Legenda Penguasa Dewa Tertinggi

Mata Yun Feng berair. Ingin rasanya ia memeluk kedua orang tuanya itu, tapi mereka hanya sisa jiwa. Yun Feng yang terkenal berhati batu dan tak peduli dengan siapapun kini menangis dihadapan semua kakaknya.

"Citra kejammu menghilang karena kau menangis," ledek Erlang Shen. Detik berikutnya, pukulan rasa persaudaraan menghantam kepalanya. Tak main-main, pukulan itu membuat kepala Erlang Shen berubah menjadi 3.

"Sudah bagus punya satu kepala malah kau tambah dua. Kan aneh kalau aku punya 3 kepala," celetuk Erlang Shen.

"Diam kau sialan! Kau saja menangis diam-diam. Jadi, jangan mengejekku." Yun Feng kembali memukul Erlang Shen. Ia baru berhenti setelah kepala Erlang Shen bertambah 3..

"Sialan! Jangan menambah kepalaku lagi." Erlang Shen balik memukul Yun Feng. Ia baru berhenti setelah wajah adiknya bengkak.

"Huh, kau kakak yang kejam," ucap Yun Feng.

"Makanya jangan menambah kepalaku," jelas Erlang Shen. Yang ia dimaksud menambah kepala adalah jumlah benjolan di kepalanya. Totalnya ada 6, dan ukurannya sebesar kepalan tangan.

"Hei, dua bocah! Berhenti bertengkar. Kalau masih ribut di sini, akan kujadikan kalian manusia panggang," teriak Erlang Yun.

"Hei, Yun Feng! Apakah kau mau jadi daging panggang?" tanya Erlang Shen.

"Tidak," jawabnya.

"Kalau begitu jangan membuatnya marah," bisik Erlang Shen.

Qing Yun yang melihat interaksi anak-anaknya tersenyum senang. Meski demikian ada kesedihan di dalam matanya. Sedari tadi ia mencari-cari keberadaan Erlang Xiang dan juga Erlang Gao.

"Dimana adik kalian yang lainnya?" Qing Yun bertanya kepada Erlang Shen dan Yun Feng. Keduanya saling tatap. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa kepada ibu mereka.

"Erlang Gao baik-baik saja. Ia aku kurung karena dijadikan senjata oleh jiwa gelap yang mengendalikan Erlang Xiang yang awalnya kukira Erlang Xiang sendiri. Sementara jiwa Erlang Xiang berada di pusat bintang kegelapan," jelas Erlang Shen.

"Apakah kalian lebih lama di sini? Aku sangat merindukan kalian," ucap Yun Feng.

"Tidak bisa, Nak!" Jawaban Erlang Duan membuat Yun Feng sedih. Biar bagaimanapun ia ingin menghabiskan waktu bersama orang tuanya, tapi sekarang itu sangat mustahil.

Erlang Shen hanya menunduk sedih. Dulu, ia mengira ibunya sudah mati, tapi ternyata masih hidup, sekarang sebaliknya. Ia yang awalnya mengira kedua orang tuanya masih hidup, ternyata sudah mati. Yang membuatnya lebih sedih, jiwa kedua orang tuanya dilebur oleh Erlang Xiang.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu, tapi kita tidak bisa melakukan apapun," jelas Erlang Shen.

Yun Feng tak mengatakan apapun. Ia mengeluarkan sesuatu dari cincin penyimpanan. Itu adalah patung yang terbuat dari batu zamrud.

"Patung ini aku siapkan untuk kalian, tapi nyatanya itu mustahil. Aku mengukir sendiri patung ini tanpa dengan cara manual dengan harapan bisa bertemu dengan kedua orang tuaku suatu hari nanti, tapi nyatanya itu tidak akan terjadi."

Air matanya menetes di patung itu. Ia menghabiskan waktu berhari-hari untuk membuat patung zamrud itu tanpa menggunakan kekuatannya sama sekali dan hanya mengandalkan mimpinya saja. Hadiah yang ia siapkan dihari ulang tahun ibunya.

"Di alam langit, aku ingin bertemu kalian walau hanya sekali, tapi nyatanya kalian tidak ada di sana. Dan sekarang keinginanku untuk bertemu dengan kalian tidak akan terjadi lagi." Air matanya mengalir seperti sungai yang tak akan kering. Air mata itu membasahi patung yang dipegangnya. Untuk pertama kalinya, Yun Feng menumpahkan semua isi hatinya.

"Untuk apa semua hadiah ini kalau aku tidak bisa bertemu dengan kalian." Yun Feng melempar patung setinggi 10 centi itu. Patung zamrud itu hancur berkeping-keping. Yun Feng benar-benar kecewa dan juga marah karena tidak bisa memberikan patung zamrud itu kepada ibunya.

Hal yang sama juga dilakukan Erlang Shen. Jika Yun Feng patung zamrud, dia membuat patung kristal surgawi ia lebur. Patung itu ia buat saat malam hari.

Ia mengepalkan tangannya lalu melempar patung itu ke dinding. Hal itu menyebabkan patung itu hancur berkeping-keping. Ia menunduk dengan tangan mengepal.

"Siapa yang harus kusalahkan? Dulu, kalian meninggalkanku dengan pura-pura mati. Aku ingin menyelesaikan tugasku dengan cepat agar bisa bertemu kalian lagi. Nyatanya itu tidak terjadi," ucap Erlang Shen.

"Meski alam semesta kuhancurkan, kalian tidak akan bisa kembali. Harapanku hanyalah harapan palsu. Kalian memberiku harapan palsu," ujar Erlang Shen.

"Alasanku tidak menyerah agar aku bisa bertemu dengan kalian, tapi apa? Bahkan jiwa kalian dilebur oleh adikku sendiri. Meski dunia hancur berkali-kali, aku tidak akan bisa memeluk kalian lagi," ucap Yun Feng.

"Andai saja aku bisa naik ke alam dewa setelah menyelesaikan masalah di alam langit, mungkin itu akan kulakukan," ucap Erlang Shen.

"Untuk apa aku menyelamatkan semua orang kalau dua orang yang sangat kusayangi sudah tidak ada?" Erlang Shen berteriak melampiaskan semua kesedihannya.

"Rasanya lebih baik menjadi manusia biasa, tapi memiliki keluarga lengkap daripada menjadi kuat tapi keluargaku tidak lengkap." Erlang Shen membalikan badan. Sebelumnya Yun Feng bisa kembali karena jiwanya utuh, tapi ayah dan ibunya tidak bisa. Jiwa mereka sudah hancur dan yang ada di depan mereka hanyalah sisa jiwa.

"Yang menghancurkan jiwa kegelapanku sepenuhnya itu kalian berdua. Itu sebabnya aku bereinkarnasi dengan jiwa yang tak terpengaruh jiwa kegelapan," jelas Yun Feng.

"Sekali saja, aku hanya ingin memeluk kalian sekali saja," ucap Yun Feng lirih.

Yun Feng tak henti-hentinya menatap sisa jiwa kedua orang tuanya yang mulai memudar. Ingin rasanya ia memeluk keduanya saat ini juga, tapi itu mustahil.

"Kenapa takdir mempermainkanku? Setidaknya beri aku waktu untuk memeluk kedua orang tuaku sekali saja," batinnya.

"Maaf!" ucapan maaf Erlang Shen membuat Yun Feng bingung.

"Kenapa minta maaf, kau tidak salah," ucapnya.

"Kau kehilangan segalanya karenaku. Takdir mempermainkanku dan kau terkena imbasnya," ujar Erlang Shen.

"Persetan dengan takdir. Andai ia berwujud akan kuhancurkan dia sekarang." Yun Feng.

"Kau tidak salah! Yang seharusnya disalahkan adalah baj*ngan yang menyebut dirinya penguasa. Dialah penyebab semua ini," ujar Yun Feng.

"Andai kalian bisa kembali ke dunia, aku akan melindungi kalian dari bahaya meski jiwaku yang menjadi tameng."

Yun Feng dan juga Erlang Shen mengatakan hal yang sama di dalam hati. Segera setelah itu, cahaya menyilaukan muncul dari pecahan patung zamrud dan patung kristal surgawi memancarkan cahaya menyilaukan. Segera setelah itu, butiran-butiran cahaya menarik kembali sisa jiwa Erlang Duan dan juga Qing Yun.

Wuuuussss

Cahaya itu menerangi seluruh istana. Tanpa mereka sadari, kedua pecahan patung itu menciptakan kristal jiwa abadi yang tak akan pernah dicuri atau diambil orang lain.

"Nak, berhentilah menangis."

Cahaya itu menghilang, dan dua orang berdiri di depan Erlang Shen dan juga Yun Feng. Keduanya bukan sisa jiwa, melainkan dua orang yang benar-benar hidup.

"Berhentilah menangis!" Qing Yun mengulang ucapannya.

"Ibu, ayah!" Si kembar menghapus air matanya. Keduanya berhamburan dan memeluk Qing Yun dan juga Erlang Duan.