirian bu, aku mau istirahat, aku pusing".
"Tapi nak, biarkan ibu ambilkan obat untukmu yah, mau yah nak". Bujuk Bu Alma dengan lembut.
"Maaf bu, aku mohon keluarlah dari kamarku, aku ingin sendiri, tolong mengerti lah". Ucapnya dengan putus asa.
Ibunya sungguh menguras emosinya dan pikirannya, dia ingin berbakti tapi dia selalu tertekan selama ini. Dia merasa serba salah.
"Baiklah nak, maafin ibu, ibu akan keluar". bu Alma keluar dari kamar Tyo dengan perasaan sangat bersalah.
"Aku harus bicara dengan pak Bram besok, aku tidak mau kehilangan pekerjaanku".
bahkan semuanya dilakukan hidup rumahtangga anaknya jadi berantakan....
sampai anknya sendiri sudah lelah hidup dengan ibunya selalu saja diatur...
apakah tyo masih berlanjut kerja diperusahaan pak bram ?
Wow keren Naima ...
mereka hanya tau sifat mu sekarang tapi menutup mata ketika dirimu diperlakukan seperti mesin atm dan pembantu bagi mereka.....
wah, seru nih menantikan bab selanjutnya...
dan bisa sukses walaupun jauh dari ibu.