Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 ONS
Delia terbangun, dia melihat ke sekeliling ruangan. Dinding putih yang bersih, dan ada selang infus yang tertancap ditangannya. Ternyata saat ini Delia berada di rumah sakit. Dia menatap Aryan yang memandangnya sendu.
"T—tuan Aryan, kenapa aku bisa ada disini?" tanya Delia dengan suara parau.
"Jangan terlalu banyak bertanya, kau baru saja pulih."
Delia mengingat sesuatu, dia kemudian meraba perutnya. "Bayiku, bagaimana dengan bayiku?" tanya Delia merasa khawatir, dia semakin gelisah karena melihat Aryan yang hanya diam.
"Tuan Aryan, bagaimana keadaan bayiku? A—aku mengingat sesuatu, sebelum pingsan, aku berhasil memukul orang yang sering meneror ku, tapi setelah itu dia mendorongku, dan kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi."
Aryan hanya mengusap kepala Delia. Wanita itu pun menepisnya.
"Aku bertanya tentang anakku, kenapa kau hanya diam saja?" bentak Delia, tetapi beberapa detik kemudian dia merasakan sakit di bagian perutnya.
"Dokter tidak bisa menyelamatkan kandunganmu, Delia. Benturan yang keras membuat anak kita tidak bisa bertahan." ucap Aryan berusaha tenang. Padahal dalam hati dia merasa hancur.
Duar!
Bagai disambar petir hati Delia saat ini. Kandungan yang selalu dia jaga dan pertahankan, kini telah tiada. Air mata pun tumpah, Delia meraung sejadi-jadinya. Dia tidak akan memaafkan seseorang yang sudah membuat bayinya tiada.
"Katakan jika itu bohong!" Teriaknya. Rasa nyeri yang ada di perut tidak dihiraukan karena terpukul atas kepergian sang bayi.
"Ku mohon tenanglah, Delia. Kau baru saja di operasi, kau tidak boleh berteriak seperti ini." pinta Aryan dengan lembut, dia pun memeluk Delia.
Beberapa menit kemudian.
Tangis Delia pun reda, dia merasakan ngantuk. Mungkin karena kelelahan menangis membuatnya ingin tidur.
"Istirahatlah. Aku akan menjagamu." Aryan mengelus kepala Delia hingga wanita itu memejamkan matanya dengan sempurna.
"Bukan hanya kau saja yang merasa terluka, Delia. Aku juga! Aku sangat menunggu kehadiran bayi itu, aku ingin jadi yang pertama menggendongnya, aku ingin mengajari dia berbicara, menggenggam tangannya untuk berjalan, dan menumpahkan seluruh kasih sayangku padanya. Tapi takdir berkata lain, mungkin Tuhan lebih sayang pada calon anak kita." Gumam Aryan pelan sambil menatap wajah sembab Delia.
Suara dengkuran terdengar begitu teratur. Pintu ruangan terbuka, Naima masuk ke dalam sana dan dia berdiri di sebelah Delia.
"Aku turut berduka atas kepergian calon anak kalian, Aryan. Aku tahu bagaimana sedihnya Delia, karena aku juga pernah merasakan hal itu." ucap Naima sambil mengelus pundak Aryan, mencoba menguatkan mental adiknya itu.
Ya, dia pernah kehilangan kandungannya yang berusia tiga bulan. Semua itu disebabkan karena pola pikiran yang stres. Naima pun akhirnya tidak bisa mempertahankan sang bayi, lalu kemudian dia di vonis tidak bisa memiliki anak. Sang suami pun mencampakkannya.
"Jika kau lelah, istirahatlah, Aryan. Aku akan menjaga Delia. Kau jangan khawatir, karena aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri."
"Terima kasih, Kak." Aryan beranjak dari tempat tidurnya, dia pun berbaring di sofa yang ada di dalam ruangan itu.
Naima menatap wajah Delia dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.
________
Keesokan paginya.
"Tidak! Jangan ambil bayiku, kembalikan!" ucap Delia mengigau. Naima yang merasakan pergerakan Delia langsung terbangun, dia menepuk pipi wanita itu dengan pelan.
"Delia, Delia sadar!" ucap Naima. Dia terus menggoyangkan lengan Delia hingga wanita itu tersadar.
Keringat sebesar biji jagung menetes di dahi Delia. Dia mengusapnya kemudian meraup wajah. Napasnya terengah-engah seperti sedang dikejar hantu.
"Ada apa?" tanya Naima khawatir.
"Kak, aku tadi bermimpi. Dan mimpi itu sangat buruk sekali. Di dalam mimpi itu, ada seseorang yang mengambil bayiku. Dan aku mengejarnya, tapi tidak ketemu. Untung saja itu hanya mimpi." Delia tersenyum tipis. Lalu, dia memegang perutnya yang sudah rata. Seketika senyum nya pun surut saat mengingat ternyata dia memang telah kehilangan bayinya untuk selama-lamanya.
"Del, aku tahu perasaanmu saat ini. Kau harus kuat, ikhlas, dan sabar. Kau tidak sendiri, ada aku, Aryan, kami akan selalu bersamamu." Naima memeluk Delia. Saat Delia menghapus air matanya, dia melihat sesuatu yang mencurigakan di bagian tubuh Naima.
'Kak Naima terluka? Tapi, lukanya persis di belakang leher. Aku juga memukul sosok jubah hitam itu tepat di belakang lehernya. Apa mungkin—' batin Delia. Namun, dia tidak ingin gegabah dan menuduh jika belum ada bukti yang kuat. Hanya saja, feeling Delia mencurigai Naima.
******
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai