Harap bijak dalam memilih bacaan.
Novel ini murni imajinasi author, bukan menceritakan kisah nyata.
Bergelimang harta nyatanya tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Seperti yang di alami oleh Jenifer Alexander, atau yang kerap di sapa Jeje.
Banyaknya harta membuat gadis berwajah cantik itu bisa membeli apapun yang dia inginkan. Namun sayangnya hidupnya hampa, hatinya kosong, dia tidak bahagia.
Kesibukan kedua orang tuanya pada perusahaan dan bisnis, membuat Jeje kesepian dan kurang perhatian, dia juga merasa jika kedua orang tuanya tidak peduli padanya. Hingga akhirnya Jeje memilih untuk mencari kebahagiaan diluar sana dengan cara yang salah.
Dia menjadikan dirinya sebagai sugar baby.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Rumit
Aku terus mengembangkan senyum sepanjang perjalanan. Om Kenzo benar - benar membawaku pergi. Tentu saja dia akan membawaku ke apartemennya. Tidak sabar rasanya bergelayut manja di leher om Kenzo dengan duduk di pangkuannya.
"Kamu nggak bilang dulu sama kakakmu.? Dia bisa nyariin kamu nanti."
"Udah om, aku bilang lagi jalan dulu sama sahabatku. Pulang dua jam lagi,,"
Aku memang sudah mengirimkan pesan pada kak Nicho, namun dia belum membukanya.
Tentu aku tidak akan pergi begitu saja tanpa memberi tahu kak Nicho. Dia bisa curiga nanti.
"Om,,," Ucapku lirih.
"Hemm,,," Om Kenzo masih fokus menyetir.
"Menurut om, apa alasan seseorang memilih untuk mengakhiri hubungannya meskipun dia masih mencintai pasangannya. Bukannya itu sama saja menyakiti diri sendiri.?"
Aku mencoba mencari jawaban dari seseorang yang menurutku sudah berpengalaman. Dilihat dari umur dan kedewasaan om Kenzo, aku yakin dia sudah khatam dalam menghadapi problematika hubungan percintaan. Berbeda denganku yang masih awam. Aku bahkan tidak paham definisi dari kata cinta. Kata yang mudah untuk di ucapkan, namun sulit untuk di artikan.
Om Kenzo melirikku dengan kening yang mengkerut.
"Kamu di putusin,,?"
Aku menggeleng.
"Pacar aja nggak punya, siapa yang mau mutusin." Aku terkekeh.
"Aku cuma tanya aja om, pengen tau jawabannya."
"Ya tanya aja sama orangnya. Kan dia yang ngejalanin, dia juga yang ngerasain." Jawabnya santai. Aku mencubit kesal lengan om Kenzo.
"Ihh,,, nggak asik banget sih om.! Aku tuh serius, pengen tau aja pendapat om. Om itu kan udah tua, pasti udah sering jatuh cinta dan jalanin hubungan. Seenggaknya om Ken bisa kasih jawaban,,,"
Ucapanku berhasil membuat om Kenzo menepikan mobilnya. Dia setengah mendelik menatapku. Om Kenzo pasti kesal karna aku menyebutnya tua.
"Ja,,jangan marah om. Emang faktanya om Ken itu udah tua kan. Terpaut dua belas tahun loh om sama aku. Jadi nggak salah kan kalo aku bilang om itu udah,,,
Aku pasrah saat om Kenzo mendekat. Menyambar bibirku dengan lembut, namun menyesapnya dalam. Aku memejamkan mata, membalas setiap pagutan bibirnya. Kedua tanganku melingkar di lehernya. Aku menahan om Kenzo yang akan melepaskan ciumannya. Rasanya tidak rela untuk mengakhiri aktifitas indah ini.
Namun om Kenzo tetap melepaskan ciumannya. Dia mengusap pelan sudut bibirku yang basar karna ulahnya.
"Ini masih di jalan Je,," Ucapnya. Saat itu juga aku baru menyadarinya. Aku terlalu terbuai sampai lupa kalau aku sedang berada di dalam mobil.
"Maaf om,,," Ucapku malu.
"Usia nggak menjamin seseorang lebih tau tentang percintaan Je. Kalau kamu tanya, alasan kenapa dia memilih mengakhiri hubungan walaupun masih cinta, mungkin karna ada sesuatu yang terjadi. Yang membuat dia lebih memilih mengakhiri hubungan meski harus menyakiti diri sendiri."
Aku mencerna baik - baik ucapan om Kenzo, lalu mengaitkannya dengan kak Fely. Ada sesuatu yang terjadi.? Aku rasa tidak ada yang terjadi pada kek Fely. Kecuali karna permintaan ibunya. Itupun aku tidak sepenuhnya percaya dengan alasan kak Fely. Karna yang aku tau, ibu kak Fely tidak menentang hubungannya dengan kak Nicho.
"Kalau aku pribadi,,," Ucap om Kenzo lirih. Aku langsung beralih menatapnya.
"Aku nggak akan pernah melepaskan orang yang aku cintai begitu saja, apapun alasannya." Lanjutnya lagi, om Kenzo menatapku dengan tatapan dalam. Aku ingin bilang jika tatapan om Kenzo seakan dipenuhi cinta yang membara. Tapi aku sadar, cinta om Kenzo tidak mungkin di tujukan untukku. Sedangkan ada cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Aku masih nggak paham om,,," Ujarku. Aku meluruskan pandangan, sesak rasanya jika menatap om Kenzo untuk saat ini. Aku terlalu mudah terbawa suasana. Padahal aku hanya ingin mencari tahu penyebab kak Fely memilih mengakhiri hubungannya dengan kak Nicho. Tapi aku bertanya pada orang yang salah. Orang yang pada akhirnya membuatku rapuh, karna aku sadar dia tidak akan berada disisiku dalam waktu yang lama.
"Kamu akan paham nanti,,," Om Kenzo mengusap lembut pucuk kepalaku. Namun aku enggan menatapnya.
"Nggak usah pusing mikirin masalah orang lain. Bukankah kakakmu sudah dewasa. Dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri."
"Kok om tau,,?" Aku langsung menatap serius pada om Kenzo.
"Bukannya kamu jomblo.? Tapi tiba - tiba tanya masalah seperti itu, kalau bukan masalah kakakmu, lalu siapa lagi,,?" Sahutnya cepat. Aku menyengir kuda padanya. Benar juga apa yang di katakan om Kenzo. Lagipula aku baru saja bilang kalau kakak Nicho bertemu dengan mantan pacaranya dan ribut di resto tadi.
Kami sudah sampai di apartemen om Kenzo. Aku duduk di ruang tamu, meletakan tas kecil milikku di atas meja. Disusul dengan om Kenzo yang ikut duduk di sebelahku, dia melepaskan jaketnya, membiarkan jaketnya berada di senderan sofa.
"Om,,,"
"Apa,,?"
"Apa kontrakku bisa di akhiri sebelum waktu yang ditentukan.?" Tanyaku lirih. Aku harus memberi tau om Kenzo jika aku akan kuliah di luar negeri. Sejujurnya aku akan meminta bantuan kak Nicho untuk membatalkan kuliahku di luar negeri. Aku ingin meminta kak Nicho untuk membujuk papa agar aku bisa kuliah disini.
Saat ini aku hanya ingin mendengar jawaban om Kenzo. Aku harap dia keberatan jika aku mengakhiri kontraknya.
"Memangnya kenapa.?" Om Kenzo terlihat serius menatapku.
"Papa sudah mendaftarkanku kuliah di New York, om,,,"
"Lalu kamu menyetujuinya,,?"
"Be,,,,
Suara bel membuatku menghentikan ucapanku. Om Kenzo menatap ke arah pintu dengan tatapan heran.
"Siapa om,,,?"
Om Kenzo menggeleng.
"Kamu masuk dulu ke kamar tamu, bawa tas kamu. Jangan keluar kamar sebelum aku suruh, kunci juga pintunya,," Perintahnya. Aku langsung mengangguk, berdiri dan mengambil tasku. Om Kenzo juga ikut berdiri, dia berjalan menuju pintu. Om Kenzo melirik ke arahku sebelum aku masuk ke dalam kamar tamu.
Dengan perasaan was - was, aku bersender dibalik pintu setelah menguncinya. Entah siapa yang datang. Bahkan om Kenzo saja tidak tau.
Suara di ruang tamu mulai bising, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Yang pasti, aku mendengar suara wanita.
"Stop Nadine,,,!! Keluar dari sini atau aku akan menyeretmu,,,!!"
Suara bentakan om Kenzo terdengar jelas hingga kedalam kamar.
Jadi wanita yang datang adalah Nadine.? Wanita yang membuat mood om Kenzo memburuk setelah mengangkat telfon darinya. Bahkan kini aku bisa merasakan ketidak sukaan om Kenzo atas kedatangan Nadine ke apartemennya.
"Ayolah sayang,, jangan pura - pura kesal padaku. Aku tamu kamu mencintaiku. Aku sengaja pulang untuk bertemu denganmu, tapi kamu malah akan pergi. Bagaimana kalau kita habiskan malam bersama sebelum kamu ke Paris,,,"
Dadaku terasa panas saat mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulutnya. Membayangkan om Kenzo bermesraan dengan wanita itu.
Suaranya sangat lembut, terdengar seksi di telingaku. Sebenarnya ada hubungan apa om Kenzo dan wanita bernama Nadine itu.?
Aku juga jadi penasaran, seperti apa wajah dan penampilannya.
"Apa Alex sudah mencampakkanmu.?!!" Suara sinis om Kenzo kembali menggema.
"Ayolah Ken,,, jangan naif. Jangan bawa - bawa Alex. Dia tidak ada hubungannya dengan kita. Sebaiknya kita lupakan perjanjian kita untuk malam ini, bagaimana kalau kita,,,
"Awww,,,,"
Wanita itu menjerit kesakitan. Aku tidak tau apa yang dilakukan om Kenzo padanya.
"Jangan coba - coba menyentuhku dengan tangan kotormu itu..!!" Om Kenzo terdengar sangat marah.
"Ciihh,,,!! Kamu berani menghinaku.? Lihat apa yang akan papa lakukan padamu jika aku mengadukan perbuatanmu padanya.!"
Aku tidak menyangka suara lembut itu bisa berubah mengerikan disertai dengan mengancam om Kenzo.
"Lalu apa yang akan terjadi jika aku menyebarkan foto telanjangmu saat bersama Alex. Sepertinya cukup untuk menghancurkan perusahaan keluargamu,,,"
"Aaarrghh,,,!! Sial.!"
"Cepat keluar sebelum aku berubah pikiran.!!" Bentak om Kenzo.
"Oke,,oke.!!"
Suasana hening setelah terdengar bantingan pintu yang cukup keras. Wanita itu pasti sudah pergi. Aku tidak tau harus bersikap seperti apa pada om Kenzo setelah ini.
...****...
...Jangan lupa VOTE & LIKE...