Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda lemah di Dunia Para Abadi. Chen Lian yang terjebak pada tubuh Xu Yin dan dianggap pecundang, berusaha mencapai Puncak Keabadian dan membuat Surgawi Berlutut di bawah telapak kakinya!
Namun, bukan tanpa rintangan. Dunia Abadi dimana yang lemah ditindas dan yang kuat disembah. Perjalanan Chen Lian akan mengorbankan banyak darah…
**
WARNING!
Bab 1 - 22 pengembangan diri MC, ritme lambat & membosankan.
Bab 23+ mulai perjalanan MC, penderitaan dan pengkhianatan tiada akhir demi mencapai Puncak Keabadian!
Update bab setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31—Duel Teknik Murid Inti (4)
Dalam satu tarikan nafas, sosok arogan itu melanjutkan perkataannya.
“Gunakan Teknik Tanpa Bentuk… atau nyawamu berakhir di sini.”
Dalam seperkian detik, Alam Batin itu lenyap. Langit berbintang menguap seperti asap, batu hitam hancur jadi serpihan cahaya, dan Xu Yin kembali ke tersadar pada tubuhnya yang remuk. Tapi jiwanya… mengingat satu perintah dari dirinya sendiri.
Alam batin yang hanya muncul seperkian detik, Xu Yin belum sempat mengatakan apapun. Lalu, ia membuka mata. Dan menatap langit kelabu di atasnya, pupilnya sedikit bergetar.
“Jangan mati dulu, Xu Yin…” suara Hao Lin terdengar pelan, namun tajam. Langkahnya bergema mendekat. “Aku belum puas menghancurkanmu.”
Dengan sisa energi Qi yang semakin tipis, Xu Yin mencoba bangkit. Ia berlutut dengan satu tangan yang menopang tubuhnya yang gemetar. Darah mengalir dari pelipis, membasahi jubahnya yang robek di banyak tempat.
Mata Hao Lin berbinar saat melihat Xu Yin bangkit. Ada sedikit rasa takut dan panik di dalam matanya. "Kenapa dia tidak mati?" gumamnya dalam hati.
Tetapi, Hao Lin segera menyembunyikan kepanikannya dengan kata-kata yang memojokkan Xu Yin. “Kau itu hanya kutu di dunia ini!” raung Hao Lin, suaranya menggelegar seperti gemuruh gunung runtuh. “Kekuatanmu palsu! Ini perbedaan antara pecundang dan pewaris sejati!”
Hao Lin menarik liontin perak yang berukir tengkorak naga, dari lehernya. Aura merah darah menyembur dari tubuh Hao Lin, seperti kabut yang meracuni udara. Suasana arena mendadak menjadi pekat, seolah surya tertutup oleh awan dendam. Tubuhnya tegak di tengah lingkaran Qi yang melingkar bagai pusaran neraka, dan Hao Lin merentangkan kedua tangannya, menggenggam erat lambang klan.
Suara teriakan memecah langit.
Dengan satu gerakan brutal, ia mencakar dadanya sendiri hingga kulitnya robek dan jari-jarinya tanpa ragu menusuk langsung ke jantungnya sendiri. Darah muncrat keluar bagai semburan lava dari gunung berapi.
“Sumpah Darah. Pecahan Roh Ganas!”
Ledakan Qi tak terkendali menjalar dari tubuhnya. Seluruh arena bergetar. Cahaya dari langit tampak tersedot masuk ke pusaran gelap di atas kepalanya. Tubuh Hao Lin bergetar hebat dan mulai berubah, urat-urat membesar seperti akar pohon yang menggeliat liar, tulang-tulangnya terdengar patah lalu memanjang kembali, membentuk sosok baru yang bukan lagi manusia biasa.
Kulitnya retak, menyisakan retakan merah menyala seolah dagingnya terbakar dari dalam. Dari punggungnya, daging merekah dan muncullah wajah ketiga alias wajah iblis yang tersenyum dengan deretan gigi hitam dan mata berapi yang tertawa seperti lolongan neraka.
“GggghHHHHHAAAAAAAA—!!”
Raungannya menggema dan menyebar ke seluruh penjuru, tidak hanya melalui udara, tapi juga langsung mengguncang kesadaran para penonton. Bahkan formasi pelindung arena menunjukkan retakan tipis.
Langit mendadak gelap. Badai hitam turun, bukan dari awan, tapi dari tekanan spiritual yang melonjak liar. Tanah di bawah Hao Lin terbelah, dan dari celahnya keluar semburan api ungu yang menjilat-jilat ke udara. Pilar-pilar batu suci di sisi arena satu per satu meledak, seperti tak kuat menahan kekuatan itu.
Kabut Qi di sekeliling ikut tersapu bersih, menyisakan keheningan dan tekanan yang menusuk tulang. Suara bisik-bisik di tribun berubah menjadi jeritan panik.
“Itu… itu harta karun terlarang klan Hao!"
"Bukankah itu sudah disegel sejak Perang dengan negara Selatan?”
“Hanya ahli waris utama yang bisa mengaktifkannya!”
“Kenapa dia menggunakannya sekarang? Xu Yin sudah hampir tak bisa berdiri!”
"Mana para tetua? Kenapa tak ada yang menghentikan ini? Hao Lin melewati batas."
Namun tidak satu pun dari Tetua yang muncul untuk menghentikan. Sebagian hanya menyaksikan dari kursi kehormatan. Sebagian lain, menyipitkan mata, seperti sedang menguji sesuatu yang lebih besar daripada pertarungan biasa.
Tetua Qian?
Jangan harap. Ketua Sun sudah memasang segel padanya. Kini, Tetua Qian bukan hanya tidak bisa bergerak, melainkan matanya juga dibutakan dan tidak bisa melihat ataupun mendengar apapun dalam beberapa menit ke depan. Seperti... pertarungan ini, sudah direncanakan oleh Murid Inti dan para Petinggi Sekte.
Ekspresi Tetua Qian menjadi muram, firasatnya buruk. Meskipun ia mencoba mengaktifkan kesadaran ilahi miliknya, tetap tidak bisa. Ia hanya bisa menahan rasa kesal, dan bertanya. "Kenapa kau melakukan ini, Sun Long?"
Sun Long tersenyum tipis. Lalu menjawab. "Ini urusan para murid. Sebagai seorang guru, kita tidak berhak ikut campur." Suara Sun Long bisa langsung di dengar oleh Tetua Qian, sebab, ialah yang membuat segel itu.
Di tengah arena, Hao Lin, atau wanita yang kini menjadi mahkluk setengah iblis, membungkuk sedikit, lalu melesat ke arah Xu Yin. Jejaknya meninggalkan bekas tanah yang hangus. Napasnya membawa bau darah dan belerang.
“Xu Yin! Kau akan kubuat menyesal pernah dilahirkan!” Teriakannya menggema, bagaikan tangisan ribuan mahkluk dari neraka.
Jemarinya berubah menjadi cakar-cakar berwarna hitam, panjang dan bersinar seperti senjata dari neraka, diarahkan untuk membantai. Setiap ayunan kuku itu membelah udara dengan suara...
ZHIIIING!!
Sosok iblis itu menerjang ke arah Xu Yin, membawa niat membunuh yang lebih pekat daripada sebelumnya. Dengan ekspresi dingin. Xu Yin mulai memejamkan matanya.
…Dan berbisik.
“Teknik… Tanpa Bentuk, Langkah Pertama."
SEKETIKA…
Waktu berhenti.
Angin membeku.
Burung di langit diam seolah menjadi lukisan hidup.
Segalanya menjadi diam membeku, kecuali dirinya sendiri.
Xu Yin menjadi ketiadaan tak berbentuk.
Bukan menghilang dalam bentuk tak terlihat… tetapi terhapus. Auranya menghilang, suara langkahnya juga hilang, ia seolah tak memiliki eksistensi. Dunia tidak bisa mengingat bahwa ia pernah ada. Bahkan medan spiritual arena pun tidak menyadari kehadiran makhluk yang telah 'keluar dari hukum semesta'
Waktu jadi… melambat. Seluruh gerakan dari alam semesta, menjadi sangat amat lambat di mata Xu Yin.
Hao Lin meluncur maju, tubuh iblisnya menciptakan gelombang ledakan setiap kali kaki menyentuh tanah. Taring dan cakarnya bersinar hitam pekat, menembus udara seperti dewa kehancuran. Namun, ia tiba-tiba berhenti melangkah sebab, tidak ingat siapa yang ingin ia serang menggunakan tubuh iblis itu.
Xu Yin bergerak dengan detik waktu yang melawan realitas. Lalu, ia berhenti tepat di belakang leher Hao Lin, tanpa wanita itu sadari.
Sebuah telapak tangan dingin dan tak bersuara menyentuh punggung Hao Lin. Lalu, memunculkan ledakan cahaya.
Ledakan itu dihasilkan bukan dari Qi, melainkan dari retakan realitas. Aura Hao Lin runtuh dari dalam, bagai menara pasir yang diguyur air hujan. Teknik pertahanannya buyar. Jiwanya berteriak.
Dan kemudian, tangan Xu Yin muncul lagi. Hanya sebuah tangan, tetapi, dari ketiadaan di sisi kiri Hao Lin. Tangan itu menembus dada manusia setengah iblis dan meraih langsung inti rohnya.
Cahaya merah gelap berkedip.
Lalu dunia kembali bergerak secara normal.
Hao Lin terpental. Tubuh iblisnya runtuh menjadi serpihan darah dan fragmen Qi berwarna merah. Ia menghambur ke tanah, membelah arena dengan garis retakan raksasa. Debu dan darah menyembur ke udara. Sosoknya terbaring tak bergerak.
Xu Yin muncul perlahan membentuk wujudnya sendiri. Jubahnya berkibar perlahan, penuh darah dan robekan, tapi matanya… dingin.
Dunia menyadari kembali kehadirannya.
“Jika dunia ini diciptakan dari bentuk, maka aku akan membunuh melalui yang tak berbentuk.” Ucap Xu Yin saat berhasil mengalahkan Hao Lin dengan teknik berbahaya yang telah ia modifikasi.
Penonton yang menyaksikan dari luar arena hanya melihat Xu Yin berdiri… sementara Hao Lin sudah tersungkur. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya.
Karena tidak ada yang bisa tahu.
Murid Senior bagian pengumuman merasa bingung saat melihat arena. Tetapi, ia tetap mengumumkan. “Pemenangnya… Xu Yin..” Suaranya menggema, menyebar ke seluruh sudut.
“Xu Yin menang…?” suara itu lirih, nyaris seperti bisikan, namun menyebar di antara tribun penonton seperti angin badai yang menggulung lautan.
Beberapa Murid Dalam dan Murid Luar saling menatap dengan mata yang seolah-olah tidak percaya. Salah satunya mengguncang bahu temannya dengan wajah pucat.
“Apa barusan aku mimpi? Xu Yin… yang hampir mati itu… dia yang menang?!”
"Aneh, aku tidak melihat apa-apa. Tiba-tiba Hao Lin terkapar?"
"Sama. Aku juga tidak melihat pertarungan apapun antara mahkluk setengah iblis itu dengan Xu Yin."
Sementara itu, Wu Ling bersama komplotannya saling menatap. "Aku sama sekali tidak terkejut jika dia menang."
Sorakan tidak langsung terdengar. Sebaliknya, keheningan menguasai arena selama beberapa napas waktu. Keheningan yang aneh, seakan tak ada yang benar-benar bisa memahami apa yang baru saja terjadi.
“Teknik itu…” gumam Han Qingshan, matanya menyipit tajam. “Apakah itu teknik terlarang yang pernah dia gunakan untuk mengalahkan Yu Xinyi?"
Dari sisi tribun kehormatan, Tetua Zhang Wei memelototi arena, mulutnya sedikit terbuka. Ia memutar kepala ke arah Tetua Qian.
“Dia… melampaui batas kultivasinya. Itu tidak masuk akal. Bahkan para Murid Inti terbaik kita pun tak bisa bertahan melawan Mantra Petir Darah Hitam! Apalagi melawan… harta karun terlarang klan Hao!”
Tetua Qian akhirnya menghela napas pelan. mata yang sebelumnya dibutakan, kini telah terbebas dari segel. “Memangnya apa yang telah dia lakukan? Bagaimana dia menang?" Tetua Qian panik. Khawatir, jika Xu Yin memakai teknik terlarang lagi untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat.
Ketua Sun tersenyum samar, matanya berbinar-binar. “Bocah itu… akhirnya menunjukkan taringnya.” gumamnya di dalam hati.
Dari sudut tribun penonton, seorang murid senior berbisik dengan nada takut-takut. “Jika tadi dia bisa bangkit dari serangan sekejam itu… siapa yang bisa menjamin dia bukan iblis berkedok manusia?”
Suara gemuruh para penonton mulai terdengar, perlahan menjalar menjadi sorakan liar yang mengguncang udara. Para murid, yang tadinya hanya bisa membeku dalam keterkejutan, kini berdiri dan bersorak.
“Xu Yin! Xu Yin! Xu Yin!”
Dan di tengah sorakan itu, beberapa Tetua dari sekte lain hanya duduk diam, menatap ke bawah dengan ekspresi waspada.
“Namanya akan mengguncang semua Sekte Besar setelah hari ini.” ujar Tetua berjanggut panjang dari Sekte Cang Lei Feng, suaranya berat seperti langit sebelum badai.
“Kita harus lapor pada ketua sekte. Anak ini… tidak boleh dianggap sepele.”
Di sisi tribun khusus, Duan Fang mengepalkan tangan di balik lengan jubahnya. Tatapannya tajam, seperti bilah pedang yang diselubungi senyum palsu. Beberapa Murid Dalam di depannya bersorak, beberapa bingung. Namun ia tetap duduk diam, seolah tak peduli. Hanya sorot matanya yang berubah. Dari angkuh, menjadi curiga… lalu dingin.
“Mustahil… Qi-nya sempat kacau total. Meridian-nya hampir pecah. Aku tahu pasti karena aku sendiri yang menyuruh Hao Lin memakai harta karun warisan itu. Dan tetap saja dia menang?!” Ia mengatupkan rahangnya. Sedikit napas berat dari hidungnya.
Xu Yin… bukan hanya bertahan. Ia bangkit dengan sesuatu yang bahkan Duan Fang tak bisa baca. Aura itu, teknik itu, keheningan yang menyeruak sebelum balasan terakhir… semuanya bukan milik seorang murid biasa. Bahkan bukan milik kultivator biasa.
“Xu Yin…” bisiknya, perlahan. “Apa sebenarnya kau itu?”
Wajahnya tetap tenang, tapi dalam hati, badai strategi baru mulai terbentuk. Kekalahan Hao Lin bukan sekadar kegagalan… ini penghinaan pada seluruh rencananya. Pada reputasinya. Pada posisinya di mata Ketua Sekte Sun Long.
Namun Duan Fang tak pernah membiarkan amarah mengambil alih. Ia hanya menatap Xu Yin dari jauh, lalu tersenyum kecil. Senyum yang tak sampai ke mata.
“Kalau begitu,” gumamnya lirih, “kau akan jadi lawan yang jauh lebih menarik daripada yang kukira.”
Beberapa hari setelah duel teknik berakhir. Tak butuh waktu lama untuk sebuah kabar menyebar ke seluruh penjuru Negara Xuan. Bahkan, papan giok di tengah Ibu Kota, menampilkan ilusi rekaman dari pertarungan itu.
Banyak praktisi yang menonton melalui papan giok. Ada yang kagum, ada juga yang bingung. Sementara itu, di kedai-kedai yang dipenuhi oleh kultivator pelancong, di pasar-pasar artefak, di paviliun-paviliun sekte, nama Xu Yin menjadi terkenal seperti legenda hidup.
“Xu Yin, murid kelas bawah dari Sekte Tiangu, mengalahkan Hao Lin yang menggunakan harta karun warusan ‘Sumpah Darah’ yang telah di segel sejak ribuan tahun lalu.”
“Konon, teknik yang digunakan oleh Xu Yin, tidak pernah ada dan tidak tercatat di mana pun!”
Di sisi lain, seorang pemuda dengan jubah hitam dan tudung. Menatap papan giok yang berisi ilusi rekaman pertarungan Xu Yin dan Hao Lin. Aura pemuda itu, berbeda dari sekitarnya. Ia tersenyum, lalu pergi begitu saja.
Sementara itu, di dalam Sekte Tiangu, sikap seluruh Murid berubah drastis. Mereka yang dulu menatap Xu Yin dengan jijik, kini menghampirinya dengan senyum ramah, penuh hormat, dan respek. Bahkan, beberapa menunduk saat melewati jalan yang sama dengannya. Rasa takut dan kagum tumbuh bersama.
Namun, yang paling mencolok adalah para perempuan.
Sekumpulan gadis-gadis dari paviliun Murid Dalam, yang dahulu memandang Xu Yin seperti sampah, kini menyapanya dengan senyuman dan suara yang lembut.
“Senior Xu, bolehkah aku menemanimu berlatih hari ini?”
“Aku akan mencuci gaunku hari ini, apakah Senior mau titip?”
“Senior, tolong izinkan aku berlatih denganmu.”
Namun, Xu Yin tak pernah menggubris. Ia melangkah dengan dingin melewat gadis-gadis itu, seolah mereka hanyalah hembusan angin yang tak terlihat. Kini, Xu Yin memiliki aura yang seperti gunung es terapung di danau yang tenang, dingin, tak terjangkau, namun memikat.
Setelah duel usai, Xu Yin tak pernah lagi melihat Duan Fang ataupun Hao Lin. Yang biasanya muncul di aula asrama atau tempat pelatihan, hanya Li Jiayi, Hao Xin dan Zhu Qiang. Bahkan, mereka bertiga tidak lagi mendiskriminasi Xu Yin.
Suatu hari, di malam yang penuh bintang dan cahaya terang rembulan. Xu Yin duduk di belakang halaman asrama sembari menikmati teh. Udara dingin dari pegunungan, dan sekaligus nyamuk, menjadi temannya malam itu.
Tetapi, tiba-tiba suara seorang gadis datang dari belakangnya. “Tolong aku…”
Saat Xu Yin berbalik ke arah suara, yang dia lihat adalah Hao Lin. Mata Xu Yin berbinar. Kondisi Hao Lin sangat berbeda. Gaunnya koyak, tubuhnya lebam dan bahkan ia berjalan tanpa alas kaki. Sangat memprihatinkan.
“Xu Yin… tolong aku…” pinta Hao Lin, suaranya gemetar dan napasnya terengah-engah.
LANJUTIN!!!
BUAT SEMUA ORANG YANG NGEHINA, NGEKHIANATIN, MAU NGERUSAK XU YIN,
GUE MAU MEREKA DIBANTAI, DIPATAHIN, DIKULITI, DISERET KE DIMENSI PENDERITAAN ABADI, ANJINGGGG!!!!
BTW KOPI UDAH GW KIRIM Y TORRRR JGN NGAMBEK UPDTE SEBIJI DOANK APAAN DAH?? GW NUNGGU XU YIN JD BRUTALLLL
EMG BENER” OTAK BINATANG!!!
JUJUR APAANN LO SM AJA SMPAHNYA BGO!!
TLONGLAHH KOK GK AD YG BAIK DAH?? PNGHIANAT SMUA ANJGGG
LU GURU MCEM AP LO ANJGGG???
dh psti nanti dpukuli rame2
QIAN GOBL00K MALAH CURIGA2 SEGALA!! PADAHAL ABIS BUNUH ORANG BARENG MASIH G PERCAYA SATU SAMA LAEN