Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Dari Rumah Virza
Bab 32.
Sore tiba. Awan hitam menyelimuti langit. Setelah tanda tangan kontrak Safira lekas mengemasi barang-barangnya. Keadaan rumah hening semua hanya bisa diam. Tidak ada yang saling menegur. Bakan Virza yang melihat Safira pergi hanya menatap nanar. Gadis itu tak mampu menahan tangisnya ketika melihat Benny masih tertidur pulas.
"Saf!" panggil Virza dengan mata berkaca-kaca menghampiri Safira yang menarik kopernya
.
"Gue mohon jangan pergi. Lo nggak ingat wasiat ayah lo? Nggak ingat ayah gue?" bujuk Virza.
"Vir, lo harus tanggung jawab atas apa yang lo lakuin," kata Safira datar. "Untuk ayah... Gue tahu pasti ayah bakal mendukung keputusan gue dari atas sana. Untuk ayah lo. Gue percaya lo mampu dan bisa. Lagi pula dia seorang dokter yang hebat. Gue yakin nggak kan terjadi apa-apa sama ayah," ucap Safira seraya melepas tangan Virza yang menggenggamnya erat. Bukannya melepas Virza malah menarik kuat tangan Safira dan memeluknya dengan erat.
"Drama!" gumam Agnes dengan mata memandang dengan remeh.
Safira membiarkan Virza memeluknya dengan erat untuk sesaat. kemudian dia mendorong pelan Virza dan meninggalkan Virza yang terlihat sangat kalut. Agnes lekas menggandeng tangan Virza saat Safira mulai pergi. Hal itu di lakukan untuk mencegahnya menyusul Safira.
Baru saja menutup pintu taksi yang akan mengantarnya ke tempat tinggal Sasha. Hujan turun begitu deras. Seakan langit ikut sedih dengan keadaan Safira. Air mengalir di kaca mobil bersamaan dengan air mata Safira yang juga jatuh membasahi pipinya lagi.
Sedangkan disisi lain Sasha menunggu kedatangan Safira. Dia merasa khawatir karena Safira menelponnya dengan keadaan menangis.
Bugk....
Suara pintu mobil tertutup. Sasha lekas keluar dan melihat. Bukan Safira, melainkan Raka dan Rafa yang datang setelah Sasha mengatakan jika Safira mau nginep di kosnya. Kebetulan Rafa sedang mengerjakan sisa skripsi di rumah Raka.
"Apa gue susul aja ya dia?" ujar Raka meminta pendapat kedua temannya.
"Mending gak usah. Gue yakin dia udah ada di jalan, sebentar lagi juga dia sampai." usul Sasha.
Benar saja saat mereka tengah berunding terdengar suara mobil berhenti tepat di depan kos Sasha.
"Terima kasih." suara wanita yang sangat tidak asing keluar dari taksi. Meskipun hujan Safira tak lekas berjalan cepat untuk berteduh. Dia seakan menikmati setetes demi setetes air hujan yang menimpanya.
Raka dengan cepat menarik Safira agar cepat masuk. "Saf, Lo bisa sakit." ucap Raka.
"Kalian ada disini juga?" tanya Safira menatap Raka dan Rafa bergantian.
"Jangan banyak tanya, Lo masuk dulu. Terus lo ganti pakaian sana," titah Sasha karena melihat sahabatnya basah.
Setelah berganti pakaian. Rafa membantu Sasha yang tengah masak mi instan sembari mendengarkan cerita Safira tentang rumah tangganya. Di antara mereka bertiga hanya Raka yang terlihat geram mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Bener-bener ya si Agnes itu. Hilang mau tumbuh Agnes, kayak gitu kok jadi dokter," hardik Sasha kesal. Karena mendengar cerita Safira yang cukup membuat darahnya mendidih.
"Terus langkah lo selanjutnya apa? " tanya Rafa dengan tangannya tetap mengaduk mie instan di depannya..
"Gue mau cari tempat tinggal sekitar kampus. Setalah wisuda dan perceraian gue kelar. Gue mau pergi dari Jakarta," jawab Safira dengan menyeka air matanya.
"Lo tinggal di rumah gue aja," sahut Raka. Semoga menatap tajam ke arah Raka. Masak iya mau bawa cewek tinggal serumah itu yang di pikirkan mereka.
"Eh, bukan rumah yang gue tempati. tapi rumah gue yang lain," ralat Raka. Safira mengatakan akan memikirkan tawaran Raka barusan. Karena memang dia harus mencari kerja terlebih dahulu untuk bertahan hidup. Tabungannya hanya cukup bertahan dua bulan saja jika dia akan ngekos sendiri.
Beruntung Safira memiliki teman-teman yang sangat pengertian dan tidak pernah itungan sama dia. Saat pulang. Raka memantau rumah Raka cukup lama setelah mengantar Rafa pulang. Namun, setelah dua jam menunggu tidak ada pergerakan Virza keluar dari rumah. Raka menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan area rumah Virza.