My Annoying Lecturer

Kamu tahu bedanya aku sama pare?

Kalau pare rasanya pahit, kalau aku rasanya manis.

Haha.

Lucu gak?

Itu jokes terpayah yang pernah aku dengar dari Pak Arfa.

Sebenarnya sekarang telingaku sudah cukup terbiasa mendengar candaan-candaan payah Pak Arfa.

Tapi, akhir-akhir ini Pak Arfa malah jadi berubah aneh.

Kalau berdua doang, Pak Arfa jadi hobi gombal.

Kalau lagi di kelas, Pak Arfa hobi marah-marahin aku. Kayaknya aku napas aja salah.

"Pak, mau mampir kemana sih?" Tanyaku geram. Sebenarnya aku paling gak suka kalau diajak pergi, tapi gak dikasih tau lokasi yang dituju.

"Diam aja. Gak usah bawel." Jawab Pak Arfa yang berhasil membuatku membuang napas panjang.

Sebenarnya hari ini Pak Arfa sudah cukup membuat kesal. Masa, tadi kan aku cuman ketimbang mau minjem pensil doang dibilangin gak modal.

"Kalau saya bawel, kenapa? Bapak gak suka?"

Ada selang beberapa detik sebelum Pak Arfa menjawab, "Bagi saya, mau bagaimana pun kamu, saya tetap suka."

Tuh kan..

Sok sweet banget.

Lama-lama diabetes aku ngelihat tingkah aneh Pak Arfa.

"Jangan mulai deh, Pak. Tadi kan ngatain saya gak modal." Rutukku.

"Siapa suruh ketimbang pensil aja masih mau pinjam."

"Lah, saya tuh tunangan siapa? Kalau gak modal berarti tunangan saya yang super gak peka itu gak pernah ngasih saya modal buat beli pensil."

"Kok jadi merembet kesana?"

"Suka-suka saya lah, Pak."

"Elvia.."

Tumben Pak Arfa manggil-manggil. Biasanya mah aku terus yang manggil.

"Kenapa Pak?"

"Minggu depan saya gak bisa ngajar lagi."

Aku mengernyitkan dahiku tanda tidak mengerti, "Loh? Kenapa Pak?"

"Bu Ningsih balik."

Ini mah namanya ada dua kabar buruk yang datang secara bersamaan.

"Kok gitu? Bapak kan pasti masih bisa ngajar dong."

Pak Arfa nampak berpikir sejenak, "Se enggak rela itukah kamu saya gak ngajar lagi?"

"Serius deh, Pak."

"Saya sudah harus mulai fokus dengan kerjaan saya, Elvia. Saya sudah sedikit kehilangan fokus akhir-akhir ini."

"Iyalah bapak hilang fokus. Kan bapak sibuk tebar pesona sama cewek-cewek." Ucapku kesal.

By the way, dari tadi kami ngebacot itu masih dalam mobil Pak Arfa menuju tempat yang aku gak tahu mau kemana.

"Kamu cemburu?"

"Iya."

"Manis banget sih."

"Hati-hati diabetes, Pak."

"Saya tiap hari udah diabetes gara-gara kamu."

"Gak usah ngaco."

"Kamu gak sopan ya bilang dosen ngaco."

"Bapak kan sekarang tunangan saya bukan dosen saya."

Pak Arfa mengacak rambutku dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih tetap memegang stir mobil.

"Pak, berantakan rambut saya."

"Gapapa. Tetap cantik."

"Lama-lama saya tebas bapak dengan kecantikan saya." Ujarku seraya mengibaskan rambutku bergaya ala-ala model iklan shampoo.

💥💥💥

"Jadi dari tadi kita cuman mau ke supermarket doang?" Tanyaku sebal tatkala menyadari mobil Pak Arfa memasuki halaman parkir salah satu supermarket terbesar yang pernah aku sambangi.

"Iya. Temani saya belanja. Hitung-hitung belajar kalau nanti jadi istri saya, kamu sudah tahu barang sehari-hari saya apa saja."

Blush

Syalan Pak Arfa. Baru tunangan udah bilang istri aja. Kan jadi tomat pipi aku.

"Jauh-jauh gini Pak? Kalau belanja mah di deket rumah kita juga banyak Pak."

"Saya sukanya disini. Lebih lengkap."

Suka-suka Pak Arfa deh.

Iya aja aku mah.

"Pak. Fotoin saya dong. Biar kayak orang endorse. Siapa tahu nanti saya jadi bintang iklan minuman." Ujarku tiba-tiba sambil berpose ala-ala selebgram.

"Mabuk kamu?" Tanya Pak Arfa sembari berdecak sebal seakan malas meladeniku.

"Iya. Saya mabuk cinta Pak Arfa." Giliran aku yang skak mat Pak Arfa hehe.

"Kalau kamu mabuk, berarti saya sudah overdosis dong." Bukannya Pak Arfa tersipu, malah Pak Arfa tambah gencar meluncurkan serangan-serangan sok manis dia.

Aku pun mengikuti langkah kaki Pak Arfa dan secara alami memperhatikan barang-barang apa yang Pak Arfa beli.

"Pak mau beli mie?"

"Saya gak mau cepat mati dengan konsumsi makanan penuh micin seperti itu."

"Tapi enak loh, Pak. Saya aja dulu hampir tiap hari makan mie instan."

"Kamu?"

"Enggak. Sweety."

"Saya jadi kangen sama sweety kan."

"Urusin aja trus anjing bapak. Pak Arfa kan lebih peduli sweety daripada saya."

"Kamu cemburu dengan anjing saya?" Tanya Pak Arfa.

Iya yah,

Kok aku cemburu sama sweety sih.

Tapi sweety juga nyebelin sih. Habisnya dia lebih diperhatikan daripada aku.

"Pak.."

"Apa?"

Yes!

Dapet fotonya Pak Arfa lagi pose cool. Hehe.

Ganteng pisan tunangan aku, hehe.

"Ngapain kamu?"

"Gapapa."

"Ketawa-ketawa kenapa?"

"Gapapa."

"Gila?"

"Iya."

"Serius kamu?"

"Saya gila kan karena bapak."

Ambyar dah,

Kenapa aku jadi gini sih.

Kok jadi ikutan cringey gini.