NovelToon NovelToon
Penantian Lama Mr. Alarick

Penantian Lama Mr. Alarick

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life / Anak Genius / Dark Romance / Mafia / Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: lee_jmjnfxjk

Novel ini akan mengisahkan tentang perjuangan Lucas Alarik yang menunggu sang kekasih untuk pulang kepelukannya. Mereka berjarak terhalang begitulah sampai mungkin Lucas sudah mulai ragu dengan cintanya.

Akankah Mereka bertemu kembali dengan rasa yang sama atau malah asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_jmjnfxjk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Hangat yang Asing

“Kalau laporan ini telat lima menit lagi, gw pindahin lo ke divisi arsip.”

Lucas berhenti di depan meja kerja. “Itu ancaman?”

Athaya mengangkat wajah dari layar tablet. “Itu motivasi.”

Lucas menyipitkan mata. “Lo bercanda.”

Athaya menghela napas pendek. “Jangan besar kepala.”

“Tapi lo senyum,” balas Lucas cepat.

Athaya berhenti sejenak, lalu menoleh ke arah jendela. “Refleks.”

Lucas tertawa kecil. Sejak beberapa minggu terakhir, perubahan Athaya makin terasa. Ia masih tegas, masih dingin di permukaan, tapi ada celah-celah kecil yang hangat—komentar sarkastik yang berakhir senyum, instruksi yang diselipi perhatian.

“Lo berubah,” ucap Lucas jujur.

Athaya menutup tabletnya. “Situasi yang maksa.”

“Atau perasaan,” goda Lucas.

Athaya melirik sekilas. “Jangan sok pinter.”

Tapi ia tidak membantah.

...****************...

Sore itu, Athaya dipanggil ke ruang keluarga mension utama.

Begitu pintu dibuka, suasana langsung terasa ramai.

Empat kakak laki-lakinya duduk menyebar—dua di sofa panjang, satu berdiri sambil menyilangkan tangan, satu lagi bersandar di rak buku. Dua kakak perempuannya duduk berdekatan, berbincang pelan. Suara mereka bercampur, hangat, penuh dinamika keluarga besar.

Athaya—anak bungsu dari tujuh bersaudara—melangkah masuk tanpa banyak ekspresi.

“Wah, lengkap,” gumamnya pelan.

Salah satu kakak laki-lakinya menoleh. “Bungsu akhirnya datang.”

Athaya hanya mengangguk tipis, lalu memusatkan perhatian ke depan.

Revan duduk di sofa tengah. Wajahnya tenang, tangannya bertumpu di perutnya tanpa sadar. Di sampingnya, Rajendra berdiri dengan sikap formal, meski sorot matanya jelas menyimpan kegelisahan.

Athaya mendekat dan menunduk sedikit.

“Papi. Daddy,” ucapnya sopan. “Ada apa sampai semua dikumpulin?”

Revan menepuk sisi sofa. “Duduk dulu, Aya.”

Nada itu membuat Athaya menuruti tanpa bantahan. Ia duduk, kedua tangannya bertaut di pangkuan. Kakak-kakaknya otomatis ikut diam, merasakan ada sesuatu yang serius.

Rajendra menarik napas panjang. “Ada kabar keluarga.”

Athaya mengangguk pelan. “Saya dengar.”

“Kami… akan punya anak,” lanjut Rajendra.

Ruangan hening.

Athaya menatap Revan, lalu Rajendra. Ia tidak langsung bereaksi. Wajahnya datar—terlalu tenang untuk kabar sebesar itu.

“Maaf,” katanya akhirnya, suaranya terkendali. “Boleh saya pastikan? Ini bukan bercanda, kan?”

Revan menggeleng pelan. “Bukan.”

Athaya menghela napas. “Saya mengerti.”

Salah satu kakaknya berseru pelan, “Serius? Nambah lagi?” celetuk Mahesa sambil menghela nafas pasrah.

Athaya menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke depan. “Boleh aya bicara jujur, Papi? Daddy?”

Rajendra mengangguk.

“aya… kaget,” ujar Athaya pelan. “Bukan karena jumlah. Tapi karena saya pikir—fase ini sudah lewat.”

Revan menatapnya lembut. “Kami juga tidak merencanakan.”

Athaya mengangguk lagi. “aya tidak menolak. aya hanya… belum siap.”

Ia menunduk sebentar. “Sebagai anak bungsu, aya terbiasa dilindungi. Sekarang… harus berbagi lagi.”

Kalimat itu jujur. Tidak ada nada marah—hanya kelelahan.

Rajendra mendekat satu langkah. “Kamu tidak akan kehilangan peranmu.”

Athaya tersenyum kecil, sopan. “aya tahu, Daddy. Ini bukan soal posisi.”

Ia menarik napas panjang. “Kalau ini sudah diputuskan… aya terima.”

Pasrah, tapi dewasa.

Revan tersenyum tipis. “Terima kasih, Aya.”

...****************...

Malamnya, Athaya berdiri di balkon mension. Lampu kolam memantul di air dengan tenang.

Lucas berdiri di sampingnya. “Rame banget tadi.”

“Keluarga besar,” jawab Athaya singkat. “Gw yang paling kecil.”

Lucas tersenyum. “Tapi paling ribet.”

Athaya mendengus. “Gw dengar itu pujian.”

Lucas menatapnya. “Lo bakal punya adik lagi.”

Athaya mengangguk pelan. “Kayaknya… iya.”

Ia terdiam sejenak, lalu berkata lirih, “Mungkin ini saatnya gw belajar berbagi, bukan cuma mengatur.”

Lucas tersenyum hangat.

Dan Athaya—anak bungsu yang terbiasa berdiri paling belakang—untuk pertama kalinya, tidak merasa ingin mundur.

-bersambung-

1
panjul man09
lanjut
Mercy ley
yupp aku stuju..
Mercy ley
kasian respon nya ga sesuai harapan kan haha🤭
Mercy ley
yupp..biarin dia jadi gila..
Mercy ley
hadehh...
Mercy ley
setuju.. walau sakit bgt rasa ny..
Mercy ley
pembohong 🤗
Mercy ley
yup btull ini cuma pancingan aja makin di ladeni makin menjadi soalnya
Mercy ley
heem btull..
Mercy ley
itu bukan fakta tapi manipulasi yg kmu buat
Mercy ley
gegabah bgt si Dewi dia g nyadar bakal ngehancurin dirinya sendiri 🤭
Mercy ley
tenang aja cas jgn tertarik sama permainan di ular itu
Mercy ley
cih..
Mercy ley
asekkk.. semangat Authorr,LucasAya, DanuGio,dan babyy Aksaa🤍🤭
Mercy ley
kmu yg bakal mundur.. karena permainan ini milik mereka bukan lu dewi
Mercy ley
kasi paham si Dewi,cas.🤗
Mercy ley
so tau si dewi
Mercy ley
uhh makin menarik..
Mercy ley
mntap lucass lanjutkan 🤭
Mercy ley
semangat semuaaa🤍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!