Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 : The Day
Pagi yang indah.
Hari yang sudah dinantikan Kirana dan Davis akhirnya tiba. Hari yang sangat bersejarah dalam percintaan keduanya. Hari dimana penyatuan dua hati yang saling mengikat janji untuk setiap sehidup sesurga.
Jogja dan isinya seakan berhenti beraktivitas untuk hari ini. Jalanan utama dari Ndalem Notokusuma yang tidak jauh dari area Keraton Utama hingga area Malioboro, begitu sepi akan kendaraan yang biasanya penuh memenuhi jalanan. Banyak akses jalan di tutup.
Di pinggir jalan, disediakan space untuk para warga dan penggemar serta wartawan menunggu prosesi iring-iringan pengantin. Berbagai gerobak makanan berjejer rapi untuk dinikmati bersama. Semua gratis dan akan ada hiburan rakyat nanti siang di alun-alun hingga malam.
Di dalam sebuah ruangan khusus untuk pengantin wanita, Kirana baru saja selesai dirias oleh perias yang biasanya merias anggota keraton. Beliau dibantu oleh Bestari, MUA pribadi Kirana. Di dalam sana ada Keira dan Tere– anaknya, yang merancang kebaya pengantin untuk Kirana dalam melangsungkan sesi akad lagi ini.
Keira dibantu anak perempuannya memastikan payet-payet yang ada di kebaya itu tidak lepas atau rusak. Kebaya itu masih terpasang di manekin menunggu sang pemilik utama selesai dengan dokumentasi periasnya.
Saki sebagai bridesmaid, membantu Kirana sejak nona mudanya itu bangun tidur sampai detik ini. Dengan balutan kebaya janggan berwarna biru tua dan jarik yang telah dimodifikasi, nampak seperti rok, tetapi sebenarnya adalah celana, Saki begitu sigap dan ulet kesana kemari. Dia memastikan semua on point sesuai brief yang sudah diberikan.
"Sudah, Mbak Kirana. Silakan dipakai kebayanya," ucap seorang wanita paruh baya dengan kebaya dan sanggul atau konde khas Jawa. Beliau bernama Budhe Haryati. Beliau salah satu abdi yang bekerja di Ndalem Notokusuma.
Dibantu Keira dan Saki, serta asisten Keira, Kirana sudah memakai kebaya tersebut. Lalu, para bridesmaid, yaitu Elissa– sepupu Kirana dari jalur maminya, Saki dan ada perempuan cantik yang baru saja tiba dari Paris kemarin malam yang juga sepupu Kirana dari jalur papinya. Dia adalah Maudy Atmaja, anak dari Adelle Gautama dan Alden Atmaja.
Mereka bertiga mengiringi jalan si pengantin wanita yang berjalan pelan menuju ke aula tempat akad pernikahan akan dilangsungkan.
Di sebuah ruangan besar bernuasa klasik, diubahnya menjadi taman bunga yang indah. Setiap sudutnya, terangkai indah bunga-bunga bermacam warna dan dihias dengan pita-pita untuk menambah keindahannya.
Karpet permadani tergelar dilantai yang nantinya menjadi tempat para tamu undangan akad untuk duduk sambil menyaksikan pengucapan akad yang akan dilakukan oleh Davis yang berada di tengah aula.
Davis tampak gagah dengan beskap modern berwarna hitam dan blangkon yang berada di atas kepalanya. Bawahannya pun jarik khusus bermotif Sido Mukti yang melambangkan harapan akan kemakmuran dan kebahagiaan abadi. Bagian ujung kain terlipat zig zag sebanyak beberapa lipatan– biasanya ganjil –di bagian depan, seperti yang digunakan pada pengantin pria pada umumnya.
Dia duduk tegap dan tenang di hadapan Alister, bapak dari seorang anak perempuan yang akan dia sunting menjadi istrinya. Keduanya pun duduk terhalang meja kecil yang diselimuti kain putih yang juga dihias dengan rangkaian bunga mawar putih sesuai keinginan sang mempelai wanita.
"Kamu gugup?" tanya Alister yang memerhatikan calon menantunya sejak tadi diam, dengan bahu yang bergetar.
"Iya, Pi. Saya tidak menyangka jika saya bisa duduk di sini, Pi. Berhadapan dengan Papi," jawab Davis.
Alister pun mengangguk. Dia pun sama seperti Davis puluhan tahun yang lalu. Tepatnya saat akan menikahi sang balerina idolanya, yaitu Elena yang sekarang menjadi istri sekaligus ibu dari ketiga anaknya.
"Masih ada waktu untuk kamu pergi dari aula ini. Itu kalau kamu masih ragu," celetuk Alister yang membuat Davis syok.
Bisa-bisanya, calon mertuanya berkata demikian. Enak saja mundur. Bisa dicintai oleh Kirana adalah sebuah anugerah yang paling indah dalam hidupnya.
"Ragu hanya untuk pria mokondo saja, Papi. Pria gentle seperti saya, tidak akan mundur. Kalau perlu saya gas sampai rem blong," tegas Davis.
Alister hanya mengulas senyuman sedikit. Pria datar itu, merasa bangga. Sebenarnya beliau hanya bercanda. Alister berharap calon menantunya itu lebih rileks dan melupakan rasa gugupnya.
Pranatacara atau pemandu acara pernikahan yang ditunjuk, sudah mulai membacakan susunan acara pagi ini. Di puncak acara, sang calon pengantin wanita masuk ke aula bersama maminya dan tantenya– Elena dan Helena. Dia diantar hingga tengah aula dan duduk bersimpuh di samping sang calon suami. Kain putih yang dikenakan Kirana disampirkan pula ke atas kepala Davis.
"Kamu cantik sekali," bisik Davis saat Kirana sudah berada di sampingnya.
Lama tidak bertemu, Davis begitu terpesona dengan Kirana yang terlihat berbeda wajahnya atau manglingi dalam bahasa Jawa. Aura Kirana pun sangat bersinar pagi ini dengan riasan sesuai adat yang berlaku di keluarganya besarnya.
"Kamu juga ganteng banget, Mas," Kirana tampak malu-malu.
"Ehem,"
Bisakan mereka terdengar jelas para tetua yang duduk di hadapan keduanya. Alister yang gemas dengan tingkah dua calon pengantin itu, berdeham agar anak dan calon menantunya tersebut kembali fokus, bukan modus.
Beberapa waktu kemudian,
Seruan 'Sah!' menggema di dalam aula tersebut. Hal itu menandakan Davis dan Kirana resmi menjadi suami istri. Segala kegugupan Davis tadi hilang saat Alister menghentakkan jabatan tangannya saat mengucapkan kalimat ijab kabul.
Emas seberat 1000 gram menjadi mahar pernikahan mereka. Davis sebenarnya ingin menjadikan pulau pribadinya sebagai mahar, sesuai omongannya waktu itu pada Glen.
Sayangnya, Kirana pikir itu terlalu berlebihan. Padahal tidak ada yang berlebihan untuk Kirana yang sangat spesial bagi Davis. Para tetua pun memberinya wejangan agar bukan pulau yang dijadikan mahar. Akhirnya, Davis menjadikan emas sebagai mahar dan pulau itu untuk kado pernikahan. Kirana pun menyetujuinya.
Kirana, yang bersimpuh di samping Davis, menahan tangisannya. Dia sangat bahagia hingga air matanya mendesak untuk keluar. Rasanya nano-nano saat dia sudah resmi menjadi Nyonya Davis sekarang.
Sesi adat satu persatu dilakukan keduanya. Termasuk sungkeman kepada para orang tua masing-masing. Berhubung, Davis yang merupakan yatim piatu, Kenzo dan Helena lah yang mewakili Davis sebagai orang tua sang pengantin pria. Beliau berdua menepati janjinya untuk menjadi pendamping Davis saat menikah.
Apakah Glen cemburu? Jelas tidak. Dia yakin Davis pantas mendapatkan peran orang tuanya di momen yang sangat spesial ini.
Acara pernikahan Davis dan Kirana ditayangkan secara live di salah satu stasiun TV yang memang memiliki kerjasama dengan agensi dimana Kirana bernaung. Momen pernikahan ini terus menjadi trending topik di semua sosial media. Bahkan, mereka berbondong-bondong memposting foto pengantin di sosial media , mengucapkan selamat di caption dan tidak lupa memberinya tagar #KiranDavisKnot.
Apakah ini ending cerita cinta Davis dan Kirana? Ataukah baru awal kisah mereka?
...****************...