Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Ciuman Pertama
"Uhuk... uhuk... uhuk..." Genta kembali terbatuk-batuk usai menertawakan Mandala sampai puas.
Mandala membantu Genta dengan menepuk punggungnya. "Biasa aja dong lo! Lebay tau enggak!" gerutu Mandala.
"Lo yang lebay! Makanya jangan kebanyakan sesumbar, enggak bakalan mau sama Jenaka. Nyuruh gue ambil Jenaka lah. Ketulah kan lo?" sahut Genta setelah tidak batuk-batuk lagi.
"Baru ciuman pertama kali lo? Bukannya sama Kinara lebih dari cium juga lo dikasih!" kini nada bicara Genta mulai melunak demi melihat ekspresi Mandala yang seperti orang linglung.
"Heh itu mah Kinara! Beda! Ini Jenaka! Jenaka, Ta! Gue habis nyium Jenaka!"
"Terus kenapa kalo lo habis nyium Jenaka? Ketagihan?" sindir Genta.
Hampir saja Mandala mengangguk keceplosan. "Bukan itu yang mau gue bahas! Ini gue nyium Jenaka, Ta! Kalo Kinara tau gimana?"
Genta tertawa sebal. "Be go lo tuh kadang ya! Emang kenapa kalo Kinara tau? Jenaka juga istri lo, Men! Lo mau selain cium juga boleh. Halal!"
Dalam hati Mandala mengiyakan perkataan Genta. Memang halal sih ngelakuin hal lain selain ciuman, tapi Mandala belum siap.
Belum siap mengakui kalau ada perempuan lain selain Kinara yang membuatnya terus berpikir untuk menyentuhnya. Selama ini tak pernah ada, kini ada dan Jenaka-lah orangnya.
"Enggak... Enggak boleh! Enggak boleh tergoda sama Jenaka!" Mandala menggelengkan kepalanya, mengusir segala ide gila yang hadir dan memenuhi isi kepalanya saat ini.
"Sekarang gue tanya, saat lo cium Jena deg-degan enggak?" tanya Genta.
"Iyalah! Hampir copot jantung gue saking kencengnya!" aku Mandala.
"Ha...ha...ha... Yaudah sih hajar aja terus! Terobos tembok pembatas lo! Daripada lo kepikiran terus! Baru nyium aja udah kayak gini! Apalagi saat lo jebol gawangnya Jena? Ha...ha...ha... Kayak ABG labil lo!" puas sekali Genta menertawakan Mandala.
"Sialan lo! Enggaklah! Gue udah janji sama Kinara enggak akan nyentuh Jenaka!"
"Ah bulllshiit lo! Tuh barusan lo ***** bibirnya Jenaka. Pake inget Kinara lagi. Bukti perbuatan lo masih ada, sedotan lo pasti mantep kan? Pasti bibirnya Jena agak bengkak tuh! Ha...ha...ha... Mandala... Mandala... Sok gengsi lo! Embat aja sih!" Genta makin memanas-manasi Mandala.
"Gue bilang enggak ya enggak. Tadi tuh gue khilaf aja. Semalaman tidur bareng masih untung enggak gue terkam tuh anak!" tanpa sadar Mandala malah membocorkan rahasianya sendiri.
"Hah? Lo semalem sekamar sama Jena? Pantes aja anak-anak bilang ngeliat Jena tapi ngilang di lorong! Mereka mikirnya Jena itu Si Kunti eh ternyata Jena malah masuk ke kamar Si Kunyuk ini!" Genta geleng-geleng kepala dibuatnya. "Ngapain aja lo berdua?" Genta semakin penasaran mengulik apa yang sudah terjadi. Siapa suruh Mandala keceplosan? Jiwa kepo Genta semakin menuntut untuk dipuaskan.
"Enggak ngapa-ngapain! Jangan mikir macem-macem deh lo! Tadi kan gue bilang, gue cuma cium Jenaka aja dan baru tadi pagi. Semalam sih gue cuma tidur bareng aja!" Mandala membuka kulkas kamar Genta dan mengambil minuman di dalamnya. Menenggaknya sampai habis dan melemparkan ke dalam tempat sampah.
"Pantesan aja tadi lo kelepasan. Semaleman nahanin adek lo sih! Udah lepasin aja, Men. Lepasin. Nikmatin punya bini dua. Kalo gue sih, mending gue embat Jena! Seksi! Kalo icip dikit-dikit mah malah bikin nagih! Kepalang tanggung, nyebur aja sekalian!"
"Udah ah gue mau sarapan! Laper denger ocehan lo!"
"Gue juga mau sarapan! Males liat lo mupeng terus tapi enggak direalisasiin!"
Mandala berjalan duluan ke restoran diikuti Genta di belakangnya yang berlari mengejar sepupunya yang sudah jalan duluan.
Mandala tiba-tiba berhenti saat melihat Jenaka. Genta yang tak tahu Mandala akan berhenti mendadak pun menabrak punggung Mandala.
"Jangan ngerem mendadak dong lo!" omel Genta. Mandala tak menjawab, Genta mengikuti arah pandangan Mandala. "Wah! Tuan Putri Nan Seksi sedang dikerubuti sang kumbang! Pangeran terlihat cemburu rupanya! Seksi sekali Tuan Putri tersebut. Lekuk tubuhnya begitu menggoda!"
"Berisik lo! Bilangin sama temen-temen lo! Jangan kecentilan! Mau gue kasih SP (Surat peringatan)?" ancam Mandala.
"Dih galak bener! Kayak nenek lampir lo kalo galak begitu!" Genta lalu berjalan meninggalkan Mandala dan menghampiri Jenaka dan teman-temannya.
"Kenapa bibir lo, Jen?" tanya Genta dengan santainya sambil duduk bareng teman-temannya.
"Eh iya loh. Bibir kamu agak bengkak tuh Jen!" sahut teman Genta yang biasanya selalu mengidolakan Jenaka.
Jenaka yakin kalau Genta sudah tau kenapa bibirnya agak bengkak begini. Ekspresi wajah Genta yang menahan senyum membuat Jenaka bisa menebak kalau Mandala habis curhat dengan Genta.
Jenaka mencari keberadaan suaminya, nampak Mandala sedang menatapnya tajam sambil mengambil sarapan.
"Tadi aku enggak liat ada tiang, kepentok deh! Keliatan ya bengkaknya?" lagi-lagi Jenaka berbohong.
"Iya, keliatan dikit doang sih Jen. Hati-hati kamu ya. Nanti aku omelin deh tiangnya. Kasih tau aja yang mana! Biar aku kasih perhitungan sama dia!" cari perhatian sekali teman Genta ini.
Genta dan teman-temannya yang lain menyoraki kegombalan temannya tersebut. Suasana hening tercipta kala suara deheman terdengar.
"Ehem!" semua menoleh dan melihat Mandala datang dengan piring di tangannya. "Saya boleh gabung kan?"
"Tentu, Pak. Silahkan!" salah seorang teman Genta memberikan tempat duduknya pada Mandala yang disambut dengan senang hati. Kini Mandala berada tepat di seberang Jenaka.
"Gue mau ambil sarapan dulu ah! Jangan ditempatin ya!" ujar Genta memecah kesunyian.
Setelah Genta pergi, salah seorang teman Genta mengajak Jenaka ngobrol. "Jen, masa semalam kita ngeliat lo lagi jalan, terus pas kita ikutin lo ngilang di lorong. Itu beneran lo apa dedemit sih Jen?"
Rupanya kejadian Jenaka menghilang dan ternyata masuk ke dalam kamar Mandala telah menjadi buah bibir. Mereka berpikir kalau beneran melihat hantu, padahal Jenaka tidur pulas di kamar Mandala.
"Dedemit kali! Rambut panjang Jenaka kan agak mirip sama dedemit. Pantas saja dimirip-miripin." sahut Mandala dengan cueknya.
"Aku di kamar aja kok Kak semalam. Bener kata Pak Mandala. Dedemit kali! Ih jadi serem!" Jenaka pura-pura bergidik ketakutan agar aktingnya meyakinkan.
"Gimana kalo kita minta rekaman CCTV sama tempat ini? Biar kita bisa tau kayak gimana muka demitnya!" usul teman Genta yang lain.
Plakkk
Genta yang baru datang mengambil sarapan memukul kepala teman sekaligus anak buahnya dengan kerupuk udang yang Ia bawa. Hancur tuh kerupuk berkeping-keping.
"Jangan ngaco! Mana bisa segampang itu rekaman dikasih ke pihak luar? Apalagi bisa menjatuhkan nama baik hotel? Udah sarapan aja! Habis ini kita check out untuk beli oleh-oleh sebelum pulang!" Genta memang penyelamat semua. Masalah Jenaka kelar dan rumor sudah tidak beredar lagi. Case closed.
****
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak