NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 22

...****************...

Aresya menarik perlahan kakinya dari atas paha Arion, gerakannya lembut dan penuh kehati-hatian seolah tak ingin meninggalkan bekas apa pun—padahal bekasnya justru telah tertanam dalam diam.

“Terima kasih,” ucapnya sambil menatap pria itu, suaranya begitu lembut, nyaris seperti bisikan sebelum tidur.

Arion tak menjawab langsung, hanya mengangguk kecil sembari menunduk. Entah karena berpikir... atau menahan sesuatu yang tak semestinya diutarakan malam ini.

“Ada yang ingin dibicarakan lagi?” tanya Aresya pelan, nada suaranya seperti selalu—ramah, manis, sedikit menggoda namun tetap terjaga.

Arion menggeleng, lalu menjawab singkat, “Nggak ada.”

Aresya tersenyum kecil. Bukan senyum menggoda seperti biasa. Tapi senyum yang cukup untuk menyelipkan tanda tanya di dada Arion.

“Kalau begitu, aku tidur duluan ya...” ujarnya sambil bangkit perlahan.

Arion hanya mengangguk sekali, menatap punggung Aresya yang mulai berjalan pergi... dengan langkah anggun dan ringan, meninggalkan aroma samar dari parfum malamnya dan ribuan kemungkinan dalam benaknya.

Pintu kamar Aresya tertutup pelan.

Dan ruang tengah kembali sunyi.

Arion menghela napas keras, tangan kanannya terangkat, mengusap wajahnya yang dingin namun terlihat mulai lelah—bukan karena fisik, tapi karena isi kepalanya yang penuh akan hal-hal tak bisa dijelaskan dengan logika.

Ia bersandar di sofa, kepala menengadah, menatap langit-langit yang diam saja, seolah tahu betul isi hatinya tapi enggan bicara.

Tak disangkanya, pengaruh seorang Aresya bisa begitu cepat merasuk. Begitu diam-diam, namun menusuk hingga ke lapisan terdalam dirinya.

Gadis itu… terlalu berbeda dari yang lain.

Mungkin karena kelembutannya yang nyaris tak pernah retak. Mungkin karena sorot matanya yang kadang terlalu tulus untuk dunia ini. Atau mungkin karena misteri di balik senyum manisnya—yang selalu terasa seperti tirai tipis, menyembunyikan ribuan rahasia yang enggan ia buka.

Arion menatap ke arah kamar yang kini tertutup.

"Apa sebenarnya kamu, Aresya...?"

Bisik itu keluar dari mulutnya pelan, nyaris tanpa suara. Ia menunduk, menatap telapak tangannya yang tadi menyentuh kulit halus pergelangan kaki Aresya.

Ia tak suka ini. Perasaan ini. Rasa tak berdaya yang perlahan mengekangnya.

Namun lebih dari itu… ia takut. Takut kalau semua yang ia rasakan ini hanyalah bagian dari permainan yang belum ia pahami aturannya.

Dan Aresya, seolah sedang menggenggam semua pionnya.

...****************...

Tengah malam telah melarutkan hiruk pikuk kota menjadi senyap. Tapi tidak untuk Arion. Ia masih terjaga, duduk di tepi ranjangnya dengan mata yang menatap kosong ke arah jendela besar kamarnya. Gelap. Sunyi. Tapi pikirannya tidak.

Dengan helaan napas berat, ia bangkit. Langkah kakinya pelan menyusuri lantai marmer yang dingin menuju dapur. Hanya suara denting halus dari gelas di rak yang menjadi pengiring sunyinya.

Tangannya hendak mengambil botol air, tapi matanya… malah tertarik pada satu pintu di ujung lorong. Pintu kamar Aresya.

Entah kenapa, ada dorongan kecil dalam dirinya untuk mendekat. Bukan karena curiga. Bukan karena ingin mengganggu.

Tapi karena… ingin tahu. Apakah gadis itu benar-benar tidur? Apakah dia baik-baik saja?

Langkahnya tanpa suara. Hati-hati ia dekati pintu itu, bahkan menahan napas saat jemarinya menyentuh knop pintu. Perlahan… diputar. Pelan… tanpa suara.

Ia mendesah pelan.

Terkunci.

Arion menatap pintu itu beberapa detik. Diam. Lalu menghela napas dalam, kepalanya sedikit tertunduk.

"Apa kamu mengunci dirimu dari dunia... atau dari aku?" gumamnya pelan.

Ia menyandarkan dahinya sebentar pada permukaan pintu kayu yang dingin itu. Lalu menarik diri, kembali melangkah ke dapur dengan pikiran yang tak juga tenang. Ada sesuatu tentang Aresya yang makin hari makin sulit ia abaikan—dan mungkin... makin berbahaya.

...****************...

Pagi menyelinap masuk melalui celah tirai, menyapukan cahaya keemasan ke seluruh penjuru penthouse. Udara masih dingin, dan aroma roti panggang serta kopi mulai menyebar dari dapur.

Aresya, seperti biasanya, bangun lebih dulu. Ia mengenakan gaun tidur panjang berenda dengan motif lembut, rambutnya diikat seadanya. Sambil membawa nampan, ia menuruni tangga spiral yang menghubungkan kamarnya di lantai atas ke dapur.

Namun pagi ini… berbeda.

Langkah kakinya tergelincir saat menapaki anak tangga terakhir. Mungkin karena licin, atau karena ia tidak terlalu fokus. Nampan di tangannya terlepas, dan dalam sekejap tubuhnya kehilangan keseimbangan.

"Akh!" jerit pelannya terdengar bersamaan dengan suara benda jatuh ke lantai.

Tapi sebelum tubuhnya menyentuh marmer dingin—sepasang lengan kokoh menangkapnya dengan cepat.

Arion.

Ia baru saja keluar dari kamarnya, masih mengenakan kaos longgar dan celana tidur. Matanya masih setengah mengantuk, tapi refleksnya cepat. Sangat cepat.

Aresya terkejut, jantungnya berdetak kencang bukan karena jatuh—melainkan karena wajah Arion yang kini begitu dekat. Mereka terjatuh bersama, dengan Aresya berada dalam dekapan Arion, di atas lantai dingin yang terasa kontras dengan kehangatan tubuh mereka.

Sejenak… waktu berhenti.

Napas Aresya tak teratur. Wajahnya merah, bukan karena malu—tapi karena rencana kecilnya justru berakhir dengan kejadian yang jauh lebih nyata dari yang ia harapkan. Dan Arion... pria itu mematung, menatap wajah Aresya dari jarak sangat dekat, jantungnya ikut tak terkendali.

“Ma-maaf… aku—” ucap Aresya lirih, suaranya gemetar meski tetap dalam nada lembut khasnya.

Arion tak langsung menjawab. Ia hanya menatap. Dalam. Dan saat ia akhirnya berbicara, suaranya rendah.

“Kamu baik-baik saja?”

Aresya mengangguk cepat, lalu tersenyum tipis.

"Sepertinya... sedikit keseleo," gumamnya, menahan senyum manis penuh kepolosan.

Arion menghela napas dalam. Tangannya masih melingkar di pinggang Aresya, sementara tangan Aresya bertumpu di dada Arion yang terasa hangat meski lantai marmer di bawah mereka sangat dingin.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!