Pecinta jenre sekolah,geng motor dan perjodohan yuk mampir.
Kalo biasanya ketos itu cowok tapi disini ketos itu cewek.
Bagaimana jadinya bila ketua OSIS itu cewek apalagi setelah bertemu cowok dingin yang narsis plus anak geng motor.
penasaran dengan ceritanya yuk baca.
karya pertama author semoga suka maaf bila ceritanya berbelit belit dan banyak typo. minta saran dan masukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adhilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 30
Tok tok tok
"Lo mau makan apa?"teriak seorang pria.
"Mampus."gumam Vanya.
"Itu suara siapa Van?"tanya Sonya dan Sisil.
"Ehh, udah dulu ya aku di panggil bye gaes."Vanya pun cepat cepat memutuskan panggilan telepon itu.
"Huhh. Fix nanti kalau gw udah masuk sekolah harus siapin mental sih."ucap Vanya sambil beranjak membuka pintu kamarnya.
Sementara di tempat lain Sonya dan Sisil tengah mengumpati Vanya karena asal memutuskan sambungan telepon dari mereka.
"Vanya kenapa sih aneh banget sekarang?"tanya Sisil pada Sonya.
"Gw curiga deh ada yang di sembunyikan sama Vanya."
"Fix sih nanti kalau kita udah ketemu Vanya harus kita introduksi."
"Hah. Introduksi apaan Sil?"tanya Sonya bingung.
"Iih lo mah masak gak tahu, itu loh yang di kasih banyak pertanyaan."
"Interogasi Sisil anak paling pintar."
"Hehehe salah ya."
"Gak kok itu benar cuma otak lo yang salah."
"Masak sih otak gw salah."
"Tau ahh gw laper mau makan."ucap Sonya males meladeni omongan Sisil.
"Ehh Son jangan tinggalin gw."teriaknya sambil berlari mengikuti Sonya.
"Nama gw Sonya bukan Son. Lo kira gw sound sistem apa."
"Hehehe canda Bosque."cengir Sisil sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
_
Ceklek
"Ada apa?"Tanya Vanya setelah membuka pintu dan melihat keberadaan Vano.
"Lo mau makan malam sama apa, kita delivery." tanya Vano dengan wajah datar.
"Kenapa kita gak masak saja?"
"Di sini belum ada bahan masakan gw belum belanja. Besok saja kita belanja sayuran sekalian belanja buat keperluan kita sehari hari."
"Ooh. Aku mau ayam geprek saja yang pedas."
"Ok gw delivery dulu."jawab Vano berjalan meninggalkan Vanya sambil mengotak atik HP nya.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya makanan mereka datang. Mereka berdua segera memakannya tanpa ada pembicaraan apa pun.
Setelah makan Vanya membersihkan meja makan dan mencuci piring. Sedangkan Vano selesai makan langsung berlalu menuju ruang tengah menonton televisi. Lebih tepatnya televisinya sih yang menonton Vano karena Vano fokus bermain game di handphonenya.
Vanya yang melihat Vano itu pun berinisiatif membuatkan Vano teh.
Vanya menghampiri Vano dan meletakkan teh itu di meja depan Vano.
"Ini aku buatin kamu teh untuk menemani kegiatan kamu. Kalau kamu gak suka jangan di minum aku mau ke atas dulu mau belajar."pamit Vanya.
"Hmmm."jawab Vano tanpa menatap ke arah Vanya.
Vanya pun berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
Vano yang merasa Vanya telah pergi pun memberhentikan bermain game-nya dan segera mencoba teh buatan Vanya.
"Enak juga teh buatan tuh anak. Bakal kecanduan nih gw."ucap Vano setelah selesai meminum teh buatan Vanya.
Meskipun Vano anak geng motor, Vano tidak pernah meminum kopi ataupun minum alkohol apalagi sampai merokok. Karena bagi Vano kesehatan itu nomor satu. Vano pun melanjutkan kegiatannya tadi sambil tiduran di atas sofa.
Sementara di tempat Vanya dia sedang belajar di meja belajarnya dengan fokus. Hingga tanpa di sadari jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"Jam berapa sih ini?"Monolog Vanya sambil merenggangkan otot tangannya ke atas.
"Udah malam ternyata."ucap Vanya lagi saat menatap jam dinding yang ada di kamarnya.
Vanya pun mengakhiri kegiatan belajarnya dan membereskan buku-buku yang berserakan di meja. Setelah selesai Vanya pun beranjak menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya dengan baju tidur yang lebih nyaman.
Saat berada di kamar mandi dan melepaskan semua pakaiannya dan segera memakai baju tidurnya. Tapi saat dia selesai memakai bajunya tiba tiba lampu padam. Vanya pun panik bukan main karena dia sangat takut yang namanya kegelapan.
"Aaaaa."teriak Vanya.
"Handphone gw dimana?"ucap Vanya sambil meraba raba keadaan sekitar. Vanya lupa kalau
tadi handphonenya tidak dia bawa.
"Vanya nanti kakak jemput ya pulang, kamu jangan nakal."
"Iya kakak. Kakak hati hati di jalan ya."
"Iih bawel banget sih adek kakak ini." Sambil mencubit pipi Vanya.
"Da.. kakak pergi dulu."
"Dada.. kakak."
Brak.
"Kakak..."
Sekelebat bayangan masa lalu itu muncul di ingatan Vanya yang membuat ketakutan Vanya semakin menjadi.
"Kakak hiks hiks hiks..."
"Vanya takut.."
"Hiks papa Vanya takut hiks hiks hiks...."Vanya pun menangis sambil berjongkok memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya.
Sementara Vano yang asik bermain game itu saat lampu padam pun meneruskan acara game-nya tanpa terganggu dengan kegelapan di sekitarnya.
"Aaaa.."teriakkan dari lantai atas yang menghentikan kegiatan Vano.
"Siapa sih teriak teriak di atas itu. Mbak Kunti ya." monolog Vano sambil melihat ke arah lantai dua apartemennya.
"Mbak Kunti salah mangsa. Kalau mau nakut nakutin Vano mbak Kunti salah. Vano itu gak takut sama sebangsanya mbak Kunti. Udah deh mbak Kunti gak usah ganggu Vano. Vano tau Vano itu ganteng pasti mbak Kunti mau kenalan kan. Tapi maaf nih ya mbak selera Vano itu manusia bukan memedi kayak mbak Kunti."lanjut Vano.
"Hiks hiks hiks.."terdengar tangisan dari lantai dua.
"Haduh pakek acara nangis nagis segala lagi. Maaf nih ya mbak Kunti yang cantik kalau perkataan gw tadi menyakiti hati mbak Kunti."
"Dari pada nangis mending mbak Kunti mandi deh trus ganti baju, gak bosen apa pakai gamis putih mulu, nanti saya beliin deh daster. Mbak Kunti mau yang motif apa sih bunga bunga atau lope lope, tapi sekarang di tunda dulu nangisnya. Jangan ganggu acara game Vano, nanti kalau Vano menang Vano beliin martabak rasa coklat.
"setelah mengucapkan itu Vano pun melanjutkan kegiatannya.
Lama kelamaan tangisan itu bukannya berhenti tapi malah semakin menjadi. Vano pun memutuskan untuk mengecek ke atas tapi tunggu Vano sepertinya mengingat sesuatu.
"VANYA..."teriak Vano dan segera berlari ke lantai dua tidak lupa dia menyalakan flash di handphonenya untuk menerangi jalan.
Setelah sampai di depan pintu kamar Vanya tanpa persetujuan Vano langsung membuka pintu itu, untung saja pintu itu tidak terkunci.
"Vanya..."
"Lo di mana Van.."teriak Vano mencari keberadaan Vanya karena dia tidak melihat Vanya berada di atas ranjang atau di meja belajarnya.
"Hiks hiks hiks...."suara tangis Vanya.
"Vanya kamu di mana."teriak Vano lagi sambil berjalan menuju kamar mandi karena suara tangisan itu berasal dari kamar mandi.
"Hiks hiks hiks..papa..."Tangis Vanya.
Vano pun segera membuka pintu kamar mandi dan menemukan Vanya dalam keadaan duduk berjongkok dan rambut yang berantakan.
"Vanya.."pangil Vano sambil berjongkok menyamakan posisinya dengan posisi Vanya.
"Hiks hiks hiks aku takut..."
"Udah ya di sini ada gw gak usah takut."Ucap Vano sambil mengangkat dagu Vanya untuk menatap ke arahnya.
Vano yang melihat Vanya menangis pun entah mengapa merasa sakit hatinya. Vano pun menghapus air mata Vanya yang terus keluar dari mata indah Vanya.
"Hustt.. udah ya gak usah nangis."
"Hiks hiks aku takut kak."ucap Vanya sambil memeluk Vano dengan tiba tiba.
Vano yang di peluk itu pun melotot.
"Kakak jangan tinggalin Vanya sendiri Vanya takut."ucap Vanya lagi yang mengira Vano adalah kakaknya.
"Hei kakak siapa aku Vano."ucap Vano yang heran dengan perkataan Vanya.
Vanya pun semakin mengeratkan pelukannya tanpa memperdulikan perkataan Vano yang menurutnya itu adalah kakaknya.
"Vanya kangen sama kakak. Kakak kenapa tinggalin Vanya sih."ucap Vanya lagi sambil menempelkan tubuhnya lebih dekat dengan Vano.
"Shitt."umpat Vano lirih saat merasakan ada benda yang kencal menempel di dadanya.
"Vanya lepasin pelukannya ya."ucap Vano memohon karena bagaimanapun dia adalah lelaki normal.
"Gak mau Vanya masih kangen sama kakak. Nanti kalau Vanya lepasin kakak tinggalin Vanya lagi."ucap Vanya semakin mengeratkan pelukannya.
"Sabar Vano sabar, anak sabar di sayang mama."ucap Vano dalam hati.
"Hiks hiks hiks..."Tangis Vanya lagi.
"Loh kok nangis lagi."tanya Vano heran.
"Hiks papa jahat udah pindahin kita hiks hiks..."racau Vanya lagi.
"Sebenarnya apa sih yang aku gak tau tentang keluarga Vanya."Suara hati Vano lagi.
Vano tengelam dalam lamunannya dan membiarkan Vanya yang terus menangis dan meracau memanggil kakaknya. Sedangkan setahu Vano Vanya itu anak tunggal terus yang dia panggil kakak itu siapa.
Vano merasa pelukan Vanya melemah dia pun menatap ke arah Vanya dan menemukan Vanya yang sedang tertidur dalam pelukannya.
"Sebenarnya ada apa sih dengan lo Van."Tanya Vano sambil menatap Vanya hingga tatapan matanya jatuh pada bagian dada Vanya.
"Shitt."umpat Vano lagi saat melihat bagian dada Vanya yang tercetak jelas di depan matanya.
"Dosa gak sih kalau mencari kesempatan dalam kesempitan kayak gini. Mana gemes banget liatnya. Jadi pengen..."
"Ehh gw mikir apa an sih."ucap Vano menyadarkan pikiran kotornya.
Vanya memang kalau tidur tidak mengunakan Br* karena menurutnya itu gak nyaman.
Vano pun mengangkat Vanya, menggendong Vanya ala bridal style. Menurunkan Vanya di ranjang secara hati-hati dan memakaikan selimut.
Setelah itu dia akan beranjak meninggalkan kamar Vanya tapi pergerakan tangannya langsung dicekal oleh Vanya dan menariknya dengan kasar di dalam alam bawah sadar Vanya. Vano yang tidak siap pun jatuh dan...
"Shitt."
***
...Maaf itu yang mengetik bukan aku ya wkwkwk author masih polos jadi mana tau 😂😂. Like komennya jangan lupa ya.🙏😁...
Follow Ig author:@adhilla_021
Cus Aq baca deh....
ceweknya pas