Arkan Bagaskara seorang duda yang dijodohkan dengan seorang mahasiswanya yang hobi membuat masalah dikelasnya. Arkan merasa diumurnya yang cukup matang menjalin hubungan dengan Febriana Indriana adalah hal yang sulit, dia ingin hubungan yang serius bukan seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Apalagi sifat kekanak-kanakan dan memberontak yang Febri miliki membuat kepalanya sakit. Tapi mau bagaimana lagi keluarganya memiliki hutang budi dengan keluarga Febri dan mau tak mau Arkan harus menikahi Febri. Namun apakah semua berjalan Lancar disaat Febri jatuh Cinta dengan pria yang lebih muda darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Febri mengamati Dikau dari dalam jendela mobil, pria itu telah pergi dengan payung yang diberikannya tadi. Febri menghela napas lega, paling tidak perasaan bersalahnya sedikit terangkat. Tadi adalah hal ternekat, walau ia belum memberitahu hubungannya dengan Arkan seperti apa pada Dikau, tapi keputusannya memilih Arkan tadi pasti dimengerti Dikau. Hujan masih terus mengalir dengan derasnya, hujan yang tak pernah Febri perkirakan akan turun di saat-saat seperti ini.
Febri menatap Arkan yang nampak diam sedari tadi, bahkan disaat ia melihat bajunya basah kuyup Arkan seakan tak peduli. Febri menggosokkan kedua tangannya kedinginan. Tubuh Febri menggigil ke dinginan, tangannya bergerak ingin mengecilkan volume AC.
"Mas Febri matikan yah AC-nya," Arkan mengangguk tanpa suara.
Febri terdiam, batinnya berguman apa yang terjadi pada Arkan. Hingga membuat pria itu bungkam tanpa suara.
Apakah ia melakukan kesalahan? Ya Febri salah karena telah berhubungan dengan Dikau di belakang Arkan selama ini.
"Mas Febri kedinginan," ujar Febri pada Arkan tubuhnya basah kuyup karena hujan tadi.
Arkan diam bahkan tidak menoleh sama sekali. Febri merengut sebal didiamkan, Febri mencoba mengingat-ngingat kesalahannya. Tapi ia merasa tidak merasakan melakukan kesalahan apapun sedari tadi. Apakah Arkan sudah tidak peduli lagi padanya?
Bukankah dia sudah memutuskan untuk meninggalkan Dikau lalu salahnya dimana. Febri menghela napas kasar, ia rasa Arkan sedang labil. Febri memutuskan untuk ikut diam saja dari pada bertanya yang tidak-tidak. Febri tidak sedang ingin bertengkar.
Febri mengusap kedua tangannya, entahlah ia masih merasa kedinginan padahal ia sudah mengecilkan suhu udara di mobil. Febri melirik Arkan diam-diam, pria itu Nampak tidak peduli pada dirinya padahal tadi pria itu sendiri yang menyapanya dengan senyum lebar. Lalu kemana perginya semua senyum itu.
Febri mendekap tubuhnya sendiri, macetnya jalan dan derasnya hujan membuatnya lelah hingga ia tidak kuat lagi membuka mata dan memutuskan untuk berada di alam mimpi. Ia lelah menghadapi hari ini termasuk pertemuannya dengan Dikau tadi. Rasanya ia ingin istirahat tanpa memikirkan beban apapun itu. Ia tidak bisa menahan lagi. Bahkan tanpa sadar matanya terpejam.
***
Febri terbangun namun yang dilihatnya adalah seorang gadis kecil berseragam putih merah yang sedang di seret teman-teman perempuannya ke taman. Gadis kecil itu menangis menjerit meminta tolong, tapi taman terlihat sepi hanya ada mereka dan Febri. Febri bergerak ingin menolong tapi ia merasa dirinya seperti bayangan yang hanya bisa menyaksikan hal itu.
Anak-anak perempuan yang tadi menyeret gadis kecil itu mengkerubungi gadis kecil itu. Mereka merampas tasnya dan mengeluarkan semua isinya ke tanah. Lalu gadis kecil itu wajahnya di coret-coret dengan spidol. Febri menahan amarah, ia tidak tega melihat itu. Febri ingin menolongnya, tanpa Febri sadari airmatanya turun dari matanya.
Febri berteriak histeris "pergi," tapi tak ada yang menanggapinya.
"Pergi... hiks..hiks..hiks..hikss..."
Sampai sosok laki-laki berseragam SMA datang menghampiri kerumunan itu, membubarkannya. Anak laki-laki itu langsung memeluk anak kecil itu. Jantung Febri berdebar, ia tak kuasa melihatnya menyadari jika anak laki-laki itu adalah Arkan. Arkan suaminya. Febri terdiam untuk apa dia memimpikan hal ini.
Febri merasa jika yang ia lihat seperti kenangannya. Kenang yang Febri tidak pernah ingat. Napas Febri memburu, hingga matanya benar-benar terbuka di dunia nyata.
Febri merasakan ada sepasang tangan yang memeluknya erat. Febri memalingkan wajah mendapati wajah Arkan yang pulas tertidur sambil memeluknya. Febri berpikir sebentar bukankah tadi ia berada di mobil dengan baju yang basah, tapi sekarang ia berada di kamar dengan berbalut piama. Dan juga terdapat kompres di kepalanya.
Apakah Arkan yang memindahkannya tadi di mobil?
Febri bersin tanpa sadar, hal itu membangunkan Arkan dari tidur panjangnya. Arkan terbangun dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Seolah tak ada rasa lelah disana. Febri tertegun menatap wajah tampan Arkan yang membuat hatinya berdesir. Kenapa ia baru sadar jika Arkan itu tampan sekali? walau sudah tua..
"Akhirnya kamu bangun, maafkan saya karena saya kamu jadi demam seperti ini." ujar Arkan.
"Tidak apa-apa," Febri terdiam jadi dirinya sedang demam dan Arkan yang merawatnya. Senyum Febri mengembang mengetahui hal itu. Arkan ternyata masih peduli padanya.
Febri memikirkan mimpinya tadi mengetahui Arkan merawatnya menambah radar kepercayaannya, jika dimimpinya tadi adalah Arkan. Arkan memang ditakdirkan untuk melindunginya. Seperti mimpi tadi, dimana ada Arkan. Mungkin mimpi tadi memang benar ingatannya yang tidak pernah ia ingat. Tapi kenapa ia tidak bisa mengingatnya sama sekali. Sejak bersama Arkan ia sering memimpikan gadis kecil dan anak laki-laki itu.
Ah itu tidak penting nanti ada saatnya dimana ia bisa mengingatnya.
"Saya ambilkan minum sebentar, jangan turun dari kasur mengerti." Ujar Arkan lembut pada Febri bahkan tangan Arkan sempat mengusap kepalnya lembut.
Febri mengangguk senang menerima perlakuan Arkan. Arkan turun dari ranjang lalu berjalan menuju dispenser yang berada di dekat kamar mereka.
"Minum yah," Arkan membantu Febri minum.
"Maaf tadi saya pura-pura tidak mengerti disaat kamu kedinginan di dalam mobil. Saya hanya cemburu melihat kamu memberikan payung pada Dikau dan merelakan dirimu kebasahan sampai sakit seperti ini." Arkan duduk di tepi ranjang.
Febri langsung menaruh gelas yang di genggamnya di dekat meja yang berada di samping kasur. Febri tersenyum, ternyata Arkan cemburu melihatnya dengan Dikau tadi. Febri bergerak maju ke arah Arkan memeluknya erat. Arkan kaget menerima pelukan itu.
"Terimakasih," ujar Febri.
"Terima kasih telah mencintai Febri," Febri berguman.
Febri mengalungkan tangannya ke leher Arkan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arkan. Arkan menyambut itu dengan hangat, ia tersenyum tanpa sadar.
"Febri cinta Mas Arkan," jantung Arkan berdebar mendengar itu.
Baru saja Arkan ingin membalasnya, Febri sudah terlelap dalam dekapannya. Arkan terkekeh melihatnya, gadisnya pasti kelelahan. Febri terlihat begitu nyaman di dalam pelukannya. Sepertinya Febri benar-benar sudah menerimanya sebagai suaminya. Buktinya dia tidak menerima nada bantahan dan penolakan lagi dari Febri.
"Saya juga cinta kamu Febri," Arkan mengecup kening Febri lama.
Arkan memindahkan Febri ke kasur seperti semula dengan posisi ternyaman. Kadang Febri angin berguman di sela-sela tidurnya. Arkan mengambil air untuk mengompres Febri. Arkan dengan telaten merawat Febri, mengompres kepalanya sampai mengukur suhu tubuhnya.
"Cepat sembuh sayang," Arkan mengecup kening Febri berkali-kali lalu membawanya ke dalam pelukan. Lalu mereka terlelap kembali ke alam mimpi bersama.
***
jangan lupa follow Instagram author ya @wgulla_
love you ♥️♥️♥️♥️♥️
mohon maaf kak author cantik
batuk nih dudanya meresahkan