David Ferrero
adalah seorang pengusaha muda yang berbakat dan tampan namun sayang ketampanannya tertutup oleh sikap dingin dan galaknya sebagai CEO dari Ferrero grup. sikapnya yang dingin membuat para wanita takut untuk sekedar menyapa atau meliriknya
Bela diana putri
adalah wanita sederhana yang berasal dari desa terpencil. bela memiliki karakter ceria, ramah dan sangat baik terhadap semua orang, walaupun bela berasal dari desa terpencil tapi otaknya sangat cepat tanggap dalam menerima sesuatu yang berkaitan dengan ilmu atau perusahaan. oleh sebab itulah bela direkomendasikan bekerja oleh kampusnya di perusahaan terkenal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
syifa membuka jendela kamar itu dan dia melihat pemandangan desa yang sangat sempurna dengan gunung yang mengarah tepat di jendela itu apalagi dengan sawah sawah yang mengitari rumah bela
"waaahh ini kamar VIP kak?" tanya syifa takjub dengan apa yang dia lihat
"cih kau benar-benar gadis kota, pemandangan seperti ini saja sudah takjub" ejek bela
"aku benar-benar ingin tinggal disini jika kakak menikah nanti dengan kakak ku" ucap syifa tanpa sadar
"apaa??" tanya bela mengeryitkan dahi
syifa langsung menutup mulutnya karena kecerobohan nya itu
"ma,,, maksud syifa seandainya begitu" jawab syifa dengan cepat
"mm kak ayo keluar, mungkin semua sudah menunggu" imbuh syifa berjalan mendahului bela
bela dengan polosnya mengangkat bahu lalu mengikuti syifa keluar dari kamar dan duduk disebelah ayahnya
"tuan nyonya saya akan mengambil kan anda minuman" ucap bela
bela beranjak pergi namun tangannya ditarik oleh syifa hingga ia kembali duduk
"ada apa?" tanya bela heran
"tidak perlu sayang, mama tidak ingin minum. mama hanya datang untuk dua tujuan" ucap ibu dewi
bela menyatukan alisnya masih tidak mengerti apa yang diucapkan oleh ibu dewi
"begini yang pertama kami datang berkunjung atas permintaan syifa karena dia sangat ingin melihat tempat tinggal bela" ucap ervan mulai buka bicara
"ah maafkan kami tuan karena rumah kami sangat kecil" ucap pak toni ayah dari bela
"anda terlalu sungkan tuan, dan yaa yang kedua kami datang untuk,,,," ervan menghentikan kalimatnya lalu menatap david yang sedang duduk
"kami ingin melamar putri anda untuk putra kami tuan" ujar ervan
"apa!!" ucap bela dan david bersamaan. mata mereka membulat sempurna dengan ucapan ervan
"pa jangan bercanda!!" ucap david menatap ervan
"tidak sayang, mama rasa kalian sudah cukup lama saling mengenal jadi apa salahnya saling mengenal lebih jauh?" jawab ibu dewi
"nyonya anda salah paham saya dan tuan david murni hanya sebagai atasan dan bawahan tidak lebih dari itu" ujar bela dengan sungguh-sungguh
"benar apa yang dikatakan bela ma pa. kalian tidak bisa memaksa kami" saut david
"mm bagaimana jika bela menerima lamaran ini terlebih dahulu, untuk masalah pernikahan kami tidak memaksa, kami berikan kalian waktu sampai kalian sendiri yang memutuskan untuk menerima perjodohan ini atau tidak" tutur dewi
bela dan david membisu, ingin sekali bela mengumpat karena masalah ini. jika tau kedatangan keluarga Ferrero untuk ini dia lebih baik kabur
"jadi bagaimana?" tanya ervan pada keduanya
"terserah" jawab keduanya bersamaan
"cocok sekali" celetuk ibu tita tersenyum manis karena akan mendapat menantu kaya sedangkan pak toni pasrah saja
ervan mengeluarkan dua buah cincin untuk mengikat keduanya, awal yang baik untuk kedua pihak keluarga namun awal yang buruk bagi bela dan david
"david pasangkan cincinnya" ucap dewi memberikan kotak kecil kepada david
haahh
david menghela nafas kasar, percuma dia menolak karena kemauan mamanya sudah menjadi peraturan wajib yang harus david turuti
"tanganmu" ucap david mengulur tangannya kepada bela
bela mengulurkan tangannya lalu david segera memasangkan cincin itu kepada jari cantik milik bela
apa maksudnya ini. aku berjalan menuju neraka sekarang aku dijebloskan kedalam neraka. aku ingin lari dari situasi ini haah daripada harus dengan si judes ini lebih baik dengan juragan beras itu. batin bela