Riana adalah seorang wanita yang merasa sangat beruntung karena bisa menikah dengan pria pujaan hatinya.
Riana yang telah menikah selama hampir sepuluh tahun merasa sangat bahagia karena memiliki suami yang sangat penyayang dan sepasang anak yang sehat dan cerdas.
Namun ternyata kebahagiaan itu hanyalah ilusi yang dibuat oleh suaminya.
Riana yang baru mengetahui tentang perselingkuhan suaminya dengan teman kantornya merasa sangat hancur dan terpuruk.
Riana yang tak ingin hancur sendirian pun memutuskan untuk bangkit demi kedua buah hatinya hingga akhirnya membuat Riana membuat keputusan berat yaitu Pembalasan.
Apa yang sedang direncanakan Riana sebenarnya? Apakah Pembalasan Riana akan berhasil? Apakah Riana dan kedua anaknya bisa menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syila hasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. Melipat Gandakan Uang
Kamal yang berencana memberikan bonus yang didapatkannya kepada Yonna tidak menyangka jika uang tersebut semuanya telah diambil oleh Riana tanpa sepengetahuannya.
“Hah! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus aku katakan kepada Yonna padahal aku sudah setuju untuk memberikan seperempat dari jumlah uang yang diminta Yonna kepadaku?” tanya Kamal pada dirinya sendiri sambil membawa mobil dengan ekspresi wajah yang bingung.
Kamal yang tak bisa menghadapi Yonna pun memutuskan untuk pergi ke kantor sendirian tanpa bisa menjemput Yonna seperti yang dilakukannya selama ini pun mengirimkan pesan w***shapp.
*Maafkan aku Yonna. Aku tidak bisa menjemputmu karena aku harus mengantar Riana ke sekolah anak-anak dan ke rumah sakit.*
*Kenapa Mbak Riana ke sekolah anak-anak Mas? Siapa yang sakit Mas? Mbak Riana sakit apa Mas?*
*Riana tidak sakit. Ibuku yang sedang sakit dan Riana ke sekolah karena ada urusan sebentar di sana.*
Kamal yang tak ingin membalas pesan atau menjelaskan lebih jauh tentang kondisinya saat ini kepada Yonna pun menyimpan kembali handphone kedua tersebut ke tempatnya semula.
Sementara itu, Riana yang telah sampai di sekolah anaknya pun melakukan yang harus dilakukannya setelah mengantar kedua anaknya masuk kelas.
“Selamat pagi, Bu. Saya datang ingin membayar uang sekolah anak saya, Shawn dan Shasa.” Ucap Riana dengan ekspresi wajah yang ramah dan senyum yang lembut.
Bendahara Sekolah yang kebetulan sudah datang pun menyambut kedatangan Riana dengan sangat ramah bahkan membantu Riana untuk menyembunyikan total jumlah uang bayaran sekolah Shasa dan Shawn.
“Terima kasih banyak atas bantuannya, Bu. Mohon jangan bongkar rahasia ini kepada anak saya, Bu. Saya tidak mau anak saya jadi kepikiran dan malas belajar. Biarkanlah ini menjadi urusan saya dan suami saya!” ucap Riana dengan wajah yang dibuat sedih dengan mata yang berkaca-kaca.
Riana yang telah selesai dengan urusannya pun kembali ke mobil dan pergi menuju Rumah Sakit menemui mertuanya.
“Hmmm, aku sudah mengambil keuntungan tiga kali lipat untuk setiap uang bayaran perbulan untuk satu anak. Karena aku membayar tiga bulan dalam sekali waktu maka aku bisa menyimpan lebih banyak uang.” ucap Riana dengan tatapan mata yang tajam.
“Meskipun aku harus menjual cerita perselingkuhan Mas Kamal dan teman kantornya karena ini lebih baik daripada uangnya dipakai oleh Gundiknya Mas Kamald an Anaknya itu!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yag dingin.
“Sekarang waktunya mengambil keuntungan dari Mertuaku tersayang. Sebenarnya aku sangat tidak ingin melakukan ini apalagi sat mengingat semua perbuatan buruk yang dilakukan Mas Kamal dan Ibunya yang menutupi semua kebohongan ini tapi demi tampilan istri baik hati agar bisa mengambil uang Mas Kamal terus menerus maka aku harus melakukannya!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yang tidak senang.
Riana yang melajukan mobilnya ke Rumah Sakit pun bertemu dengan dua Saudari Ipar dan Mertuanya yang menunggunya di pintu masuk Rumah Sakit pun berpura-pura tersenyum ramah.
“Ibu! Maaf, Riana lama. Jalanan macet sekali!” ucap Riana dengan ekspresi wajah yang dibuat menyesal dengan senyum lembut.
“Agh, Kakak Ipar sudah datang. Ibu, aku dan Kak Putri duluan ya karena kami masih ada kerjaan lain.” Ucap Rissa, anak kedua, dengan sikap yang cuek.
“Ya, baiklah. Hati-hati di jalan ya, Nak!” ucap Ibu Wati, Mertua Riana, dengan ekspresi wajah yag pasrah dan tatapan mata yang sedih.
“Ya, jangan khawatir. Kakak Ipar, kami titip Ibu, ya!” ucap Putri dengan sikap yang tidak sopan sambil berjalan menuju parkiran menyusul Rissa yang telah jalan terlebih dahulu mengambil motor.
“Tentu saja. Aku akan mengantar Ibu Mertua ke dalam dan mengantarnya pulang setelah selesai!” ucap Riana dengan senyum yang lembut.
Ibu Wati yang melihat Menantunya itu sangat baik dan perhatian padanya dibandingkan kedua Putri kandungnya itu pun menjadi sangat tersentuh.
Namun Riana yang tak memiliki rasa simpati ataupun ikhlas dalam menolong menatap dingin ke arah Ibu Wati saat berjalan di sampingnya yang mengikuti langkah jalan Ibu Wati yang pelan.
Riana yang sengaja menghubungi temannya Meylani yang bekerja di Rumah Sakit itu pun bergegas masuk menuju Ruangan Dokter yang telah membuat janji dengan Riana.
“Selamat pagi Ibu! Selamat pagi Mbak! Perkenalkan saya Dokter Darwin, Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Silahkan berbaring dulu, Bu. Saya akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu!” ucap Dokter Darwin dengan senyum yang lembut dan nada suara yang ramah.
Riana yang melihat Dokter Darwin melakukan tugasny dengan sangat baik tidak tertarik sama sekali bahkan tidak peduli apakah Ibu Wati akan sembut atau tidak.
Riana yang mendapatkan resep dan juga catatan dari Dokter pun bergegas menyerahkan semuanya kepada temannya, Elisha, untuk mengatur semua biayanya.
Tak butuh waktula, Riana yang hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk menyelesaikan semuanya pun kembali ke Ibu Wati.
“Ibu, apakah pemeriksaannya sudah selesai?” tanya Riana dengan suara yang ramah dan ekspresi wajah yang lembut dan bersahaja.
“Iya, Nak. Ibu sudah merasa lebih baik dan sepertinya Ibu bisa kembali sehat!” ucap Ibu Wati dengan ekspresi wajah yang bahagia.
“Agh, benarkah? Aku ikut senang mendengarnya, Bu! Terima kasih banyak, Dok!” ucap Riana yang langsung mengucapkan terima kasih kepada Dokter yang telah merawat Ibu Wati.
Riana yang tak ingin merawat Ibu Wati hingga kedua iparnya kembali pun mengantar Mertuanya kembali ke rumahnya sendirian.
“Ibu, maafin Riana ya. Riana tidak bisa membawa Ibu pulang ke rumah karena di rumah kami pun tidak ada orang. Mas Kamal kerja, Shasa dan Shwan pergi sekolah dan aku harus ke sekolah Shasa dan Shawn untuk mengurus biaya administrasi sekolahnya!” dalih Riana dengan ekspresi wajah yang sedih.
“Ibu mengerti, Nak. Pergilah. Kasihan Shasa dan Shawn yang akan menunggu lama!” ucap Ibu Wati dengan kata-kata yang terdengar pasrah tapi Riana dapat melihat bahwa Ibu Wati kecewa karena tidak ada yang menemaninya.
Riana yang tak ingin lama-lama pun pergi meninggalkan rumah sederhana itu menuju Bank tempatnya menyimpan uang masa depannya dan anak-anaknya.
“Aku akan menyimpan semua uang ini lalu menambah jumlah deposito uangku agar jumlah uangnya bisa bertambah dengan sendirinya!” ucap Riana dengan penuh semangat.
#Bersambung#
Apa yang akan dikatakan Kamal kepada Yonna nantinya ya? Apakah Yonna akan menerima saja keputusan Kamal? Tebak jawabannya di BAB selanjutnya ya..
kelebihan h
koreksi
me+sadap => menyadap