Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB31
Setelah Adnan (Rank B Tahap Tengah) menguatkan diri dan menguasai Jurus Tangan Jari Pemetik Kekosongan (Tingkat S), ia memberikan perintah akhir.
Panglima Pangulindera (Boneka Mayat Rank SSS) diperintahkan untuk menjaga markas Gua. Ancient (Manusia Rank A, pengikut dan penasihat) akan mendampingi Adnan menggunakan kemampuan khususnya.
"Ancient, lakukan Jejak Astralmu," perintah Adnan. Ia merasa sedikit bersalah, karena tahu betapa berbahayanya teknik itu.
Ancient, yang tubuhnya harus tetap berada di Gua, mengangguk. Ia duduk bersila, matanya terpejam. Sekejap kemudian, wujud dirinya yang sedikit transparan muncul dari tubuhnya dan berdiri tegak.
“Hamba akan mendampingi Tuan sebagai Jejak Astral. Namun, ingatlah, Tuan Bintang, teknik ini sangat berisiko. Hamba hanya bisa menggunakannya dua kali dalam sebulan, dan setiap kali, jiwa hamba terancam,” bisik Ancient (wujud Astral) melalui ikatan mental.
"Aku mengerti," kata Adnan. "Kau adalah otak, Pangulindera adalah tangan kanan yang menjaga markas kita. Raja Hitam, kita bergerak!"
Tim segera berkumpul: Adnan, Evanthe, Vortex, Lone, Raja Hitam, dan Lima Assassin Rank S. Jejak Astral Ancient bergerak bersama mereka. Mereka bergerak dengan kecepatan luar biasa. Jejak Astral Ancient memandu rute tercepat yang dipetakan Vili. Hanya butuh waktu kurang dari satu jam bagi tim elite ini untuk tiba di perbatasan Markas Serigala Bertaring Hitam.
"Ancient, bagaimana kita mendekati ini?" tanya Adnan.
“Tuan Bintang, meskipun Raja Hitam memimpin, Serigala di dalam telah dirasuki kutukan kegelapan yang parah. Mereka akan menyerang. Tuan harus langsung menggunakan Jurus Tangan Jari Pemetik Kekosongan Tuan untuk menembus dan memurnikan kutukan,” jelas Ancient (Astral) melalui ikatan mental.
Saat Raja Hitam memerintahkan gerbang dibuka, dan Serigala Alpha yang matanya merah menyala merespons, Vili memunculkan pemberitahuan misi penting di pandangan Adnan:
[PEMBERITAHUAN Misi Khusus]
MISI: Meredakan Kutukan Serigala Bertaring Hitam.
HADIAH SUKSES: Ramuan Penawar Racun (X1), Resep: Ramuan Penawar Racun (X1).
Adnan melangkah maju, Pedang Besar 150 kg siap dipanggil. Ia mengaktifkan Jurus Tangan Jari Pemetik Kekosongan: Pemurnian. Gelombang Kejutan Jiwa yang membawa energi kontras Iblis dan Malaikat itu dilepaskan, menghantam Serigala Alpha, menyebabkan erangan dan kebingungan.
Saat Adnan hendak mengintensifkan pemurnian, Raja Hitam tiba-tiba berbalik.
"Tuan Bintang, hentikan!" desak Raja Hitam. "Ini adalah Bulan Purnama. Kekuatan kutukan mereka meningkat drastis. Kita hanya akan menyakiti mereka. Kita harus mundur ke tempat aman. Kita kembali ke Gua—tempat tubuh Ancient berada—lalu kita pergi ke Kota Aethelgard dekat pantai."
Ancient (Astral) tiba-tiba merasakan sakit yang menusuk di jiwanya. Ia menyadari, ada entitas spiritual yang menyerang Jejak Astralnya secara diam-diam, mencoba memutuskan koneksinya dengan tubuh fisiknya.
“Tuan Bintang!” seru Ancient (Astral) dengan panik. “Hamba diserang! Kita harus segera kembali ke Gua! Jika tidak, jiwa hamba akan terputus!”
Adnan mengangguk tegas. Ancaman ganda ini tidak bisa diabaikan.
"Baik. Kita mundur! Vortex, Lone, Evanthe, Assassin! Kita bergerak menuju Gua!"
Tim elite itu segera bergerak menjauh dari gerbang Markas Serigala Bertaring Hitam, kembali ke Gua. Adnan merasa sangat bersalah. Ia telah menempatkan Ancient dalam bahaya yang mengerikan.
Saat mereka berlari, Evanthe angkat bicara, "Kita meninggalkan jejak yang jelas. Pengikut Raja Hitam memiliki penciuman yang tajam. Mereka akan memburu kita."
"Dan entitas spiritual itu," tambah Ancient (Astral), suaranya melemah. "Ia mungkin memanggil sekutu untuk menghalangi jalan kita."
Adnan berpikir cepat. "Vortex, Lone, kalian berdua ahli dalam pengalihan perhatian. Bisakah kalian membuat gangguan untuk mengelabui pengejar kita?"
Vortex menyeringai. "Tentu saja, Tuan. Kami akan membuat mereka berpikir bahwa kami pergi ke arah yang berbeda."
"Raja Hitam," kata Adnan, "Kau tahu wilayah ini lebih baik dari siapa pun. Rute mana yang paling aman dan sulit dilacak?"
Raja Hitam berpikir sejenak. "Ada jalur sungai yang berliku ke arah selatan. Air akan menghapus jejak kita, dan arusnya akan membawa kita menjauh dari pengejar kita."
"Baiklah," kata Adnan. "Kita menuju sungai. Evanthe, tetap di dekatku dan lindungi Ancient. Assassin, kalian berlima berjaga di depan dan belakang."
Mereka mengubah arah, menuju sungai dengan kecepatan penuh. Tiba-tiba, kabut hitam keunguan menyelimuti mereka. Udara terasa berat dan menyesakkan.
"Kabut ini... ini bukan alami," kata Ancient (Astral) dengan cemas. "Ini adalah hasil dari mutasi yang disebabkan oleh energi kutukan dan Bulan Purnama."
Dari dalam kabut, muncul sosok mengerikan. Seekor Singi giling Lapis batu, seekor trenggiling raksasa dengan sisik sekeras batu dan mata merah menyala. Kabut mutasi dan energi Bulan Purnama telah membuatnya menjadi monster yang ganas.
"Batu Lapis Singi giling Level SSS," kata Vili melalui sistem. "Monster ini sangat berbahaya dalam kondisi ini. Berhati-hatilah, Tuan."
Adnan menghunus Pedang Besarnya. "Kita tidak punya waktu untuk menghadapinya. Kita harus melewatinya!"
Adnan bersiap untuk melawan Singi giling Lapis batu itu. Ia mengaktifkan Ilmu Pedang Angin Hadiah yang diberikan Sistem Vili.
Adnan menghunus Pedang Besarnya. "Kita tidak punya waktu untuk menghadapinya. Kita harus melewatinya!"
Adnan bersiap untuk melawan Singi Giling Lapis Batu itu. Ia mengaktifkan Ilmu Pedang Angin Hadiah yang diberikan Sistem Vili.
Lima Assassin Rank S terkejut bukan main. "Tuan Bintang... bagaimana mungkin?" bisik salah satu dari mereka.
"Ilmu pedang kuno itu... Ilmu Pedang Angin?" gumam yang lain. "Bukankah teknik itu seharusnya sudah punah sebelum Perang Sang Esa?"
"Kekuatan ini sangat kuno," kata ketua Assassin, matanya membelalak. "Sekte ini sudah lama hilang, hanya menyisakan reruntuhan misterius yang penuh jebakan dan rahasia."
Adnan mengabaikan keterkejutan mereka. Ia fokus pada Singi Giling Lapis Batu yang menggeram di depannya.
"Kalian tidak boleh ikut campur," kata Adnan, suaranya tegas. "Ini pertarunganku. Aku tidak ingin terus berlindung di belakang kalian."
Singi Giling Lapis Batu itu menyerang, tubuhnya yang besar meluncur maju dengan kecepatan yang mengejutkan. Sisik-sisiknya yang keras seperti batu memantulkan cahaya bulan yang menembus kabut.
Adnan menarik napas dalam-dalam. Ilmu Pedang Angin Hadiah memiliki tiga tahap, dan ia harus menguasai setiap tahap untuk mengalahkan monster itu.
Tahap Pertama: Angin Sejuk
Adnan mengalirkan energi ke dalam pedangnya. Angin sejuk berputar di sekelilingnya, meningkatkan kecepatan dan ketajamannya. Ia bergerak cepat, menghindari serangan Singi Giling Lapis Batu itu dengan mudah.
Ia menyerang dengan serangkaian tebasan cepat, mencoba menemukan titik lemah di antara sisik-sisik batu itu. Namun, setiap serangannya hanya memantul, tidak menimbulkan kerusakan berarti.
Singi Giling Lapis Batu itu membalas dengan serangan ekor yang kuat, memaksa Adnan untuk melompat mundur. Monster itu terlalu kuat dan terlalu tahan lama.
Tahap Kedua: Badai Kecil
Adnan meningkatkan kekuatan Ilmu Pedangnya. Angin di sekelilingnya semakin kencang, berubah menjadi badai kecil yang berputar-putar. Kekuatannya meningkat, dan serangannya menjadi lebih mematikan.
Ia mulai menemukan celah dalam pertahanan Singi Giling Lapis Batu itu. Beberapa tebasannya berhasil menembus sisik-sisik batu itu, meninggalkan goresan dangkal.
Namun, Singi Giling Lapis Batu itu tidak menyerah. Ia terus menyerang dengan kekuatan yang tak henti-hentinya, memaksa Adnan untuk terus bergerak dan bertahan.
Tahap Ketiga: Angin Topan
Adnan tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya. Ia mengumpulkan semua energinya dan melepaskan tahap terakhir Ilmu Pedang Angin: Angin Topan.
Angin di sekelilingnya berubah menjadi topan yang dahsyat, mengelilinginya dengan kekuatan yang luar biasa. Pedangnya bersinar dengan energi yang terang, siap untuk menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya.
Adnan menyerang dengan kecepatan dan kekuatan yang tak tertandingi. Tebasannya menembus sisik-sisik batu Singi Giling Lapis Batu itu dengan mudah, meninggalkan luka yang dalam dan berdarah.
Pertarungan itu berlangsung selama setengah jam yang menegangkan. Adnan menggunakan semua yang ia miliki, tetapi Singi Giling Lapis Batu itu terlalu kuat.
Pada akhirnya, Adnan membuat kesalahan. Singi Giling Lapis Batu itu berhasil menyerangnya dengan cakarnya yang tajam, meninggalkan luka yang dalam di lengannya.
Adnan terhuyung mundur, merasakan sakit yang luar biasa. Ia tahu bahwa ia telah kalah.
Singi Giling Lapis Batu itu menggeram kemenangan dan bersiap untuk menyerang lagi.
Adnan terhuyung mundur, merasakan sakit yang luar biasa. Ia tahu bahwa ia telah kalah.
Singi Giling Lapis Batu itu menggeram kemenangan dan bersiap untuk menyerang lagi.
Dalam keputusasaannya, Adnan menghubungi Sistem Vili. "Vili, bagaimana cara mengalahkan monster ini? Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi!"
Vili menjawab dengan nada datar, "Tuan tidak bisa mengalahkan Singi Giling Lapis Batu itu dengan kekuatan yang Tuan miliki saat ini. Monster itu terlalu kuat untuk Tuan."
Adnan merasa putus asa. "Lalu apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau mati di sini!"
"Tuan masih memiliki ramuan hadiah yang Tuan dapatkan dari misi sebelumnya," kata Vili. "Ramuan itu akan menyembuhkan luka Tuan dan memberikan Tuan dorongan energi yang signifikan."
Adnan teringat ramuan yang diberikan Vili setelah ia menyelesaikan misi sebelumnya. Ia ragu-ragu sejenak. Ramuan penyembuhan sangat langka dan berharga. Menggunakannya sekarang terasa seperti pemborosan.
Namun, ia tidak punya pilihan lain. Jika ia tidak menggunakan ramuan itu, ia pasti akan mati.
Dengan tekad baru, Adnan mengeluarkan ramuan itu dari inventarisnya dan meminumnya dalam sekali teguk.
Saat ramuan itu menyentuh lidahnya, energi yang kuat mengalir ke seluruh tubuhnya. Lukanya mulai sembuh dengan cepat, dan kekuatannya kembali.
Lima Assassin Rank S menyaksikan kejadian itu dengan mata terbelalak. Mereka tidak percaya apa yang baru saja mereka lihat.
"Tidak mungkin..." bisik salah satu dari mereka. "Ramuan penyembuhan? Dari mana Tuan Bintang mendapatkannya?"
"Ramuan penyembuhan sangat mahal dan langka," kata ketua Assassin, matanya menyipit. "Pasti ada sesuatu yang tidak kita ketahui tentang Tuan Bintang."
Dalam hati, ketua Assassin mulai menyusun teori. Tuan Bintang pasti memiliki guru rahasia yang sangat kuat, pikirnya. Guru itu pasti yang mengajarinya Ilmu Pedang Angin yang kuno dan memberinya ramuan penyembuhan yang langka ini.
Adnan mengabaikan keterkejutan para Assassin. Ia fokus pada Singi Giling Lapis Batu yang masih menggeram di depannya.
Dengan kekuatan yang baru ditemukan, Adnan bersiap untuk melanjutkan pertarungan. Ia tahu bahwa ia masih memiliki peluang untuk menang.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌