Enough berkisah tentang kisah asmara seorang wanita bernama Dia Tarisma Jingga dengan seorang lelaki yang belum lama dikenalnya, Btara Langit Xabiru
Keduanya saling mencintai dan kemudian memutuskan membangun kehidupan keluarga kecil yang harmonis dan bahagia.
Namun sayangnya semua itu hanya menjadi angan saja, hal ini terjadi lantaran trauma masa lalu dan sikap Tara yang abusive, yang pada akhirnya menjadi prahara dalam rumah tangga mereka.
Akankah Tari dan Tara mampu mempertahankan rumah tangga mereka? Kisah selengkapanya hanya ada di novel Enough.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Drrt... Drrt...
Handphone Tari bergetar, dan ia langsung meraihnya untuk melihat siapa yang menghubunginya. Tari terkejut ketika melihat untuk pertama kalinya Tara menghubunginya, karena biasanya Tara hanya mengirimkan pesan padanya.
"Halo." sapa Tari.
"Halo my girlfriend," sapa Tara, dari seberang telepon.
Tari tersenyum sumringah mendengar suara Tara yang memabukan. "Hai, my boyfriend."
"Coba tebak," ucap Tara.
"Apa?" tanya Tari penasaran.
"Besok aku cuti, dan aku sedang berada di dalam lift apartementmu. Aku ingin menghabiskan masa cutiku yang cuma satu ini bersama pacarku.
Kata-kata Tara membuat Tari tersipu malu. "Okay, aku akan menemanimu seharian penuh, tapi ayo coba tebak."
"Apa?" tanya Tara, kali ini dirinya yang di buat penasaran oleh Tari.
"Aku baru saja, selesai memasak untukmu dan sekarang aku sedang mandi."
"Oh, ya?" tanya Tara dengan penuh antusias, ia langsung mematikan sambungan teleponnya, dan beberapa detik kemudian ia mengirimkan pesan untuk Tari.
Tara:
Mana fotonya? Aku mau lihat.
^^^Tari:^^^
^^^Kesini saja langsung, agar kau bisa memfotonya sendiri.^^^
Tari hampir selesai, begitu ia mengenakan handuk dan berbalik ternyata Tara sudah berdiri di depan pintu kamar mandinya. "Aku sudah selesai dan ingin memakai baju." Tari menerobos masuk kedalam kamarnya.
Tara mengikutinya sambil terus memandangi Tari, ia duduk di atas tempat tidur memperhatikan Tari mengenakan pakaiannya.
Tari mengenakan pakaiannya sembari bernyanyi dan menggoyang-goyangkan pinggulnya sesensual mungkin, dan seketika suaranya memekik ketika rasa pedih menyengat di bok*ng bagian kirinya. Tari berbalik ke arah Tara. "Tara kau menggigitku?"
"Siapa suruh darintadi kau menggodaku terus. Karena kau sudah menggodaku, jadi sepanjang malam ini kau harus mau bercin*a denganku." ucapnya tanpa rasa bersalah, ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil gelas dan menuang sampanye.
"Ini sampanye blanc de noirs," ucap Tara kepada Tari, ia menyadari jika Tari mengikutinya dari belakang. Tara mengulurkan gelas kepada Tari.
"Sampanye blanc de noirs, untuk perayaan?" tanya Tari.
"Sebentar lagi aku akan jadi uncle, aku punya pacar yang sangat cantik dan seksi, dan progres projectku sudah berjalan 20%." Tara meneguk habis sampanyenya dan menuang segelas lagi. "Besok lusa, aku akan menggelar meeting penting untuk pelaporan progres project itu, untuk itulah aku ingin merayakannya bersamamu malam ini."
Tara membuka laptopnya, ia memperlihatkan bahan materi yang akan ia sampaikan pada meetingnya besok lusa. "Kau lihat, taman rekreasinya sudah mulai terlihat." tunjuk Tara pada layar laptopnya. "Disini akan ada space mountain, roger rabbits's car toon spin, star tours. Dan masih banyak yang lainnya."
"Wow itu sungguh mengagumkan Tara." Tari sangat mengagumi Tara ketika ia melihat betapa semangatnya Tara dalam membahas project besarnya, Tara terlihat sangat berambisi sekali.
"Kira-kira berapa lama kamu meeting untuk mengevalusi project yang sudah berjalan 20% ini?" tanya Tari.
Tara mengangkat bahunya. "Entahlah, mungkin bisa sampai larut malam, karena selain meeting banyak berkas yang harus aku tandatangani besok lusa."
Tari meraih tangan Tara dan menciumnya. "Semangat ya."
Tara meraba leher Tari dan membalik tubuh Tari, Tara menghimpit tubuhnya dari belakang dan perlahan tangannya menyusuri bagian samping tubuh Tari. "Kamu mau tahu seberapa nikmatnya tangan ini?" bisiknya.
Tara menekan tengkuk Tari dan membukukan badannya ke meja makan. Tangannya mendarat di bagian dalam lutut lalu merayap ke atas denga perlahan. Tara merenggangkan kedua kaki Tari kemudian jarinya menyusup ke dalam tubuh Tari yang hanya mengenakan short dres tanpa cel*na dal*m.
Tari mengerang dan mencekram sudut meja makan, sementara Tara terus menggerakan tangannya di dalam tubuh Tari. hingga getar handphone di sakunya, menghentikan aktivitasnya.
Tara mengambil handphonenya kemudian ia membaca pesan masuk yang dikirim oleh Caira untuknya. "Besok siang Caira mengajak kita makan siang di restoran Jepang yang kemarin kita makan bersama bunda." ucap Tara.
"Aku tidak mau ke sana lagi, " tolak Tari secara halus. "Ayolah kita cari restoran Jepang yang lebih enak dan bagus."
Tari tidak sanggup untuk memberitahu Tara alasan sesungguhnya mengapa ia tidak ingin ke sana lagi.
"Caira sedang mengidam, ia ingin sekali kesana. Aku sudah terlanjut bercerita banyak tentang tempat itu dan berjanji mengajaknya."
"Ya sudalah." ucap Tari pasrah, ia berharap jika besok siang dirinya sedikit beruntung tidak bertemu Ranu di tempat itu lagi.
"Aku mandi dulu ya." Tara beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi. Sementara Tari kembali menikmati Sampanye blanc de noirs, ia terbuai dengan rasanya yang gurih dengan rasa buah yang hidup.
Tari menikmati sampanye sembari melihat beberapa file yang memuat progres mega project milik Tara, ia tak hentinya mengagumi project yang tengah di kerjakan Tara. Sialnya di gelas ke empat ia mulai kehilangan kendali, sehingga secara tak sengaja, Tari menghapus materi presentasi Tara.
"Brengsek kau Tari, apa yang kau lakukan?" Tara yang mengetahui filenya terhapus oleh Tari langsung menyingkirkan Tari menjauh dari laptopnya. Ia langsung mencari datanya yang terhapus di recycle bin, namun sayangnya data tersebut tidak ada. "Kau menghancurkan karirku."
"Maaf aku tidak sengaja, Tara" ucap Tari dengan raut wajah penuh penyesalan, ia kembali mendekat ke arah Tara, memengang lengannya.
Tara kembali menghempaskan Tari hingga Tari terjatuh ke lantai dan gelas yang berada di tangannya pecah berantakan.
Dalam hitungan detik, tangan Tara muncul dan menghantam Tari, membuatnya terpental ke belakang. Tenaganya sangat kuat sehingga Tari terhuyung, kehilangan keseimbangan dan tersungkur hingga membentur lemari.
Rasa sakit menyeruak dari sudut matanya, tepat di dekat pelipisnya. Air matanya, hatinya, dan jiwanya remuk berkeping-keping. Ia mendekap kepala dengan kedua tangannya. "Brengsek kau Tari, apa yang kau lakukan?" suara bentakan Tara kembali terngiang di telinganya. "Kau menghancurkan karirku." setiap katanya menyayat bagai pedang di hati Tari
"Tari," ucapnya, ia berusaha melepas tangan Tari, namun Tari bergeming.
Tari menggeleng, berharap kejadian tadi hanyalah mimpi atau halusinasinya saja. Tara menarik tubuh Tari ke dalam pelukannya, ia mencium ubun-ubun Tari. "Aku benar-benar minta maaf, aku tak bermaksud untuk mendorongnmu. Aku panik, semua file yang kau hapus tidak ada di recycle bin. Semuanya terjadi begitu cepat, maafkanaku Tari."
Tari tak mendengar suara Tara, ia justru malah mendengar suara yahnya.
"Maafkan aku Surinala, aku tidak sengaja. Aku benar-benar minta maaf, dan berjanji tak akan mengulanginya."
👏👏👏👍
banyak pesan moral yg didapat dari cerita ini.. asli keren kak.. bisa buat baper akut n nangis Bombay.. untuk kak Irma sukses terus sehat dan selalu di tunggu karya selanjutnya..
banyak pesan dan ilmu yang terkandung
Semangat Kak author,
Terima kasih untuk cerita yg luar biasa ini,
💪👍
jadi ayah tari juga hilang kendali saat mabuk 😪
mungkin juga bunda marah bunda kesel,,, tapi bunda juga mudah memaafkan ayah 😐😐😐
apa yg di alami bunda terjadi sama tari sekarang 😭