Berniat berlari dari penagih utang, Kinan tak sengaja bertabrakan dengan Reyhan, laki-laki yang berlari dari kejaran warga karena berbuat mesum dengan seorang wanita di wilayah mereka.
Keduanya bersembunyi di rumah kosong, sialnya persembunyian mereka diketahui oleh warga. Tanpa berpikir lama, warga menikahkan paksa mereka.
Keinginan menikah dengan pangeran yang mampu mengentaskan dari jerat utangnya pupus sudah bagi Kinan. Karena Reyhan mengaku tak punya kerjaan dan memilih hanya menumpang hidup di rumahnya.
READER JULID DILARANG MASUK!
Ini hanya cerita ringan, tak mengandung ilmu pelajaran, semoga bisa menjadi hiburan!
Tik tok : oktadiana13
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Okta Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalungku
Kinan POV
Kini aku duduk di pangkuannya. Sumpah malu sekali rasanya, dia terus saja memandangiku. Dengan tangan kanan yang melingkar di perutku dan tangan kiri yang sibuk mengelus rambut ini. Tangan ini rasanya masih dingin sekali. Kaki bergemetar. Menelan saliva pun kesusahan.
Dia tersenyum padaku. Aku tak menyangka Rey datang kemari untuk melanjutkan kembali pernikahan ini. Awalnya aku sudah pasrah dan sadar diri, dia pasti akan memilih menyelesaikan pernikahan ini dengan bercerai.
Pesan dan teleponnya tak pernah aku respon. Bukannya apa-apa aku hanya takut terlalu dalam mencintainya terlalu dalam juga rasa sakitnya. Walaupun, sebenarnya dalam hati berbunga-bunga setiap membaca pesan yang dia kirim. Namun, aku sadar diri siapa.
Kali ini aku tak mampu bersikap seperti biasa, marah-marah padanya, mengerjainya, bahkan mengutuknya seperti dulu setelah tau kenyataan yang sebenarnya.
Tak pernah terbayangkan untuk menjadi kenyataan, bagaimana jika pangeran idaman menjadi suami kita? Takut salah, takut jelek, takut masak tak enak, takut tak mampu sesempurna dia. Masih merasa tak pantas saja bersanding dengannya. Bagiku ini masih seperti mimpi.
"Kamu ngomong dong!" Rey membangunkan lamunanku. Aku seperti kehabisan kata. Dari selesai makan malam, Rey terus mengajak berbuat baik malam ini. Aku pikir, maksudnya mengarah ke hubungan suami istri di ranjang, ternyata bukan. Oh betapa malunya.
"Baby ...."
"Heem," jawabku gugup. Wajah kami begitu dekat. Rey, aku tak mengerti semakin kesini kenapa semakin manis sekali. Apa karena sudah terbongkar siapa dirinya? Atau hanya perasaanku saja?
Dia mengangkat daguku dan lagi-lagi mencium bibir ini. Aku terus menahan napas, sehingga membuat dada kembang kempis. Jangan tanya degup jantung ini seberapa kecepatannya!
Setelah ciuman memabukkan ini, Rey membopongku masuk dalam kamar. Aku seperti ratu malam ini. Dia masih terus saja memandangiku. Ah, pipi ini mungkin sudah bersemu merah jambu.
Dia menurunkanku sangat hati-hati di tempat tidur. Apakah malam ini akan menjadi malam kedua kami? Oh ingin menjerit saja hati ini.
Rey tidur di sampingku, mengelus pelan pipi ini dengan punggung jarinya. Dia masih saja terus menatapku seraya tersenyum menyeringai. Aku meremas tangan untuk mengusir ketegangan ini.
"Aku punya sesuatu untukmu." Dia tiba-tiba duduk dan aku ikut duduk juga.
"A-apa?" jawabku gugup.
Tangannya sibuk mengambil sesuatu di dalam saku celananya. "Tutup matamu!"
Aku mengerutkan dahi. Kenapa jadi menegangkan begini. Kali ini aku langsung menurutinya. Aku merasakan tangan Rey sibuk melingkarkan kalung di leher ini.
Tanpa berpikir lama aku langsung membuka mata dan melihatnya. "Kalungku?" Wajah ini tak mampu menahan rasa bahagiaku. "Makasih Rey." Aku memeluknya erat. Benar dugaanku selama ini jika kalung ini terjatuh di kamarnya.
"Coba cerita bagaimana bisa kalung itu jatuh di tempat tidurku?"
Aku menunduk malu seraya mengigiti bibir bawah. "A-aku waktu itu lelah ...." Aku menatapnya dia mengangguk seperti tak sabar mendengar lanjutan cerita ini. "Lalu aku berbaring sebentar di tempat tidur empukmu. A-aku minta maaf Rey sudah lancang. A-aku ...."
"Ssstttt ... gak apa-apa kok." Dia menempelkan jarinya di bibirku. "Jangankan berbaring, kamu lompat-lompat disana pun boleh."
Aku membuang muka malu. Lalu menatapnya kembali. "Kok kamu hafal ini kalungku dan gak niat membuangnya?" tanyaku penasaran dengan tangan terus memegangi kalung ini.
"Ya hafal dong. Malam pertama kita, kamu memakainya 'kan?" Aku mengangguk malu menjawabnya. "Kata Sisil kamu ingin bercinta di kamarku hem?"
Mataku membulat mendengarnya. Bisa-bisanya Sisil membocorkan semuanya. "Eng-gak," Aku menggelengkan kepala malu.
"Malam itu kamu gak mau aku tawari tidur di kamarku," ucapnya dengan menciumi rambut panjangku. "Kita 'kan bisa menghabiskan malam bersama. Jika kamu mau, ayo kita kembali?"
"Enggak Rey, aku tinggal disini saja." Aku tidak mau orangtuanya tau jika anaknya menikah dengan wanita sepertiku. Pasti mereka tak menyetujuinya. Berdosa kah aku telah membuat Rey pergi dari orangtuanya? Aku menghela napas gusar.
"Ya sudah aku akan disini menemanimu." Aku kini mampu tersenyum lebar.
"Benarkah?" Rey berdehem. Aku langsung memeluknya kembali.
"Tapi ada syaratnya?" bisiknya pelan di telinga.
Aku mengerutkan dahi dan melepas pelukan ini. "A-apa?" tanyaku gugup. Perasaanku mengatakan jika ....
Dia membisikan lagi sesuatu, "Masak gak tau? Atau pura-pura gak tau?" Hembusan napasnya seperti disengaja mengenai telingaku. Merinding seluruh tubuh hanya karena hal sepele ini.
"A-aku mandi dulu ya?" pamitku seraya menunjuk arah kamar mandi. Aku hanya ingin malam ini terbaik untuknya dan juga bra yang ku kenakan berwarna pink tak senada dengan celana dalamku. Astaga jangan sampai Rey melihat ini.
"Ngapain mandi? Gak perlu."
Aku menggelengkan kepala dan langsung berdiri. "Enggak Rey aku harus mandi, kamu tunggu sini ya! Cuma sebentar kok aku janji!"
Tanpa persetujuan Rey, aku langsung berlari ke kamar mandi. Eh tunggu! Aku berhenti sejenak dan teringat mengganti baju dengan lingerie yang dia belikan dulu.
"Ada apa?" tanyanya dengan mengerutkan dahi. Aku menggelengkan kepala seraya berlari menuju lemari dan mengambil baju berbahan tipis yang di desain menarik lawan jenis itu.
"Tunggu bentar!" Aku menekankan seruan itu lagi. Kemudian berlari ke kamar mandi lagi.
Dengan tak percaya diri berkaca di kamar mandi. Aku terus menggigiti bibir bawah seraya melihat seluruh tubuh saat memakai lingerie berwarna hitam ini. Kurang apa ya?
"Baby ...." Aku terlonjak mendengar panggilan itu. Jangan-jangan sudah lama dia menungguku. "Masih lama gak? Aku ngerokok di luar dulu ya?"
"No ...." Aku benci bau nikotin itu. "Aku mau keluar," teriakku untuk menghentikannya.
Tak menunggu waktu lama keluar. Terlihat dia tengah asyik bermain dengan ponselnya tanpa sadar aku sudah berada di dekat ranjang.
"Rey ...."
❤
❤
❤
❤
❤
Lanjut terminal gak?