NovelToon NovelToon
女将军的命运之幕 ( Tirai Takdir Sang Jenderal Wanita )

女将军的命运之幕 ( Tirai Takdir Sang Jenderal Wanita )

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Keluarga / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:706
Nilai: 5
Nama Author: Syifa Fha

Di bawah rembulan yang dingin, seorang jenderal berdiri tegak, pedangnya berkilauan memantulkan cahaya. Bukan hanya musuh di medan perang yang harus ia hadapi, tetapi juga takdir yang telah digariskan untuknya. Terjebak antara kehormatan dan cinta, antara tugas dan keinginan, ia harus memilih jalan yang akan menentukan nasibnya—dan mungkin juga seluruh kerajaannya. Siapakah sebenarnya sosok jenderal ini, dan pengorbanan apa yang bersedia ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Fha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3.

Sinar Mentari pagi di musim semi menyapu lembah Sungai Shan, hangatnya membelai kulit Xin Lan yang basah oleh keringat. Udara segar bercampur aroma tanah basah dan dedaunan muda memenuhi paru-parunya. Di sekelilingnya, tebing-tebing batu besar membelah aliran sungai yang deras, menciptakan panorama alam yang dramatis. Air sungai bergemuruh, irama alamiah yang mengiringi setiap gerakan Xin Lan.

Xin Lan, dengan rambut hitam panjangnya yang terikat rapi, berdiri tegak di atas batu datar yang licin. Tubuhnya lentur, seperti ranting muda yang siap membengkok dan melesat. Ia mengenakan pakaian latihan berwarna putih bersih, sederhana namun elegan, yang kontras dengan keagungan alam di sekitarnya. Di tangannya, sebuah kayu pipih panjang berujung runcing yang menyerupai bentuk pedang .

Gerakannya begitu cepat dan tepat, seperti tarian mematikan. Setiap ayunan pedang kayu, setiap tendangan, setiap lompatan, diiringi oleh desiran angin dan percikan air sungai. Ia melompat dari satu batu ke batu lainnya, keseimbangannya sempurna, seolah ia lahir untuk menari di atas aliran sungai yang deras itu. Pedangnya menari-nari di udara, membentuk pola-pola rumit yang memukau.

Sekilas, ia tampak seperti penari yang anggun, Wajahnya fokus, serius, tanpa sedikit pun kecerobohan. Hanya detak jantungnya yang bergemuruh, berpadu dengan gemuruh sungai, menjadi satu kesatuan yang harmonis.

Di tengah latihannya, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. Mata elangnya menatap aliran sungai yang deras, merenungkan setiap gerakannya. Ia mencari kesempurnaan, bukan hanya dalam teknik, namun juga dalam harmoni antara dirinya dan alam.

Kemudian, ia melanjutkan latihannya dengan semangat baru. Gerakannya semakin cepat, semakin kuat, semakin memukau. Pedang kayu yang ia gunakan menyambar dedaunan dan kelopak bunga yang berjatuhan, seperti kilat yang menyambar bumi. Ia berlatih dengan tekun, tekadnya tak tergoyahkan. Ia ingin menguasai seni bela dirinya, bukan hanya untuk melindungi diri, namun juga untuk mengharmoniskan dirinya dengan alam yang begitu agung.

Sinar matahari semakin tinggi, menandakan waktu berlalu. Namun, Xin Lan tetap berlatih tanpa lelah. Ia adalah satu kesatuan dengan alam, dengan Sungai Shan yang deras, dengan batu-batu besar yang membelah alirannya. Ia adalah pendekar muda yang tengah mengukir jalannya menuju kesempurnaan, di tengah keindahan alam yang menakjubkan.Tiba-tiba, dengan gerakan cepat dan tepat, Xin Lan melemparkan sebuah belati kecil yang tersembunyi di balik pakaian latihannya. Belati itu melesat bak anak panah, mengenai tepat sasaran: sebuah pohon sakura yang bermekaran di tepi sungai, bunga-bunga merah mudanya berjatuhan seperti hujan lembut. Gerakannya begitu cepat dan akurat, seolah ia hanya perlu melirik sekilas untuk menentukan targetnya.

"Keluarlah."Ucap Xin Lan dengan nada dingin.

Dari balik pohon sakura, muncullah seorang pemuda yang nampak familiar bagi Xin Lan,Ia adalah Yun Ling shan, putra kedua dari keluarga Yun.

"Ma... Maafkan aku Nona Xin, A...aku tidak bermaksud untuk mengganggu latihanmu,A..aku disuruh Ibu untuk mencarimu."Ucap Ling panik.

Xin Lan menoleh, tatapannya tajam namun tidak mengancam. Ia melihat Ling dengan saksama, Ling terlihat gugup, tangannya memegang erat sebuah pedang kayu sederhana.

"Kau Berlatih pedang?" tanya Xin Lan, suaranya tenang dan lembut, berbeda dengan aura kuat yang terpancar darinya saat berlatih.

Ling mengangguk cepat.

 "I...iya Aku berlatih sendiri, Ah,Ya Ibu tadi menyuruhku mencari anda, Beliau sangat khawatir Karena anda menghilang."Jelas Ling.

Xin Lan tersenyum tipis, senyum yang jarang terlihat. " Astaga..., Tolong Rahasiakan pada bibi ya! Aku tidak suka Berdiam diri seharian di ranjang, Hei,Jika kau ingin berlatih bersama, aku bersedia membantumu."

Ling terkesiap, tidak menyangka tawaran tersebut. "Benarkah, Nona Xin Lan?"

Xin Lan mengangguk. "Seharusnya Cukup panggil aku Xin Lan saja, Ah sudahlah."Gumam Xin Lan "Ayo! Kita mulai dari dasar. Pegang pedangmu dengan benar. Rasakan keseimbangan tubuhmu. Dan ingat, seni pedang bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang ketenangan pikiran."

Xin Lan kemudian mengajarkan Ling teknik dasar memegang pedang, cara menjaga keseimbangan, dan langkah-langkah sederhana namun efektif. Ling belajar dengan tekun, menyerap setiap petunjuk dari Xin Lan. Mereka berlatih di tepi sungai, dengan gemericik air sebagai musik latar. Xin Lan, yang biasanya terlihat dingin dan serius, menunjukkan kesabaran dan kelembutan yang tak terduga saat membimbing Ling.

Matahari mulai pergi ke ufuk barat yang menandakan berakhirnya sesi latihan. Ling, walaupun lelah, ia merasa sangat senang. Ia telah belajar banyak dari Xin Lan, tidak hanya tentang seni pedang, tetapi juga tentang pentingnya kesabaran, disiplin, dan harmoni dengan alam. Ia berjanji untuk kembali esok hari, dengan tekad yang lebih kuat untuk menguasai seni pedang. Xin Lan tersenyum, menatap gadis muda itu dengan penuh harapan. Ia melihat potensi besar dalam diri Ling, potensi yang perlu diasah dan dibimbing.

langit Sudah mulai menggelap dengan gradasi jingga dan ungu. Ling, masih sedikit gemetar karena sisa-sisa latihan yang melelahkan, akhirnya ia ikut duduk di samping Xin Lan di tepi sungai. Air sungai mengalir tenang, menciptakan irama menenangkan. Ia masih terpesona oleh keahlian Xin Lan.

"Nona Xin... Terima kasih banyak atas bimbinganmu hari ini. Aku belajar banyak sekali! Aku belum pernah merasakan gerakan pedang secepat dan sehalus itu sebelumnya." Ia sedikit menunduk, matanya berbinar-binar penuh kekaguman.

Xin Lan mengangguk acuh tak acuh "Sudahlah ,Kau sendiri juga cukup berbakat. Jika kau berlatih Teknik yang ku ajarkan tadi dengan tekun aku yakin kau akan melampaui ku."

Pemuda itu tersenyum malu-malu, tetapi matanya masih penuh rasa ingin tahu "Aku mengerti. Tapi... bolehkah aku bertanya beberapa hal lagi? Aku sangat penasaran..."

menatap Ling shan sebentar, menilai ketulusan pemuda itu " Aku tidak suka basa-basi. Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan."Sembari membaringkan tubuhnya.

menarik napas dalam-dalam, berusaha memberanikan diri "Baiklah... Darimana Nona berasal? Aku belum pernah melihat seseorang se-terampil Nona di desa ini bahkan Di seluruh wilayah Qing shui!. Gerakan Nona... itu sangat berbeda. Seperti... seperti tarian kematian yang memukau."

Xin Lan hanya tersenyum tipis "Aku... lahir di sebuah panti asuhan yang berada di Wilayah Tian du." Ia berbohong dengan sangat lancar, menutupi identitas aslinya.

Ling menatap Xin Lan dengan penuh selidik "ah, Ternyata Nona Lahir di wilayah Tian du ya , Seperti apa wilayah itu?."

Xin Lan menatap langit senja, menghindari tatapan Ling."Selama aku tinggal disana,Kurasa Tidak ada yang menarik untuk diceritakan," Sembari memukul kepala pemuda itu.

Ling hanya terkekeh melihat reaksi Xin Lan." Apa anda juga Orang dari sekte bela diri? Apa anda bisa merekomendasikannya?" Mata Ling berbinar-binar, penuh dengan rasa ingin tahu dan sedikit ketakutan.

Xin Lan hanya menghela nafas.

"Yah...,Aku dulunya memang mantan murid dari suatu sekte bela diri,Aih...,Apa bagusnya belajar di sekte? Aku lebih menyukai hidup bebas tanpa aturan yang mengekang."

Ling menunduk, sedikit ketakutan "Ah, begitu ya ,Pantas saja Kemampuan Nona sangat terampil... Pasti anda telah berlatih selama bertahun-tahun. Dan belati yang Nona lempar tadi... itu sangat akurat. Aku yakin....,nona? Nona?!"Ling kaget melihat Xin Lan yang sudah berlari jauh menuju desa.

"Nona!!! Tunggu aku!!"Teriak Ling mencoba untuk menyusul.

.

.

.

Keadaan Desa Luo Yang, sangat kacau, Para bandit berlarian, merampas harta benda warga. Di tengah keributan itu, pria bermarga Lu, dengan penutup mata yang menutupi kedua matanya, berteriak-teriak.

"Dimana Orang yang bernama Xin Lan Di desa ini!? Keluar kau, Xin Lan! Aku akan membalaskan dendamku!" Suaranya penuh amarah, bercampur dengan rasa takut yang berusaha disembunyikan.

Ling yang baru datang dengan nafas masih tersengal langsung dibuat ternganga melihat kekacauan desanya, belum sempat menanyakan apa yang terjadi kepada Xin Lan,Debu langsung beterbangan di jalan setapak yang baru saja dilalui Xin Lan. Kecepatannya luar biasa. Ling berusaha mengatur nafasnya dan mencoba menyusul Xin lan.

"Nona Xin..., ! "Menarik nafas." Kecepatan mu memang mengagumkan, Tapi Juga sangat Menyeramkan! Nona Xin! Tunggu aku!" Teriak Ling sembari menarik nafas dalam-dalam lalu kembali lagi berlari untuk menyusul.

Dari balik sebuah rumah, Xin Lan muncul. Ia berdiri tegak, pedang kayu sederhana tergenggam di tangannya. Wajahnya tenang, namun aura yang terpancar darinya begitu kuat, membuat para bandit yang tadinya beringas, seketika terdiam.

"Orang yang kau cari Ada disini."Teriak Xin Lan.

Pria berpenutup mata , yang tadinya berteriak lantang, kini tergagap. Wajahnya langsung pucat pasi. Ia mengenal mata itu, mata yang seharusnya tidak boleh ia lihat .

"Ka... kau! Rupanya kau!" Suaranya gemetar, tak seperti teriakan penuh amarah sebelumnya.

Xin Lan berjalan maju, langkahnya tenang dan pasti. Pedang kayu di tangannya bergerak perlahan, menciptakan alunan suara yang menengangkan di tengah kekacauan.

"Akulah yang bernama Xin Lan," kata Xin Lan, suaranya lembut, namun tegas. "Katanya kau ada keperluan denganku."

Pria bermarga Lu mencoba untuk bangkit, namun kakinya terasa lemah. Ia mencoba untuk memegang pedangnya, namun tangannya gemetar hebat. Ketakutan telah menguasainya sepenuhnya.

",Ah...A...anu Tuan...Ma..maksudku Nona besar, Ini semua hanya Salah paham..,I..iya salah paham ,!" Ia memohon, suaranya nyaris tak terdengar.

Xin Lan berhenti beberapa langkah di depannya. Ia menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran belas kasihan dan amarah.

"Hmmm....,Hanya salah paham ya...,Atau Kau sudah tahu siapa aku?" tanya Xin Lan setengah berbisik, suaranya masih lembut, namun mengandung ancaman yang tak terbantahkan.

Pria itu menggeleng, tak mampu berkata apa-apa. Air mata mulai menetes di pipinya, membasahi penutup matanya.

"Rupanya Kau benar benar tahu siapa aku ya, Mengesankan," kata Xin Lan.

Xin Lan mengambil tusuk rambutnya, mengarahkannya ke arah pria itu, bukan untuk melukai, melainkan untuk menunjukkan kekuatannya.

"Tu..tuan,Ma... maksudku Nona besar! Aku salah! Aku salah mengenali orang! Ma... maafkan aku sudah berbuat hal yang tidak pantas di daerah anda," kata bandit itu, "tapi aku akan memastikan aku akan bersedia melakukan apapun untuk anda."

Para bandit yang menyaksikan adegan itu, terpaku sekaligus kebingungan melihat ketua mereka yang ditakutkan oleh semua orang kini bertekuk lutut di hadapan seorang gadis.

Xin Lan berlutut, posisinya sejajar dengan pria berpenutup mata yang masih terduduk gemetar. Tatapan Xin Lan tajam, menusuk, namun ada setitik kelembutan tersembunyi di baliknya.

Pria itu tergagap, matanya membulat sempurna. Ia tahu, ia tahu persis siapa Xin Lan ,atau lebih tepatnya, Sang Jenderal Bertopeng Hantu dari Organisasi Pembunuh Mo Hui—adalah legenda yang menakutkan dan dikagumi di kalangan bandit. Melihat wajah yang selama ini hanya dilihat dalam bayangan dan legenda, adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.

Ia juga tahu siapapun yang berhasil melihat wajah asli sang jenderal hantu akan berakhir tragis.

"Tuan,Ma...maksudku Nona... saya... saya..." Pria itu terbata-bata, sujudnya semakin dalam. Ia tak berani menatap mata Xin Lan.

"Aku tahu kau tahu," potong Xin Lan, suaranya masih tenang, namun tekanan di setiap katanya semakin kuat. "Kau menggunakan organisasi Mo Hui untuk melakukan penjarahan. Kau memanfaatkannya untuk menguasai desa-desa."

Air mata pria itu menetes. "Ampun, Nona! Saya khilaf! Saya tidak tahu bahwa Anda adalah nona, Saya bersedia mengembalikan semua harta rampasan, saya bersedia melakukan apapun!!" Suaranya bergetar hebat, dipenuhi penyesalan dan ketakutan.

Dari balik kerumunan bandit, muncul suara keras dan tak percaya. Seorang pria botak, gemuk, yang Xin Lan kenali sebagai salah satu kaki tangan pria berpenutup mata itu, berteriak.

"Kakak lu?! Bukankah Anda ingin membantuku melawannya? Kenapa Anda malah..."

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria botak itu. Pria berpenutup mata itu berteriak, suaranya dipenuhi amarah dan kepanikan.

"Diam kau, dasar bodoh! Kau sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupmu! Apa kau mau kehilangan nyawamu?!"Bentaknya.

"ah,Hehehe anu nona maafkan kebodohan adikku ini, aku harap anda bermurah."

Keheningan menyelimuti mereka. Xin Lan bangkit, menatap pria berpenutup mata dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kau Ikut aku," kata Xin Lan, suaranya datar. Ia menunjuk ke arah sebuah bangunan kosong di pinggir desa.

Di tempat itu, di bawah cahaya bulan yang redup. Ia meminta pria itu untuk berjanji merahasiakan identitasnya, mengembalikan semua harta rampasan, dan mengubah para bandit menjadi penjaga desa Luo Yang, Untuk menebusnya.

Pria berpenutup mata itu mengangguk, air matanya kembali menetes. Ia tahu, kesempatan yang diberikan Xin Lan adalah anugerah. Ia telah melakukan kesalahan besar didaerah nya, dan kini ia berkesempatan untuk menebus kesalahannya. Ia berjanji akan melakukan semuanya sesuai permintaan Xin Lan, dengan kesetiaan dan rasa hormat yang mendalam. Ketakutannya akan kematian telah berganti menjadi tekad untuk menebus dosa dan melindungi desa yang pernah ia rampas.

"Ah...ya Siapa tadi namamu? "Tanya Xin Lan.

"Ah namaku Lu Han Nona."

"Lu Han?, Aku akan mengampunimu kali ini,Pergilah, dan ingatlah untuk menjaga desa ini jika terjadi sesuatu dengan mereka aku sendiri yang akan membereskanmu."Ancam Xin Lan dengan Tatapan dingin.

Lu Han itu mengangguk-angguk,Ia mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati Xin Lan lalu pergi memberitahu pasukannya untuk mundur.

.....

 .

1
Syaifudin Fudin
Sederhana namun dalam
RinSantorski
Jalan cerita hebat.
·Laius Wytte🔮·
Thor, aku sudah tidak sabar untuk baca kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!