NovelToon NovelToon
WAGE

WAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Selingkuh / Mata Batin / Kutukan / Hantu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dayang Rindu

Diambil dari cerita weton Jawa yang populer, dimana seseorang yang lahir di hari tersebut memiliki keistimewaan di luar nalar.
Penampilannya, sikapnya, serta daya tarik yang tidak dimiliki oleh weton-weton yang lain. Keberuntungan tidak selalu menghampirinya. Ujiannya tak main-main, orang tua dan cinta adalah sosok yang menguras hati dan airmata nya.
Tak cukup sampai di situ, banyaknya tekanan membuat hidupnya terasa mengambang, raganya di dunia, namun sebagian jiwanya seperti mengambang, berkelana entahlah kemana.
Makhluk ghaib tak jauh-jauh darinya, ada yang menyukai, ada juga yang membenci.
Semua itu tidak akan berhenti kecuali Wage sudah dewasa lahir batin, matang dalam segala hal. Dia akan menjadi sosok yang kuat, bahkan makhluk halus pun enggan melawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa lalu yang tak berlalu

Sekelebat ingatan kembali pada delapan tahun yang lalu, dimana kegagahan dan kekayaan merupakan kebanggaannya. Kesannya dia adalah sosok yang bijaksana dan dermawan, tapi suatu hari membuat hatinya terusik, cintanya dalam bahaya. Setyo murka dan memperlihatkan kekuatan dan kuasanya.

"Aku ingin bertemu Ratna. Aku berjanji hanya sebentar dan setelah itu aku tidak akan pernah menemui kalian berdua." ucap pria tua dengan tubuh kurus, wajahnya pucat sehingga melunturkan kegagahannya waktu muda. Dia terbatuk memegangi dada, tubuhnya bergetar.

Tapi bukannya jawaban yang dia dapatkan, melainkan sebuah hantaman di kaki, lalu kemudian di dadanya. Dia kesakitan.

"Kau boleh memukuliku sampai mati, tapi beri aku waktu bertemu Ratna. Aku hanya ingin dia tahu kalau anaknya masih hidup. Dia ada di sini." mohon pria itu menahan puluhan hantaman anak buah Setyo.

"Sampai kapanpun aku tidak akan memberi tahu Ratna. Ratna hanya memiliki satu anak yaitu anak kami berdua. Anakmu, urus saja sendiri. Lagipula dia sudah terbiasa hidup tanpa Ratna." jawab Pak Setyo sinis.

Setyo memberi isyarat agar dua orang suruhannya itu berhenti.

Pria yang sedang sakit-sakitan itu meringkuk babak belur, dia menunduk sedih tanpa bisa berbuat apa-apa. Harapannya hanya satu, sebelum pergi bisa bertemu Ratih dan mengatakan kalau anak mereka masih hidup dan sudah besar. Walupun tidak berdaya menghadapi Setyo.

"Bawalah anakmu pergi jauh!" titah Setyo, memberikan seikat uang.

Tapi jawaban pria itu mengecewakannya. "Aku tidak akan menyerah meskipun mati, aku akan memberitahu Ratna bagaimanapun caranya." jawab pria itu.

Seketika dua orang pak Setyo itu memukulinya lagi. Kali ini tanpa ampun dan membabi buta. Pria tua itu mengepalkan tangannya erat-erat menahan sakit, dan kemudian dia terbatuk memuntahkan darah.

"Cukup! Nyawanya tinggal sedikit." ucap Setyo.

"Bapak!"

Setyo dan dua anak buahnya menoleh, tampaklah seorang anak laki-laki, berteriak.

"Bapak! Kalian siapa? Mengapa memukuli bapak ku?" teriaknya, meraih ayahnya yang sudah parah, berdarah-darah.

Sedangkan Setyo sendiri tercengang menatap anak laki-laki istrinya, dia tak menyangka anak itu sudah dewasa.

Dia mengamuk, berkelahi dengan dua anak buah Setyo, dua anak buah Setyo tumbang di hajarnya.

"Uhugh...Uhugh" suara sang bapak makin sekarat, darah keluar dari mulut dan hidungnya.

"Bapak!" dia merengkuh pundak sang ayah.

"Ingatlah, dia ada-lah sua-mi ibu-mu." tunjuk sang bapak kepada Setyo.

"Hajar mereka berdua." titah Setyo, dan kedua anak buahnya langsung menyerang ayah dan anak itu.

"Jangan sakiti Bapak!" teriaknya terdengar memilukan, dia menangis menyaksikan seorang ayah yang sudah susah payah membesarkannya kini pingsan kesakitan.

Dalam keadaan sakit dan sedih bukan kepalang, Dia membawa ayahnya ke kampung halaman yang jauh, obat dokter sudah tak bisa di usahakan lantaran tidak punya uang, ia ingin ayahnya diobati di kampung dengan cara yang berbeda.

Mereka menaiki mobil butut seorang tetangga yang di bayar dengan semua uang yang tersisa. Dia terus memeluk ayahnya sepanjang jalan selama enam jam, hingga kemudian sampai di sebuah rumah di ujung kampung, rumah kayu dengan ukiran lawas. Di sanalah seseorang hidup seorang diri, umurnya sudah tua namun lebih sehat dan bugar dari ayahnya.

"Kenapa dengan ayahmu?" teriak sang kakek kepada cucunya. Dia membantunya masuk ke dalam rumah.

Anak muda itu menangis, menceritakan segalanya. Terlepas dari sebelumnya, memang ayahnya sudah sakit-sakitan.

Sang kakek memeriksa, lalu meramalkan sesuatu. "Pulanglah. Jangan sekali-kali mendatangi rumah ini sebagai cucuku. Jika mendengar berita buruk, maka tutuplah telingamu."

Sejak saat itu, dia tidak pernah pulang kampung. Hingga beberapa tahun kemudian dia pulang sebagai seseorang yang mampir, dan mendengar kabar bahwa ayah dan kakeknya sudah meninggal.

Dia terduduk lemas sambil menangisi dua pria yang dia miliki. Kini ia hidup seorang diri dan itu pun rasanya ingin mati.

*

"Jangan sakiti Wulan." ucap Setyo pelan.

"Aku menikahi orang yang aku cintai. Dan kebetulan, anakmu juga pernah ingin menikahinya."

"Anak ku juga adikmu." ucap Setyo, dia menangis tergugu.

"Mana sudi bapak memiliki anak tiri seperti aku."

Bara meninggalkan ruangan itu dengan perasaan bercampur aduk, sedih dan sakit hati yang tidak pernah terobati.

"Nak Bara, ayo makan!" ajak Ratna, dia meminta Bara bergabung dengannya, Ratih dan Rudy pun telah menyelesaikan makannya.

"Iya Nak, lagipula pak Setyo sedang tidur." ucap Ratih.

Bara mengangguk, mengamati keluarga barunya itu penuh kesedihan. Ternyata takdirnya hanya berputar di sekitar orang-orang yang dia kenal. Sekarang dia sudah bertemu Ratna, tapi mengapa harus ada Setyo. Mendapatkan istri yang cantik dan telah lama diinginkan, tapi mengapa harus pernah mencintai Arif sebegitu hebat.

"Duduklah, makan dulu baru pulang. Wulan pasti nungguin kamu." titah Ratih, memberikan makanan sekalian membuka bungkusnya untuk Bara.

"Terimakasih Buk." ucap Bara, terdengar lirih sekali.

Sedangkan di rumah, Wulan duduk di kamarnya seorang diri, memperhatikan bagian sudut langit-langit kamarnya. Beberapa ekor cicak kecil pun menyelinap masuk.

Wulan melempar mukena dari tangannya ke dalam lemari, kemudian membuka jendela kamar. Penasaran akan keadaan di luar, apa yang membuat keadaan di dalam rumah sedemikian mencekam. Tapi, hanya gelap yang terlihat, kelap-kelip lampu tak mempengaruhi kesunyian, bahkan suara motor berlalu lalang pun asing di telinga.

"Pasti ada yang tidak beres." gumam Wulan.

Teringat batu pemberian Ki Mangku Alam kepadanya masih ia simpan di dalam laci. Tapi, mereka hanya menjaga Wulan, bukan rumah. Jadi, kemungkinan untuk terkena kiriman sihir tetap ada. Bukan Wulan, tapi anggota keluarga yang lain.

Dia jadi teringat tadi siang, Bude Yuni, dan bude Sari tidak datang. Hanya Sarinah dan Nia, mereka duduk di kursi tamu. Keduanya tampak anggun dengan pakaian mewah, tapi sombong dan congkak memperlihatkan perhiasannya.

Satu lagi, kulit Sarinah terlihat kering dan kasar ketika bersalaman. Tidak seperti biasanya halus dan lembut tanpa cela karna sering luluran.

"Assalamualaikum Dek."

Suara Bara membuyarkan lamunan Wulan, segera menutup jendela dan beranjak dari duduknya.

"Mas, kenapa lama sekali? Telepon juga tidak diangkat." kata Wulan.

"Hp Mas mati." jawab Bara, ia masuk dengan langkah lemas. Tapi tetap tersenyum memandangi Wulan yang telah mandi dan segar.

"Mandi dulu." titah Wulan, menggandeng lengan Bara menuju kamar mereka.

"Enaknya kalau sudah menikah, bisa di gandeng tanpa diminta." gurau Bara.

Wulan terkekeh, mengeratkan pelukannya di lengan Bara. "Kamu sudah suamiku Mas. Milikku!" kata Wulan, membuat suaminya itu tertawa senang.

"Iya Sayang, Aku suamimu."

Kini gantian Wulan yang tersipu malu, ternyata dipanggil sayang seindah itu.

"Bagaimana keadaan pak Setyo Mas?" tanya Wulan, menyiapkan handuk dan juga pakaian untuk Bara.

"Sudah mendingan, tadi lagi istirahat." jawab Bara, melirik wajah istrinya itu sekilas, lalu menoleh foto Arif yang tak juga di simpan oleh Wulan.

Sebenarnya dia tak masalah, hanya saja. Masalahnya terlalu sulit untuk di uraikan hanya dengan kata ikhlas. Semua sudah berlalu, tapi rasanya kecewa dan sakit hatinya belum berlalu.

"Dek, bisakah foto ini di simpan dulu?" Bara menunjuk foto Arif di sudut meja, tapi matanya melihat kearah lain.

1
💜⃞⃟𝓛 GITᗩᴳᴿ🐅༄⃞⃟⚡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
🙏 tuntaskan dlu kak , semangattt tetap berkarya ✊✊
💜⃞⃟𝓛 GITᗩᴳᴿ🐅༄⃞⃟⚡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
aku harap Wulan bahagia tanpa raguu
mau bersama Bara atau Dion
sebelum sesal datang
lakukan yg terbaik menurut mu Wulan
jgn terlalu keras kepala
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
jgan menyerah kk smgt aja terus
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅: pokok smgt 45 gaaaass
total 2 replies
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
jgan menyerah kk smgt aja terus
💞
semangat thorr
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
jadii jadii ini ada kaitanya kah

ini alurnya nyeritain mundur ya kk
kan awal mula itu pria datang ke dukun minta cwek itu hnya meliriknya sdgkan cwek itu udh pnya suami jd mgkin ini dion kah org itu kk
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅: ohh jd saling terikait ya lah trus piye iki
total 2 replies
𝓡⃟⎼ᴠɪᴘ Uttariᄂ⃟ᙚ🍒⃞⃟🦅
jangan2 dion jatuh cinta niih sama wulan
𝓡⃟⎼ᴠɪᴘ Uttariᄂ⃟ᙚ🍒⃞⃟🦅: jadi tantangan terbesar itu thor...
bahkan rela menghilangkan nyawa demi suatu tujuan
total 4 replies
☠Sully Tambah AyU
mama dion bukan meninggal kecelakaan pesawat
🤔🤔
Ai Emy Ningrum: bukan sumbang suara tp ,suara sumbang yg ada 😋😋
total 10 replies
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
ya iyalah mana tidak capek nya minta ampun lihat gepokan duit lgsg hilang dah cpaek nya
bukan begitu 🙈🙈
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅: wus gas pokok e asal ada duit wanita mah lgsh berbinar 🤣🤣🤣
total 2 replies
☠Sully Tambah AyU
kirain telat datang bulan
kan sdh Hamill
🤣

apakah Koko yg telat mengungkap perasaan ke wulan
Dayang Rindu: telat ketemu sih... 😁
total 1 replies
☠Sully Tambah AyU
sama sama cinta
tapi saling tersakiti oleh keadaan
korban dari keegoisan pak Setyo
Bara dan Arif sifat nya condong ke Bu Ratna...
lebih berakhlak ...
mungkin bu Ratna yg mengubah watak buruk pak Setyo mnjdi manusia yg baik
𝓡⃟⎼ᴠɪᴘ Uttariᄂ⃟ᙚ🍒⃞⃟🦅
eehh ....kaget pas wulan bilang telat, kukira itu batin dia ,jawaban dari perkataan bara😄
cinta itu memang buta bara, tak peduli saudara ,orangtua dan yang lainnya
asal bisa memiliki merasa menang,padahal bukan ajang pertempuran.
kini penyesalan menggelayut dalam dada, hati terasa teriris sembilu, kala kata demi kata seolah menggambarkan kepedihan...
berdamai lah dengan keadaan ,hati dan pikiran ....
berjuang menggapai masa depan yang lebih baik lagi, penuh kebahagiaan dan berjuang bersama ....bangkit dari keterpurukan rasa
Dayang Rindu: iya ya..gak kepikiran "telat" nya bisa nyambung . 😁😁
total 1 replies
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
wis mumet iki critane akhire piye jal

saiki wis marem kw yum wis reti spo dalange sing mareni arif ..
tus nek misal kw dadi bara kw kudu oiye jal 😔
Dayang Rindu: 🤣🤣🤣Aku punya khodam lho Mbak e .
total 10 replies
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
aduh ini makin ke sini makin rumit serumit kisah pelik yg blm terurai 👻👻👻
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅: lha mlh bebek goreng po pangang po rica2
total 4 replies
💜⃞⃟𝓛 GITᗩᴳᴿ🐅༄⃞⃟⚡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
jangan gegabah Wulan
kamu juga terlalu keras kepala...
jaga hati yg sdh dimiliki ,
terlalu rumit tapi
jgn korban kan rumah tangga mu demi masalalu ,apalagi sdh ada calon bayii
semoga kebahagiaan mengiringi kehidupan mu dan bara
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅: lama2 hilamg sudah itu nma tgl fams semua 🤣🤣🤣 mbk suli
total 1 replies
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
lha dalah spo meneh yoo
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
hshhh jd masa iya bara sih
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
wahhh jangan2 ini yg mau merebut dr bara👻👻👻
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
pelik betul deh betul kata mbk ning @Ai Emy Ningrum
kiro2 oiye buu @⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ⍣⃝🦉andiniandana☆⃝𝗧ꋬꋊ
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅
waduhhh ini kbtulan apa gmn ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!