Rahwana Bataragunadi, menyamar menjadi Office Boy di kantornya sendiri untuk menguak berbagai penyimpangan yang terjadi.
Pemuda itu mengalami banyak hal, dari mulai kasus korupsi, sampai yang berhubungan dengan hal-hal gaib.
Dalam perjalanannya, ia ditemani entitas misterius yang bernama Sita. Wanita astral yang sulit dikendalikan oleh Rahwana itu selalu membantunya di saat butuh bantuan.
Masalahnya, Rahwana tahu Sita bukan manusia. Tapi semakin hari ia malah semakin jatuh cinta pada Sita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catatan 31 : Request Pembaca, Sekilas Ai dan Nayaka
Nayaka Tanurahardja, biasa dipanggil Nay. Cantik, manis, dengan rambut hitam berkilau yang panjangnya sepinggang, saat ini berusia 19 tahun.
Sudah tentu ia sosialita. Kedua orang tuanya pebisnis handal dan keluarga besarnya turun termurun dikenal sebagai keluarga konglomerat di negeri ini.
Walaupun nama belakangnya Tanurahardja, dimana ia mengikuti nama Ayahnya, namun sejatinya ia seorang Bataragunadi.
Ayahnya bernama Dimas Tanurahardja. Tanurahardja bukanlah nama sebuah keluarga, itu sebenarnya hanya nama belakang biasa. Nama belakangnya seharusnya Sandro dari keluarganya di Italy, tapi entah bagaimana tidak tersemat karena sejak kecil Pak Dimas ini tinggal di Indonesia.
Pak Dimas adalah main core di Garnet Bank, Presdir sekaligus pemegang saham dari Garnet Grup. Keahliannya dalam bernegosiasi lumayan lihai dan ia memiliki banyak kenalan orang besar.
Sedangkan Bundanya bernama Meilinda Bataragunadi, adik Kandung Sebastian Bataragunadi. Dulu Bu Meilinda dan Pak Dimas adalah Boss dan Anak buah. Sudah pasti Bu Meilinda adalah Bossnya, dia kan seorang Bataragunadi.
Pak Sebastian melihat kemampuan Pak Dimas sangat mumpuni untuk menjalankan perusahaannya, jadi sebagian besar kepemilikan saham ia alihkan ke adik iparnya itu.
Dilihat dari latar belakang keluarganya, bisa diambil kesimpulan, Ya, Nayaka sangat kaya raya. Gaya hidup Hedonisme juga dianutnya, tentunya.
Dan dia jatuh cinta ke... Ai. Putra tunggal ajudan Pak Sebastian.
Ajudan Pak Sebastian yang mana? Ya sudah pasti Komandan Garnet Security Agency, Pak Ares Manfred alias Pak Arman. Ajudan sekaligus Sekretaris, sekaligus tukang disuruh-suruh, dengan sarkas Pak Arman menyebut dirinya sendiri jongos Bataragunadi.
Dan anak laki-lakinya sekarang dikejar-kejar seorang putri dari Bataragunadi? Senangkah ia?
Jelas tidak.
Sampai kapan trah perbudakan ini berakhir, keluhnya suatu hari saat tahu kalau Nayaka bucin sejatinya Ai.
Namun hal itu ia ungkapkan karena ia sendiri merasa berhutang budi sangat besar kepada Pak Sebastian. Baginya anaknya dan anak-anak dari keluarga besar Bataragunadi, maupun Beaufort dan Bagaswirya adalah sepupu. Jadi kalau Nayaka jatuh cinta ke Ai, ia merasa Nayaka jatuh cinta ke sesama saudaranya.
Saking eratnya ikatan persaudaraan yang mereka miliki.
Saat Rahwana diculik pun, yang paling panik justru Pak Arman. Bukan karena takut pada Pak Sebastian, tapi karena bagaikan anaknya sendiri yang diculik. Sudah pasti bercampur rasa marah yang luar biasa.
Saat ia menemukan Gopar pun, para anak buahnya tidak berani menceritakan siksaan jenis apa yang ia hadiahkan ke pesakitan itu. Yang jelas semuanya bungkam bagaikan itu sebuah mimpi buruk.
Anggota satuan pengamanan swasta besutan Pak Sebastian adalah orang-orang dengan inteligent cerdas dan kemampuan bertahan diri yang tinggi. Berbagai situasi sudah mereka hadapi. Dari mulai mengarungi medan yang belum terjamah, menjadi mata-mata di negara adidaya, sampai adegan perang-perangan. Sudah tentu berbagai macam bentuk jasad tak bernyawa sudah mereka lihat, dari yang paling miris sampai yang bentukannya luar biasa aneh.
Tapi saat ditanya apa yang Pak Arman lakukan ke Gopar, mereka langsung pucat dan menunduk.
Kembali lagi ke Nayaka, saat ini gadis itu berkuliah di fakultas ekonomi sekaligus bekerja di perusahaan perhiasan bernama LSJ. Bundanya ingin ia juga menjadi pebisnis, dengan alasan Nayaka dari kecil sudah terlanjur diajarkan hidup mewah, jadi jangan sampai Nayaka hidup susah. Dan menjadi bussiness woman adalah jalan keluar terbaik agar Nayaka bisa mandiri sekaligus membiayai hidupnya sendiri dengan berkecukupan. Jadi, gadis itu melamar pekerjaan di LSJ sembari mengambil gelar sarjananya.
Sudah cukup mengenai perkenalan Nayaka, kini kita beralih ke Ai.
Pemuda itu sebenarnya bukan gay. Tapi ia memiliki perasaan yang lebih sensitif dibanding laki-laki normal. Ia mudah terharu, mudah panik dan menyukai sesuatu yang indah. Karena itu ia juga ingin dirinya indah. Dan di matanya, keindahan yang sebenarnya ada di diri seorang wanita.
Wanita-wanita di sekitarnya indah, mereka cantik, terawat dan semua adalah pribadi yang elegan.
Namun,tidak dengan para laki-lakinya.
Secara visual memang jugalah indah, bagaikan para dewa di Olympus. Namun tingkah bar-bar mereka yang merusak keindahan itu.
Ai kecil sejak usia tiga tahun belajar bela diri dan menggunakan senapan. Ia juga dilatih untuk bisa menguasai dirinya agar emosinya tidak terlihat. Sampai usia 7 tahun tampaknya didikan itu berhasil, ia bagaikan duplikat Papanya dan digadang-gadang menjadi komandan GSA selanjutnya saking mahirnya ia dengan kegiatan per-agen-nan.
Namun semua itu berubah saat secara tidak sengaja, Ai menyelinap ke kantor GSA untuk melihat senjata-senjata yang baru dipasok dari Tiongkok. Ia sudah melihatnya tadi siang, namun buatnya pengamatannya tidak cukup saking hebatnya bentukan laras panjang itu, jadi AI ingin mengaguminya sendiri sekali lagi.
Kebetulan, saat ia berhasil menyelinap ke kantor, GSA sedang dalam upaya menginterogasi beberapa orang terkait kasus mafia.
Dan saat Ai tidak sengaja melihat adegan interogasi itu, ia tahu, ia tidak mungkin bisa menjadi seperti Papanya.
Di depannya, Papanya itu, Pak Arman lebih sering santai, tersenyum, ramah, walaupun lidahnya sangat tajam dan selalu sinis, bertolak belakang sekali dengan wajahnya yang tampan dan manis itu. Ia pun mengajarkan Ai bela diri bukan dengan tangannya sendiri tapi melalui anak buahnya, salah satunya Om Rumi, wakil Komandan GSA, dan seorang gadis cantik bernama Mia Bagaswirya yang sering berlatih beladiri bersama dengannya.
Lalu pemandangan saat itu yang ada di depannya, Papanya sedang menawarkan sebuah kesepakatan dengan si terdakwa. Kalau berhasil menjatuhkan Pak Arman, mereka boleh pergi dari sana. Kalau tidak berhasil, mereka akan ditembak mati.
Jadilah pertarungan dengan taruhan nyawa terjadi malam itu.
Pak Arman melawan mereka sendirian, tanpa alat apa pun, hanya berbekal tangannya yang sering memeluk istrinya dari belakang dengan sayang. Tangan itu pula yang sering mengelus rambut Ai di kepalanya saat anak itu berangkat sekolah, atau meraih suatu prestasi.
Yang ia lihat sekarang, tangan itu, kaki itu, dan anggota tubuhnya yang lain melakukan gerakan dahsyat yang belum pernah AI lihat. Manuver yang luar biasa indah, dan teknik yang mustahil dilakukan manusia biasa. Para lawannya adalah para mafia yang puluhan tahun berkecimpung di dunia gangster, tubuh mereka lebih tinggi dan besar dibanding Pak Arman.
Mereka semua jatuh ke tanah dengan cepat.
Om Rumi bahkan tidak perlu repot-repot membuang pelurunya, bentukan korban Pak Arman sudah amburadul saat mereka menyentuh lantai.
Para agen GSA hanya menatap adegan mengerikan itu sambil tersenyum sinis.
Dan Ai langsung merasa insecure. Mentalnya langsung down dan dia menyadari jalannya sangat terjal dan panjang. Ia terlalu percaya diri selama ini.
Di depan AI mereka memuji-muji Ai, bahkan sering bertingkah laku konyol, selalu bercanda seakan hari-hari mereka tak ada yang serius, tanpa AI tahu setiap sosok anggota memiliki kemampuan yang sangat tinggi.
Mereka anggota elit yang dipilih sendiri oleh Pak Arman. Sudah pasti bukan orang sembarangan.
Dan Papanya itu selama ini tidak mengajari Ai dengan tangannya sendiri, kemungkinan besar takut Ai terluka cukup parah. Jadi yang sering dipasangkan dengan Ai hanya lah sorang gadis remaja yang bahkan pukulannya cukup kencang. Terbayang bagaimana pukulan Papanya.
Sejak itu, saat berlatih Krav Maga, Ai mulai ogah-ogahan.
Dipikirnya, daripada aku tertinggal jauh, dan aku malu sendiri, sekalian saja aku bertolak belakang dari Papa. Mau tunggu berapa ratus tahun sampai kemampuanku setingkat Papa?
Papa dibesarkan dengan keadaan memprihatinkan, sedangkan aku dibesarkan dengan kemewahan dan kondisi selalu berkecukupan. Sudah pasti olah tubuh kami berbeda drastis! Sampai kapan pun aku tidak akan bisa menyamai Papa. Menyamai Om Rumi saja tidak bisa!
Si Wakil Komandan GSA, Om Rumi, juga memiliki masa lalu yang cukup menyedihkan, pria itu sangat ganas kalau sedang marah. Jadi bisa dibilang, Ai merasa sampai kapan pun ia tidak bisa masuk ke circle Papanya.
Juga ditambah lagi,
Bu Ayumi, Mama Ai dan istri Pak Arman, adalah mantan Yakuza, bebas dari lingkungan gangster itu berkat Pak Sebastian. Dan lagi-lagi membuat Ai lebih depresi. Di depan Ai mereka terlihat selalu rukun, kalau ada masalah biasanya Bu Ayumi hanya ngambek, tapi sebentar. Biasanya masalah wanita karena Papanya menyukai wanita cantik. Rupanya mereka membangun ruang bawah tanah di rumah... saat malam mereka menyelesaikan konflik mereka di basement.
Katana, pistol, pisau dapur bahkan rantai besar adalah senjata ibunya melawan Pak Arman, dan Pak Arman bahkan dilarang membawa senjata sama sekali. Karena sangat mencintai istrinya dan tahu ia yang bersalah kalau istrinya mulai ngambek, Pak Arman hanya bisa menangkis setiap serangan dan tidak melawan. Bodohnya, semua itu selesai dengan adegan ehem. Di tempat itu juga.
Kenapa hanya ada orang-orang hebat di sekelilingnya?! begitu pikirnya.
Untuk menghibur hatinya, ia jadi sering bergaul dengan golongan yang dianggap paling lemah oleh masyarakat dan dianggap tidak bisa apa-apa. Yaitu golongan sosialita.
Di sini tidak ada orang tangguh. Hanya cewek-cewek manja yang menghabiskan uang orang tuanya, bahkan sekedar menyentuh pagar rumahnya sendiri saja tidak pernah karena selalu diantar dengan mobil. Lambat laun, ia jadi tiktokers, jadi sering ke salon, dan gaya bicaranya jadi berbeda drastis.
Namun masih ada secercah bakat dalam diri AI, DNA orang tuanya yang tangguh mengalir deras di dirinya. Ai tetap suka dengan berbagai bidang beladiri, mahir mengoperasikan senjata, beberapa kali ia diajak melakukan penyergapan, namun selalu gagal karena anak buah ayahnya selalu lebih gesit, jadi Ai memutuskan hanya jalan santai saja ke lokasi. Toh begitu sampai semua sudah beres, untuk apa pula gunaku di sini. Pikir Ai.
Dan kejadian itulah yang membawa pribadi Ai sedikit unik.
Pun, ia nyatanya dipercaya untuk mendampingi Rahwana, si anak konglomerat yang sebenarnya lebih tangguh dari Ainya sendiri.
Entah apa maksud Pak Arman mengutus Ai, mungkin kita akan tahu di episode selanjutnya.