Niatnya ingin kabur dari kejaran polisi tapi Juvel justru menerima benih dan harus mengandung anak dari Keiner si taipan sombong.
Mereka akhirnya memutuskan untuk menikah kontrak sampai bayi yang dikandung Juvel lahir.
Dan disinilah awal kisah Juvel dan Keiner dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TBM BAB 31 - Bayi Mafia
Juvel membawa Keiner ke kamarnya yang ada di markas. Saat mereka masuk ke kamar, Juvel langsung mendorong tubuh Keiner karena kesal.
"Sudah aku bilang kan, jangan kemari! Biar aku yang membujuk daddy ku!" kesal Juvel dengan mendudukkan diri di sofa kamarnya.
Keiner hanya diam saja karena sedari tadi dia sibuk mengamati markas tersembunyi yang selama ini Juvel tinggali.
"Kau dari kecil hidup di sini?" tanyanya penasaran.
"Kenapa?" Juvel justru bertanya balik. "Ini markas utama, ada markas-markas lain yang tersebar di wilayah kekuasaan kami. Kami juga punya mansion dan pulau pribadi!"
Juvel menjelaskan mengenai tempat tinggalnya. "Dari kecil justru aku tumbuh dengan berpindah-pindah tempat. Dan kau tahu? Itu melelahkan!"
Kemudian gadis itu berdiri dan membuka salah satu laci di kamarnya. Juvel mengambil kertas gulung dan membuka gulungannya di depan Keiner.
"Apa ini?" tanya Keiner.
"Rancangan rumahku di Swiss!" Juvel kemudian menjelaskan rancangan yang dia buat sendiri. "Aku menggambar rumah ini dari kecil, aku sudah membeli tanah di sana dengan nama orang lain supaya orang tuaku tidak curiga!"
Keiner menatap Juvel yang tampak seperti anak kecil sekarang, sungguh jika orang yang tidak tahu pasti mereka mengira jika Juvel gadis biasa yang imut.
"Biar aku yang menyelesaikan pembangunannya," ucap Keiner dengan mengambil rancangan rumah masa depan Juvel.
"Kompensasi jadi janda, kau harus membangun dan membuat peternakan sapi untukku!" Juvel memukul dada Keiner kemudian mereka tertawa bersama.
Juvel dan Keiner tertawa dengan saling menatap satu sama lain yang membuat tawa mereka sedikit demi sedikit memudar, mereka lalu terdiam sampai Keiner mengusap salah satu pipi Juvel dengan salah satu tangannya.
"Aku rasa itu masih kurang, aku akan memberikan sebagian hartaku untukmu!" tambah Keiner.
Keiner memajukan wajahnya dan mencium bibir Juvel dengan lembut, Juvel yang terbawa suasana hanya bisa memejamkan matanya dan membalas.
Mereka berciuman cukup lama sampai Juvel merasa tubuhnya diangkat oleh Keiner, lelaki itu menggendong Juvel ke atas ranjang.
"Apa aku boleh membuka jalan lahir bayiku?" tanya Keiner dengan tangan yang mengusap perut Juvel.
"Bukankah terlalu cepat? aku rasa saat trimester ketiga," jawab Juvel dengan wajah merona.
"Ho? Jadi kau mencari tahu ya?" Keiner semakin bersemangat menggoda Juvel.
"Ada sesuatu yang asing dalam tubuhku tentu saja aku mencari tahu apa itu," ucap Juvel memberi alasan. "Aku akan mengandung bayimu selama 9 bulan dan ada hal yang aku takutkan!"
"Aku takut tidak bisa melepasnya!"
Keiner agak kaget mendengarnya, apakah ini yang disebut naluri ibu?
"Juvel, kita sudah sepakat sebelumnya bukan?" Keiner mencoba mengingatkan.
Juvel mendengus kasar, tentu saja dia tahu semua itu tapi dia juga memikirkan lebih jauh lagi tentang bayi yang dikandungnya.
"Setelah aku melahirkan, kita akan berpisah. Aku akan hidup bebas seperti yang aku mau dan kau akan hidup berdua dengan bayimu. Tapi apakah akan semudah itu? Bagaimana dengan orang tuaku? Bagaimana jika mereka tidak mau melepas cucu mereka, bukankah bayinya juga darah dagingku?"
"Dan bagaimana dengan aku?"
Juvel merasa emosional, mungkin hormon kehamilan membuatnya sangat sensitif.
"Aku mulai menyayanginya, Keiner!"
Sebuah pernyataan yang tidak diduga-duga oleh Keiner.
"Jadi apa maumu sekarang?" tanya Keiner dengan mengusap air mata Juvel yang jatuh.
"Aku ingin bayi ini, bayi ini juga milikku!" pinta Juvel dengan memeluk perutnya.