NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan masa lalu

Flashback....

Hujan deras mengguyur kota malam itu, seperti tirai kelabu yang menutupi seluruh pandangan. Jalanan licin, lampu neon memantul di aspal basah, dan udara dingin menusuk tulang.

Di sebuah gudang tua dekat pelabuhan, suasana mencekam menguasai ruangan. Asap rokok mengepul tebal, bercampur dengan bau besi karatan dan minyak. Belasan pria bersenjata berjaga di setiap sudut, sementara di tengah ruangan duduk dua pria yang menjadi pusat perhatian.

Satu adalah pria muda dengan mata setajam elang, tubuh tinggi tegap, wajah keras yang sudah terbiasa dengan kekerasan—Leonardo Cortez. Umurnya baru tiga puluh, tapi auranya sudah jauh lebih gelap dan matang dibanding usianya.

Di hadapannya duduk seorang pria paruh baya, mengenakan jas hitam rapi meski hujan membuat ujung celananya basah. Sorot matanya tenang, penuh wibawa, seolah tak terguncang meski dikelilingi para pembunuh bayaran.

Pria itu adalah Arman Wijaya, ayah Aruna.

---

Pertemuan yang Tak Terlupakan

“Jadi ini yang disebut Cortez muda,” ucap Arman tenang, sembari mengusap kumis tipisnya. “Kudengar kau menguasai hampir separuh perdagangan gelap di kota ini.”

Leonardo menyandarkan punggung ke kursi, menyalakan cerutunya, dan menatap balik dengan tatapan penuh perhitungan. “Kau terlalu meremehkan ku, Pak Arman. Separuh? Aku lebih rakus dari itu.”

Tawa kecil terdengar dari mulut Arman. “Ambisi besar untuk anak sepertimu. Tapi hati-hati, ambisi tanpa arah bisa jadi kuburanmu sendiri.”

Leonardo tidak tersinggung. Sebaliknya, ia tersenyum tipis. “Dan aku dengar, kau adalah orang yang paling sering ‘menertibkan’ mereka yang terlalu ambisius.”

Kedua pria itu saling mengukur. Bukan hanya dua manusia yang duduk berhadapan, tapi dua dunia yang berbeda—yang satu penuh darah dan kekerasan, yang lain penuh strategi dan politik.

Arman adalah pengusaha besar, punya jaringan politik, punya kuasa finansial yang sangat luas. Tapi banyak yang tahu ia juga bermain di dunia gelap. Sementara Leonardo, murni lahir dari dunia bayangan—dibesarkan oleh darah, pengkhianatan, dan peluru.

---

Pertemuan malam itu bukan kebetulan. Ada sesuatu yang lebih besar.

“Kau tahu, Leo,” Arman mencondongkan tubuhnya, “di dunia ini, uang membeli segalanya. Tapi hanya ada dua hal yang tidak bisa ku beli: kesetiaan dan ketakutan. Kau punya keduanya.”

Leonardo mengangkat alis. “Dan kau mau apa dariku?”

Arman tersenyum samar. “Aku ingin aliansi. Kau punya pasukan, aku punya akses. Jika kita bekerja sama, tidak ada yang bisa menjatuhkan kita.”

Keheningan panjang menyelimuti ruangan. Hanya suara hujan yang terdengar.

Leonardo menatap dalam-dalam, seolah ingin membaca isi kepala pria paruh baya di depannya. “Aliansi denganmu berarti aku harus percaya. Itu hal yang jarang kulakukan.”

Arman menepuk meja pelan. “Bukan percaya, Leo. Tapi saling membutuhkan. Kau bisa memikirkan hal itu nanti. Yang jelas, satu hari nanti kau akan mengerti—dunia ini tidak bisa kau kendalikan hanya dengan senjata. Kau butuh nama. Kau butuh legitimasi. Dan aku bisa memberikannya.”

---

Sejak malam itu, hubungan keduanya tumbuh aneh. Tidak pernah ada kata “sahabat”, tapi ada saling menghormati. Arman kadang memanggil Leonardo untuk “pekerjaan kotor” yang tidak bisa ia lakukan sendiri. Sebaliknya, Leonardo beberapa kali selamat dari jebakan musuh berkat informasi yang bocor dari jaringan Arman.

Arman sering mengatakan sesuatu yang tertanam kuat di kepala Leonardo:

> “Kau terlalu keras, Leo. Dunia tidak hanya bisa dikuasai dengan ketakutan. Suatu hari, kau akan membutuhkan sesuatu yang lebih lembut untuk menaklukkan hati orang-orang. Kau akan mengerti maksudku ketika saat itu datang.”

Leonardo tidak pernah benar-benar memahami maksudnya. Baginya, kelembutan hanyalah kelemahan.

---

Namun, semua berubah pada malam itu. Malam ketika Arman benar-benar mati.

Leonardo ingat jelas. Ia dipanggil ke sebuah pertemuan darurat, katanya ada musuh lama yang mencoba menjebak. Arman juga hadir malam itu.

Gudang tua yang biasanya menjadi tempat transaksi berubah jadi ladang pembantaian. Peluru berdesing dari segala arah, suara jeritan bercampur dengan dentuman granat.

Leonardo berusaha keras melindungi Arman, tapi di tengah kekacauan itu, ia melihat sesuatu yang tak pernah ia lupakan.

Arman ditembak dari jarak dekat—bukan oleh musuh, tapi oleh seseorang dari lingkaran terdekatnya sendiri.

Sebelum nyawanya pergi, Arman sempat menarik Leonardo mendekat dan berbisik, “Jaga dia… jaga putriku. Aruna. Jangan biarkan mereka membunuhnya seperti mereka membunuhku.”

Leonardo terhuyung, tubuhnya berlumur darah Arman, matanya membara. Malam itu ia berjanji pada dirinya sendiri: ia akan melindungi Aruna dengan caranya sendiri, meski harus mengorbankan apa pun.

---

Namun, ada satu hal yang selalu menghantuinya.

Siapa yang sebenarnya menarik pelatuk malam itu? Apakah Leonardo terlalu lambat menyelamatkan Arman? Atau… apakah diam-diam ia sendiri bagian dari konspirasi itu?

Orang-orang berbisik, menuduh, bahkan menyebut namanya. Tapi Leonardo menutup semua mulut itu dengan darah. Ia membunuh siapa saja yang mencoba membuka masa lalu.

Bagi dunia luar, Arman mati dalam “kecelakaan bisnis.”

Bagi Aruna, ayahnya meninggal tragis tanpa jawaban.

Dan bagi Leonardo… itu adalah rahasia yang ia bawa, sekaligus rantai yang mengikatnya pada putri Arman selamanya.

Namun akhirnya keluarga Arman hancur , dan putrinya harus bekerja untuk bertahan hidup

---

flashback on

Kilasan itu melintas cepat di kepala Leonardo saat ia berdiri di dermaga, menatap Aruna dengan pistol masih berasap di tangannya.

Wajah Aruna pucat, tubuhnya bergetar hebat. Kata-kata pria tua yang barusan mati menancap di hatinya. “Ayahmu dibunuh. Dan pelakunya ada di dekatmu.”

Leonardo mendekat perlahan, tatapannya tajam, tapi ada bayangan sakit di balik matanya. “Aruna… aku sudah bilang. Jangan pernah mencari sesuatu yang tidak siap kau temukan.”

Air mata jatuh di pipi Aruna. “Kau… apa kau ada hubungannya dengan kematian ayahku?”

Leonardo terdiam. Wajahnya kaku, rahangnya mengeras, tapi matanya bergetar.

Ia ingin mengatakan kebenaran, tapi lidahnya kelu. Ia ingin menyangkal, tapi bayangan malam berdarah itu menahannya.

Aruna mundur selangkah, ketakutan bercampur kebingungan. “Leo… katakan sesuatu!”

Suara ombak menghantam kayu dermaga, angin kencang meniup rambut Aruna, dan di antara keheningan yang mencekam itu… Leonardo akhirnya membuka mulut.

Tapi sebelum satu kata pun keluar—suara ledakan besar terdengar dari arah kota. Api membumbung tinggi di kejauhan, dan kilatan cahaya merah menerangi wajah mereka berdua.

Aruna terkejut. “Apa itu?!”

Leonardo menoleh cepat, wajahnya berubah muram. “Itu… markas kita.”

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!