Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.
Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Matahari meninggi, memancarkan cahaya yang menusuk retina, namun bagi Arya, pagi itu terasa lebih gelap daripada malam.
Ruang kerjanya, yang biasanya menjadi benteng ketenangan dan efisiensi, kini dipenuhi peta kota, laporan keamanan, dan sisa-sisa amarah yang belum mereda.
Dua belas jam telah berlalu sejak Kaila pergi, dan belum ada jejak yang berarti. Udara di ruangan itu terasa tebal, dipenuhi aroma kopi dingin dan keputusasaan Arya.
Kepala keamanan, Pak Adi, berdiri di hadapan Arya, melaporkan hasil pencarian dengan wajah tegang dan lelah. Kegagalan ini bukan hanya kegagalan operasional, tapi kegagalan pribadi bos mereka.
“Kami sudah memeriksa semua stasiun, terminal bus utama, dan bandara kecil, Pak. Tidak ada yang melihat Nyonya Kaila. Ponselnya mati total sejak keluar dari gerbang rumah, kemungkinan besar sudah dibuang atau dihancurkan.
Semua CCTV di radius lima kilometer juga tidak menangkap plat mobil taksi atau kendaraan sewa yang mencurigakan,” lapor Pak Adi, nadanya menunjukkan kekalahan.
Arya menggebrak meja, emosinya memuncak, menciptakan suara keras yang menggema di ruangan itu. “Dia tidak mungkin menghilang begitu saja! Dia sedang hamil, Pak Adi! Dia pasti pergi ke tempat yang dia kenal atau tempat yang aman! Kaila bukan wanita bodoh yang hanya lari tanpa rencana!”
“Kami mencoba melacak kembali tempat tinggalnya yang lama, Pak. Tapi kawasan itu sangat padat dan tidak mungkin Nyonya Kaila kembali ke sana dalam kondisi ini. Dan Rudi, ayahnya, juga menghilang setelah kejadian semalam, kami yakin ini sudah direncanakan.
Nyonya Kaila sangat cerdas dan berhati-hati, Pak. Dia tidak meninggalkan celah sekecil apa pun,” jawab Pak Adi.
Arya mengangguk, mengakui kecerdasan Kaila. Rasa hormatnya pada wanita itu bercampur dengan rasa frustrasi.
Kaila memang cerdik dan keras kepala. Ia menyadari, Kaila tidak ingin ditemukan. Kaila ingin menepati janjinya untuk pergi dan mengurus semuanya sendiri, tanpa membebani Arya.
Tekad Kaila untuk mengorbankan diri demi reputasi Arya semakin menguatkan tekad Arya untuk menemukannya.
"Lacak kontak Kaila di luar Satya Group. Siapa saja teman lamanya, siapa saja yang mungkin pernah membantunya, atau siapa saja yang mungkin dia hubungi untuk meminjam uang atau tempat tinggal.
Periksa semua rekening banknya, walau aku yakin dia tidak membawa uang banyak," perintah Arya, lalu menambahkan, "Fokuskan pencarian ke area luar kota. Cek semua rumah sakit bersalin kecil atau klinik terpencil di pinggiran.
Dia pasti akan mencari tempat yang tenang untuk melahirkan."
Sementara pencarian Arya berlangsung di balik layar, Wira menjalankan tugasnya: membersihkan kekacauan media dan menyiapkan gugatan cerai.
Wira memanggil tim legal dan humasnya. Wira tahu, reputasi Satya Group lebih penting dari apa pun.
“Saya ingin semua berita tentang skandal semalam mereda dalam 24 jam,” perintah Wira di ruang rapat utama. Suaranya datar, tanpa emosi, tetapi penuh ancaman terselubung. “Keluarga Satya tidak pernah terlibat dalam drama murahan. Lalu, siapkan gugatan cerai Arya dan Nayla. Urus secepatnya, dan pastikan Nayla tidak mendapat apa-apa di luar dari perjanjian pranikah. Semua harus bersih.”
Di saat yang sama, Nayla tidak tinggal diam. Setelah diusir oleh Arya, ia kembali ke rumah orang tuanya, wajahnya terlihat tenang, namun di balik ketenangan itu tersimpan rencana balas dendam yang dingin.
Ia merasa dihina, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa Arya akan merasakan pahitnya kehilangan.
“Papa, Mama,” kata Nayla kepada orang tuanya. Ia duduk anggun di sofa ruang tamu, tetapi nadanya penuh racun. “Arya ingin menceraikan aku. Dia bilang dia mencintai wanita sampah itu, Kaila. Dia mengorbankan kehormatanku demi gold digger.”
Pak Hendrawan, Ayah Nayla, terlihat sangat marah, laporan bisnis di tangannya bergetar. “Apa? Setelah semua yang kau lakukan demi melindungi nama baiknya, dia menceraikanmu? Ini bukan hanya penghinaan, Nayla, ini adalah perang dagang!”
“Aku tidak akan tinggal diam,” Nayla mengambil napas. “Aku ingin Papa dan Mama segera hubungi semua mitra bisnis kita yang juga mitra Satya Group.
Sebarkan berita bahwa Satya Group tidak menghargai mitra lamanya, bahwa Arya tidak stabil secara emosional karena terpengaruh wanita miskin itu, dan bahwa Wira tidak bisa mengendalikan putranya.
“Kau ingin kita melakukan serangan balasan yang frontal, Nak? Kerugian ini bisa mengenai kita juga,” tanya Bu Astari, khawatir pada anaknya.
“Ya. Aku ingin mereka tahu, menceraikan aku berarti menghancurkan sebagian jaringan bisnis mereka,” jawab Nayla, matanya dingin, penuh dendam.
“Aku ingin Arya dan Wira merasakan kerugian yang nyata, kerugian finansial, bukan hanya kerugian reputasi yang bisa dibersihkan dengan uang. Mereka harus menderita.”
Nayla tahu ini adalah langkah yang berbahaya dan mengancam fondasi keluarganya sendiri, tetapi ia tidak punya pilihan.
Jika ia tidak bisa mendapatkan cinta Arya dan status Nyonya Satya, ia akan memastikan Arya membayar mahal untuk kebebasannya, dan Kaila tidak akan pernah mendapatkan tempatnya.
Di sisi lain, Wira menerima laporan keuangan dari timnya. Beberapa mitra bisnis Nayla tiba-tiba menunjukkan penarikan dana mendadak, pembatalan kontrak, dan penundaan proyek. Wira mengerutkan dahi.
Pergerakan Nayla jauh lebih cepat dari yang ia duga.
Ia segera menghubungi Arya yang masih frustrasi dengan pencarian Kaila.
“Arya, Nayla sedang bergerak,” kata Wira, nadanya serius dan tegang. “Dia menghasut mitra bisnisnya. Ada kerugian finansial yang mulai terlihat, dan ini serius. Kau harus segera menghentikannya sebelum Satya Group benar-benar goyah. Fondasi kita sedang diserang.”
Arya mendengus, rasa bersalahnya semakin besar. Ini semua karena dirinya. “Aku yang akan mengurusnya, Pa. Fokus Papa hanya pada pencarian Kaila dan gugatan cerai. Aku akan hadapi Nayla di lapangan bisnis.”
“Tidak. Kau tidak mengerti, Arya,” Wira memperingatkan. “Nayla adalah seorang politisi ulung. Dia tidak hanya menyerang bisnis, dia menyerang kehormatan.
Dia pasti akan menggunakan media untuk menjatuhkan Kaila, mengatakan Kaila adalah gold digger yang hamil anak haram dan merusak rumah tangga. Kau harus waspada, nak.”
Wira benar. Nayla tidak akan membiarkan Kaila kembali dan menjadi Nyonya Satya tanpa perlawanan. Kaila yang sudah pergi pun masih menjadi ancaman.
Arya menatap laporan pencarian yang nihil. Ia merasa terpojok. Di satu sisi, ia harus menemukan Kaila, sumber kedamaian dan cintanya.
Di sisi lain, ia harus melawan Nayla yang kini mengancam fondasi bisnis keluarganya.
Tiba-tiba, Arya mendapatkan ide.
Matanya yang dingin kini memancarkan secercah harapan.
Ia teringat cerita Kaila tentang rumah sakit tempat Ibu Arya bekerja, dan taman tempat mereka berbicara.
Kaila pasti akan mencari kedamaian di tempat yang ia anggap netral atau aman, tempat yang pernah ia bagi dengan Arya.
“Pak Adi,” panggil Arya, suaranya kembali memiliki ketegasan seorang pemimpin. “Lupakan tempat terminal. Cari rumah sakit. Rumah sakit anak yang terpencil di pinggiran kota. Cari yang bernama Arumi, atau yang berhubungan dengan nama Ibuku. Mungkin Kaila mencari tempat yang ia rasa ada perlindungan dari Ibuku.”
Arya merasa sedikit lega, tetapi kegelisahannya belum hilang. Ia tahu, Nayla sudah membuat langkah besar. Ia harus bergerak lebih cepat, atau ia akan kehilangan Kaila selamanya, dan Satya Group akan goyah.
Arya harus melawan dua medan perang: satu di dunia bisnis melawan Nayla, dan satu lagi di dalam hatinya sendiri, mencari wanita yang mengajarkannya arti dari kerentanan dan cinta sejati.
Di kejauhan, di sudut kota yang ramai namun tersembunyi, Kaila duduk di bangku taman kecil yang teduh.
Ia menyentuh perutnya, air matanya sudah kering. Ia tidak membawa uang banyak, hanya beberapa juta dan dokumen penting. Ia tahu apa yang ia lakukan berbahaya, tetapi ini adalah satu-satunya cara ia melindungi bayinya dari drama Satya Group yang kotor.
Ia berjanji pada dirinya sendiri: ia akan melahirkan anak ini sendirian, dan setelah itu, ia akan menepati janji untuk menyerahkan anak itu kepada keluarga Arya, memastikan sang anak mendapatkan masa depan yang layak, sementara ia sendiri menghilang dalam keheningan.
Kaila tidak tahu, bahwa di kejauhan, pria yang ia tinggalkan sedang mempertaruhkan seluruh kerajaannya demi mencarinya.