Sejak bangku SMA Lili dan Anjas bersama, berangan-angan menikah dan memiliki pernikahan impian, memiliki banyak anak dan hidup menua bersama.
Rencana itu begitu indah, hingga sebuah malapetaka menguji cinta mereka.
"Gugurkan, dia bukan anakku," ucap Anjas.
Lili termenung, menyentuh perutnya yang berdenyut nadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DW Bab 32 - Jangan Asal Bicara
Keesokan harinya Putra benar-benar menjalankan perintah sang Tuan untuk mendaftarkan perceraian itu di kantor pengadilan.
Semua data telah lengkap dan Putra hanya tinggal menyerahkannya pada bagian administrasi.
Selesai semua urusan Putra berniat untuk langsung kembali ke perusahaan, tapi kemudian langkah kakinya terhenti ketika ada seorang pria yang memanggil namanya.
"Putra," panggil Robby yang hari ini datang pula ke kantor pengadilan tersebut, dia sedang mengurus beberapa hal untuk kliennya.
Cukup terkejut ketika melihat Putra ada di sini pasalnya putra adalah asisten pribadi Anjas-sang sahabat.
Robby cukup mengenal Putra dengan baik.
"Ada urusan apa kamu datang ke sini?" tanya Robby langsung ketika mereka berdua sudah saling berhadapan, di dekat pintu ruangan administrasi kantor pengadilan tersebut. Robby tahu Putra telah menyerahkan sebuah berkas pada bagian administrasi di sana.
Dan pertanyaan Robby itu, begitu sulit untuk putra jawab. Bahkan begitu bingung ingin menjawab apa, antara bicara jujur atau tidak.
Sementara Robby terus menatapnya dengan intens, menunggu dia memberikan jawaban.
"Anjas yang meminta mu untuk datang ke sini?" tanya Robby lagi, karena Putra hanya diam saja. Dan melihat diamnya itu Putra mulai merasa ada sesuatu yang tak beres, hatinya berbisik pasti ada sesuatu.
"Iya Pak, maaf saya buru-buru harus segera kembali ke kantor," jawab Putra akhirnya, dia bahkan segera menundukkan kepalanya memberi hormat dan pergi dari sana. Melangkah dengan kaki lebar nampak sekali jika dia menghindar.
Dan Robby hanya mampu mengerutkan dahi atas sikap Putra tersebut.
"Untuk apa Anjas memerintahkan Putra datang ke sini?" gumam Robby.
Awalnya dia langsung ingin pergi juga, tapi kemudian merasa begitu penasaran. Pasalnya Putra menyerahkan berkas itu ke bagian pengurusan perceraian, rasanya tidak mungkin kan jika Anjas menggugat cerai Lili?
Berulang kali Robby membodohi pikirannya yang seperti itu, namun tak ingin hanya bertanya-tanya saja jadi akhirnya dia memastikannya secara langsung.
Robby mendatangi bagian administrasi dan bertanya apakah ada berkas yang masuk atas nama Anjas Dwiguna dan Liliana Sanjaya.
"Benar Pak, memang ada berkas yang masuk atas dua nama tersebut," jawab sang petugas.
Dan mendengar kebenaran itu Robby merasa seperti ada petir yang menyambar di atas kepalanya.
tidak ada angin dan tidak ada hujan tiba-tiba mengetahui tentang perceraian ini.
Robby bahkan membaca dengan jelas jika benar nama itu terdaftar, namun apa penyebabnya tak bisa dia ketahui.
Dengan dadda yang bergemuruh amarah dia berlari keluar dari kantor pengadilan tersebut.
Diantara langkahnya yang tergesa menuju mobil di area parkiran dia pun coba menghubungi Gisel. Dipikirnya mungkin saja Gisel mengetahui tentang hal ini, bisa saja Lili lebih dulu bercerita kepada Gisel sebelum pada dia dan Usman.
"Halo Rob ada apa?" tanya Gisel di ujung sana.
"Sel, apa kamu tau tentang perceraian Lili dan Anjas?" tanya Robby langsung, bertanya dengan nada menggebu-gebu.
"Apa sih Rob! jangan asal bicara kamu! mereka baik-baik saja!" balas Gisel, suaranya meninggi saat menjawab pertanyaan Robby.
Ucapan adalah doa, dan Gisel tak ingin ada sesuatu dengan rumah tangga sang sahabat.
"Sekarang aku di Jakarta, aku mengurus masalah klien ku di kantor pengadilan dan di sini aku bertemu dengan Putra, setelah aku konfirmasi dia mengirim berkas perceraian antara Anjas dengan Lili," terang Robby.
Sampai membuat Gisel begitu terkejut.
"Aku akan panggil Usman untuk datang, kita bertemu dulu sebelum menemui Anjas dan Lili," putus Robby.
Gisel tak bisa menjawab lagi, hanya menganggukkan kepala seolah Robby bisa melihat pergerakannya itu.
Dan panggilan telepon di antara mereka berdua pun akhirnya terputus.
"Awas kamu An, awas kalau kamu sampai menyakiti Lili," gumam Robby, dia mencengkeram kuat setir kemudi, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju perusahaan Gala. Gisel ada di sana, selain istri dia juga adalah asisten pribadi Gala.
rasa sayangmu pada anakmu itu wajar walaupun hasil pelecehan.
dan rasa sakit hati anjas juga wajar karna hargadiri laki itu besar
yg salah kalian tidak bicarakan tuntas dr awal sebelum menikah...
tidak ada anak haram dan rasa sayang pada anak itu alami bagi setiap ibu terlepas itu hasil dr hal bejat.