Agas berstatus duda setelah istrinya Tara yang telah berselingkuh dengan sahabatnya Damar mengguggat cerainya.
Dihianati, ditinggalkan dan dihina membuatnya ingin membuktikan kalau dirinya lebih hebat. Ia pun bertekad ingin sukses lagi.
Agas berubah menjadi duda nackal dengan pergaulan kelas atas. Menikmati hidupnya dan menyepelekan arti pernikahan.
Sampai Agas mengenal Tari, cewek polos yang memintanya untuk dinikahi hanya agar Agas menolongnya. Mampukah Tari membuat Agas kembali ke jalannya yang benar?
Mampukah Tari membuat Agas melupakan Tara dan membuka hatinya untuk cinta yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama yang Jutek
Aku bersiap-siap hendak ke bandara untuk menjemput Papa dan Mama. Tari menolak ikut serta karena beralasan mau membuatkan makanan untuk menyambut kedatangan kedua orang tuaku.
Sepanjang perjalanan, Mama hanya diam saja tanpa senyum sedikitpun di wajahnya. Papa menyuruhku membiarkan saja karena memaksanya bicara hanya membuat Mama tambah emosi.
Saat aku sampai rumah, Tara sedang berkutat dengan tanaman anggrek miliknya. Senyumnya mengembang saat melihat Mama dan Papaku yang datang.
Tanpa malu, Ia menghampiri Papa Mama dan mencium tangan mereka. "Baru datang Ma... Pa?" sapanya.
"Kamu enggak usah panggil saya Papa lagi! Panggil Om saja!" ketus Papa.
"Ma... Tante dan Om tumben belum lama ke Jakarta sudah datang lagi." niatnya sih Tara mau berbasa-basi, tapi malah membuat Papa berkata semakin pedas saja.
"Memangnya kamu belum bilang sama mantan istri kamu Gas, kalau besok kamu mau menikah?" tanya Papa.
"Agas? Mau menikah? Besok?" tanya Tara.
"Jangan pura-pura tidak tau! Aku sudah bilang kemarin kalau aku akan segera menikah!" jawabku dengan ketus.
"Iya tau, tapi aku pikir itu bohong. Dengan wanita yang kemarin? Yang tinggal bareng dengan kamu? Bukan dengan mahasiswa cantik waktu itu?"
Aku melipat kedua tanganku di dada. Lagi-lagi Ia membuat kedua orang tuaku bertanya siapa mahasiswa yang dimaksud.
"Mahasiswa siapa Gas?" tanya Mama.
"Jangan pedulikan dia, Ma. Ayo kita masuk!" aku mengajak Mama dan Papa masuk ke dalam rumah. Sebelum aku masuk aku sengaja berbalik badan dahulu. "Besok datanglah ke pernikahanku. Sebagai tetangga, kamu juga harus tau siapa istriku!"
Aku mengikuti kedua orangtuaku dan masuk ke dalam rumah. Tari menyambut kedatangan Papa dan Mama dengan senyuman.
Ia salim pada Papa yang membalasnya dengan senyum hangat, beda sekali saat menghadapi Tara tadi yang super ketus.
Berbeda dengan Papa yang menyambut Tari dengan senyuman. Mama justru menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Wajah Mama seketika berubah menjadi guru killer yang siap menghukum muridnya yang nakal.
Saat Tari mengulurkan tangan untuk salim, Mama hanya mengulurkan beberapa detik tangannya lalu ditarik kembali.
"Aku buatin teh tarik buat Mama dan Papa. Masih hangat, silahkan dicoba!" ujar Tari yang berusaha seramah mungkin dengan Mama.
"Kamu buat sendiri? Ini roti juga?" tanya Papa yang mencairkan suasana dengan duduk di ruang tamu dan mencoba roti buatan Tari.
"Iya, Pa. Tari buat sendiri. Maaf kalau masih belum enak, Tari masih belajar buatnya."
"Aku juga mau coba ah. Ayo Ma, dicoba! Roti buatan Tari enak loh! Tadi pagi Tari sudah membuatkan Agas roti buat sarapan. Lagi banyak eksperimen dia." aku duduk dan mencicipi teh tarik dan roti panada yang Ia buat. Memang kuakui rasanya enak.
Mama ikut duduk di ruang tamu bersama Papa dan mencicipi teh tarik. Aku tahu Mama menyukainya meski bersusah-payah menyembunyikannya.
Mama juga memakan roti panada yang Tari buat. Sampai habis. Mama tuh tipikal orang yang pemilih, kalau tidak enak tak akan Ia makan sampai habis.
"Persiapan pernikahan kalian gimana, Gas?" tanya Papa. "Udah pesan baju pengantin?"
"Udah, Pa. Pesan kebaya di butik langganan Mama." Papa sebenarnya sudah tau, Ia hanya ingin Mama mendengar sendiri rencanaku.
"Penghulunya juga udah beres kan?" tanya Papa lagi.
Ini apa sih Papa, kalau mau kasih tau Mama kenapa enggak langsung aja sih? Kenapa harus pakai cara agak menyindir seperti ini? Padahal Papa tau dengan detail rencana pernikahanku besok.
"Udah, Pa."
"Katering gimana? Buat tetangga bagi-bagi apa? Mau buka prasmanan?" tanya Mama yang akhirnya terpancing.
"Mm... Agas lupa, Ma." bohongku, padahal kemarin aku malah party dengan teman-temanku.
"Gimana sih kamu? Masa buat tetangga enggak mikirin katering? Nanti apa kata tetangga?" akhirnya aku kena semprot Mama. Salahku sih melupakan hal yang penting seperti ini.
"Maaf Ma. Agas kemarin sibuk ngurusin showroom dan Tari. Agas lupa. Gimana ya Ma baiknya?" bohongku, padahal kemarin aku sempat-sempatnya party sama anak-anak.
"Sudah! Biar Mama pesan dari resto saja! Kamu ngurus pernikahan sendiri saja enggak beres! Padahal ini bukan pernikahan kamu yang pertama!" habis sudah aku kena semprot Mama. Nasib... nasib...
****
Aku memutuskan mengisi waktu liburku dengan olahraga diatas. Lari di treadmill dan menjaga bentuk ototku dengan memakai alat gym yang aku miliki.
"Om!" Tari menongolkan wajahnya di depan ruang gym milikku.
Kuhentikan olahraga yang kulakukan. "Kenapa?"
"Mandi dulu! Nanti kita makan malam bersama. Tari udah masak, nanti Om yang ajak kedua orangtua Om ya!"
Aku tersenyum, rajin sekali anak ini. Pagi membuatkanku roti untuk sarapan, siang membuatkan panada dan teh tarik untuk menyambut kedatangan orangtuaku. Untuk makan malam pun Ia siapkan juga.
Kalau anak gadis lain, sehari sebelum akad nikah biasanya pergi ke salon untuk luluran, maskeran dan aneka perawatan salon lain. Tari malah sibuk berkutat di dapur demi menyenangkan keluargaku.
"Aku pesankan perawatan salon di rumah ya. Besok kita akan menikah, biasanya perempuan suka merawat diri di salon. Jangan memasak terus!" kataku.
"Tapi nanti makan malamnya gimana?"
"Nanti aku bantu siapkan. Kamu tunggu di kamar saja!"
Tari pun kembali ke kamarnya. Kuhubungi salon yang bisa datang ke rumah lewat salah satu aplikasi.
Aku menggantikan tugas Tari menyiapkan makanan yang sudah Ia masak dan menatanya diatas meja makan.
"Kenapa kamu yang lakukan? Mana calon istri kamu?" tanya Mama. Sejak tadi Mama sibuk mencai katering untuk besok.
"Tari aku suruh perawatan di kamarnya. Ada orang salon yang datang untuk kasih treatment. Tari udah masakkin buat kita, nanti dia akan makan kalau udah selesai. Papa mana, Ma?"
"Papa tadi ketiduran di kamar. Mama mah sibuk ngurus katering dadakan, eh dia malah asyik molor! Papa lagi sholat dulu baru nanti kesini." Mama membantuku meyiapkan makan malam.
"Bagaimana kepribadian anak itu?" Mama menanyakan tentang Tari.
"Baik. Lugu. Polos. Rajin." jawabku jujur.
"Kenapa kamu mau menikahinya? Seharusnya kamu pikirin dulu dengan matang. Jangan karena kasihan jadi menikah sembarangan!"
"Ma, Agas enggak nikah sembarangan! Tari tuh anak yang baik. Ya jujur aja sih, awalnya Agas hanya menolongnya karena kasihan. Tapi setelah mengenalnya lebih dekat, ternyata Tari tuh baik anaknya. Agas yang tidak percaya pernikahan saja berpikir kalau dia cukup baik untuk menjadi seorang istri. Setidaknya Ia tidak menjadi istri yang terlihat pintar mengelabuhi suaminya karena berselingkuh dengan sahabat suaminya sendiri." jawabku dengan sinis. Bukan sinis pada Mama, melainkan sinis akan nasib yang menimpaku.
"Kalau ternyata dia bukan istri yang baik gimana?" tanya Mama lagi.
Aku tersenyum. "Agas justru bukan suami yang baik, Ma. Agas dan dunia Agas yang gemerlap. Tari tuh polos dan lugu. Tari masih terlalu muda namun cobaannya begitu berat. Memiliki suami seperti Agas juga adalah cobaan buatnya. Jadi, Mama tenang dan tak perlu kebanyakan pikiran ya. Kalau bukan Tari, Agas mungkin selamanya tak mau menikah lagi."
Mama menatapku dengan sedih. "Kasihan kamu, Nak. Trauma kamu sepertinya susah sekali untuk dihilangkan."
"Agas akan menghilangkannya perlahan, Ma. Biarkan Tari menjadi istri Agas. Ridhoi rumah tangga kami, semoga apa yang Papa katakan benar. Agas bisa menyembuhkan trauma Agas akan pernikahan dengan menikahi Tari."
Mama menghela nafas dalam. "Iya. Semoga saja. Mama selalu mendoakan kebaikan untuk kamu. Tapi maaf, Mama tak bisa menyukai seseorang dengan mudah, seperti mudahnya membalikkan telapak tangan."
****
Hi Semua.... Bantu kasih ⭐⭐⭐⭐⭐ ya ke Om Agas. Yang belum paham, aku kasih tau caranya ya!
klik Rating
lalu kasih bintang 5 dan kumpulkan deh.
Mudah kan? semuanya free, yuk dukung Om Agas ya 😊 Maacih semuanya 😘😘😘