Warning 21+ guys ... harap cek umur dulu sebelum baca.
***
Arya seorang Presdir di sebuah perusahaan terjebak pesona sekretaris pribadinya sendiri yang setiap hari sering berinteraksi dengannya.
Suatu hari mereka terpaksa tinggal satu kamar dan tidur satu ranjang. Bisakah Arya bertahan dengan godaan ranjang dari sekretaris mudanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Dusta Anna
Anna kini langsung cepat-cepat duduk di bangkunya dan merapatkan tubuhnya pada meja di depannya serta mencondongkan tubuhnya ke arah Arya.
"Kamu tadi bilang apa, Mas?" tanya Anna memastikan, takut kalau dia salah dengar.
"Laki-laki yang ada di samping pembantumu itu adalah anak sulungku, An," jawab Arya.
"Astaga, kenapa semuanya harus seperti ini," tutur Anna yang sama stressnya seperti Arya. "Oh iya, kira-kira pembantuku sudah mengadu pada anakmu belum ya?"
"Sepertinya belum, An." geleng Arya. "Kami belum pernah sempat bertemu dengan statusku sebagai ayahnya Dimas. Tapi aku takut kalau anakku tiba-tiba menunjukkan fotoku kepada pacarnya itu. Bisa habis aku," galau Arya yang memang sangat takut ditinggalkan oleh anak-anaknya.
"Kamu tenang, Mas! Aku akan segera mengirim pembantuku pergi sejauh-jauhnya dari kota ini dan tidak terlacak lagi oleh Dimas anakmu," ucap Anna yang kini otak cerdiknya sudah menyusun rencana jahat agar bisa mengurung Arum dan tidak membiarkan gadis itu mengadu pada anak sulung Arya sebab jika hubungan gelap mereka diketahui oleh Dimas, maka tamat sudah rencana jahat yang sedang disusun oleh mereka tadi.
"Apakah pembantumu bersedia pergi jauh dari kota ini?" ragu Arya.
"Serahkan semuanya padaku, Mas. Arum itu memiliki hutang budi pada keluargaku. Dia pasti akan dengan sangat mudah aku tekan agar pergi dari kota ini untuk selama-lamanya."
"Baguslah kalau begitu," ucap Arya.
Acara makan bersama dengan Anna di restoran ini terasa sangat tidak nyaman dan Arya tidak berselera karena lelaki itu masih sangat mengkhawatirkan tentang keberadaan Arum yang bisa sewaktu-waktu membocorkan hubungan gelapnya dengan Anna kepada Dimas.
Anna menggenggam tangan Arya yang pandangannya saat ini terasa sangat kosong.
"Kamu masih sangat khawatir ya?" tanya Anna perhatian.
Arya hanya menghela napasnya kasar tanpa banyak berkata-kata.
"Udah jangan khawatir lagi! Aku akan segera meminta pembantuku agar segera pulang ke rumah," cakap Anna yang sedikit melegakan bagi Arya.
Anna pun mulai menelepon Arum yang saat ini sudah berada di dalam bus bersama dengan Dimas.
"Halo, Kak," sapa Arum.
"Kamu lagi di mana?" tanya Anna tanpa banyak basa-basi.
"Aku lagi di luar, Kak."
"Cepat kamu balik ke rumah dan buatkan kue kering yang enak-enak karena nanti malam kawan-kawanku akan datang berkunjung ke rumah," dusta Anna.
"Baik, Kak," ucap Arum dengan berat hati karena tidak bisa menolak permintaan dari Anna.
"Kamu kenapa?" tanya Dimas yang menangkap dengan jelas raut wajah kekecewaan dari Arum.
"Aku diminta untuk segera pulang ke rumah, Mas," jawab Arum lesu. "Maaf ya karena hari ini aku nggak bisa nemenin kamu di outlet kamu seperti biasanya."
"Nggak apa-apa kok, Rum. Ya udah nanti aku anterin kamu balik ke rumah ya," tawar Dimas.
"Nggak usah, ntar malah bikin kamu ribet dan banyak waktu yang terbuang."
"Udah nggak apa-apa," tenang Dimas.
Arum pun mengangguk mengiyakan.
***
Di restoran, Arya pun bisa bernapas sedikit lega saat mengetahui kalau Arum akan segera menjauh dari Dimas anaknya.
"Kamu tenang aja ya, Sayang!" pinta Anna menenangkan. "Pembantu aku sebentar lagi pergi menjauh kok dari samping anak kamu."
"Makasih ya," ucap Arya dengan pandangan mata yang begitu hangat mempesona. "Karena kamu selalu perhatian dan pengertian banget sama aku."