Tidak menginginkan menjadi duri dalam hubungan dua orang yang saling mencintai. Tetapi takdir sudah menjadi seperti itu. Kesalahan besar yang membuat Aletta harus berada diantara hubungan Thalia Kakak kandungnya dengan Devan orang yang seharusnya menjadi Kakak iparnya.
Aletta kehidupannya sudah dihancurkan, berusaha menerima takdirnya dan mengalah demi kebahagiaan sang Kakak. Tetapi ternyata semua tidak mudah.
Lalu bagaimana Aletta harus berada di posisi yang benar-benar sangat sulit ini?
Apa dia mampu bertahan?
Siapa yang menjadi korban sebenarnya!
Lalu siapa yang paling tersakiti dalam hal ini?"
Jangan lupa untuk mengikuti novel terbaru saya sampai selesai. Jangan tabung bab dan terus dukung dengan beri komentar.
Follow Ig Saya ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Perasaan Yang Tidak Beres.
Akhirnya Aletta selesai juga mengganti pakaiannya, keluar dari kamar menggunakan kemeja berwarna putih milik Devan yang tampak kebesaran dan panjangnya hanya se pahanya
"Kamu menyuruhku untuk ke kamarku dengan keadaan seperti ini kenapa kamu pikir ini jauh lebih baik dari pakaian basah yang aku pakai?" tanya Aletta.
"Kalau begitu jangan pergi dan tetaplah di sini," ucap Devan.
"Jangan cari mati Devan. Kak Thalia akan datang ke kamar ini untuk mencari kamu. Hanya akan menambah masalah besar jika kamu menahanku di sini," ucap Aletta.
"Bisa tidak kamu jangan pernah bawa-bawa nama Thalia? apa tidak bisa kita jangan menyebutkan nama siapapun," ucap Devan.
"Tapi aku ingin tetap kembali kekamarku," ucap Aletta yang berlalu dari Devan.
Tetapi tangan Aletta tiba-tiba saja di tahan dan dengan cepat tubuh kecil itu sudah berbaring di atas ranjang dan Devan berada di atas tubuhnya dengan jarak wajah mereka yang begitu dekat.
"Apa yang kau lakukan Devan?" Aletta berusaha untuk mendorong Devan dan tubuh itu tertahan yang tidak akan melakukannya.
"Devan kau....". Aletta.
"Aletta kau tahu hari ini aku benar-benar cemburu melihatmu bersama dengan laki-laki lain," ucap Devan jujur apa adanya.
Matanya menatap dalam mata Aletta.
"Aku sangat muak dengan kita yang terus saja bertingkah seperti ini. Aku muak dengan kita berdua yang sengaja melakukan hal itu," ucap Devan.
"Aku tidak sengaja melakukannya. Aku tidak sepertimu yang sengaja mengumbar keromantisanmu dengan Kak Thalia!" ucap Aletta.
"Kamu benar! Aku sengaja melakukan itu agar kamu menyerah dan bukan malah menantang ku. Aletta aku sudah tidak ingin berada dalam situasi ini. Aku tidak bisa melihatmu bersama laki-laki lain dan telingaku sakit ketika Thalia terus saja membicarakan mu dan juga laki-laki itu," ucap Devan yang sejak tadi berbicara dengan suara serak.
Air mata Aletta tiba-tiba saja jatuh dan langsung di usap Devan.
"Kau tahu Aletta, aku hanya ingin mendengar kamu mengatakan bahwa kamu juga tidak menginginkan semua ini," ucap Devan.
"Aku hanya ingin kamu mengatakan, bahwa kamu juga cemburu dengan apa yang aku lakukan," ucap Devan.
"Please Aletta! Jangan menyiksa diri kamu seperti ini. Apa yang terjadi bukan kesalahan kamu. Kamu tidak perlu mengorbankan diri untuk semua ini. Aku yang akan bertanggung jawab," ucap Devan.
"Tanggung jawab yang kamu lakukan hanya akan membuat keluargaku menderita. Perasaan Bunda dan Ayah bagaimana? Perasaan Kak Thalia bagaimana?" ucapnya dengan serak.
"Lalu kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan kamu?" tanya Devan.
"Apa kamu menginginkan hubunganku berlanjut dengan Thalia? Kamu ingin terus berpura-pura seperti ini, pura-pura tidak terjadi apapun di antara kita. Sampai setahun 2 tahun dan Vallen dewasa. Lalu kamu pikir keadaan akan membaik setelah aku hidup bersama Thalia dan pada akhirnya semua terbongkar! Aletta akan semakin banyak yang tersakiti," ucap Devan.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu sejak awal untuk meninggalkanku dan juga keluargaku. Hanya itu yang bisa dilakukan. Bukan kamu malah terus bersama dengan Kak Thalia," ucap Aletta
"Bagaimana mungkin aku bisa lepas tanggung jawab dari kamu dan juga Vallen. Aletta kamu masih sah sebagai istriku," ucap Devan dengan penuh penekanan.
Aletta memejamkan matanya mendengar perkataan Devan.
"Jangan memintaku untuk membuat perasaan orang lain baik-baik saja sementara perasaan kamu tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu dan juga Vallen dan aku yang akan menyelesaikan semua ini," ucap Devan.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Aletta
"Aku akan mengatakan yang sejujurnya kepada Thalia tentang hubungan kita," jawab Devan.
"Jangan Devan...." lirih Aletta yang tidak ingin hal itu terjadi.
Devan sepertinya sudah tekat dengan apa yang dia katakan dan bahkan dia bangkit dari tubuh Aletta dan ingin pergi. Langkah Devan yang tiba-tiba saja terhenti ketika di peluk dari belakang oleh Aletta.
"Aku mohon jangan lakukan itu....." lirih Aletta
"Aku harus melakukan itu Aletta," ucap Devan
"Aku tidak siap Devan. Aku mohon jangan!" pinta Aletta lagi.
"Jika kamu melakukan hal itu. Aku lebih baik mati," ucap Aletta yang tidak segan-segan memberikan ancaman. Memang mungkin dia sudah sangat benar-benar lelah dan lebih baik melakukan hal itu.
"Apa maksud kamu Aletta?" tanya Devan yang membalikkan tubuhnya.
"Kamu ingin memberitahu kak Thalia atas apa yang terjadi. Apa kamu pikir aku akan baik-baik saja. Devan aku mohon jangan lakukan itu. Aku tidak siapa Devan," ucap Aletta.
Devan terpaku, dia melihat tatapan mata Aleta yang benar-benar lelah. Devan mengusap air mata itu.
"Maafkan aku yang sudah membuat hidup kamu berantakan," ucap Devan memeluk Aletta dan Aletta tidak memberontak sama sekali yang memejamkan matanya.
Devan mungkin mengundurkan niatnya yang lagi-lagi takut Aletta berbuat nekat dan terlebih lagi dia tidak mungkin terus-menerus menekan Aletta.
Dalam lemahnya Aletta yang mana Devan menggendong Aletta ala bridal style dan membawa keatas ranjang. Devan yang ternyata juga ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Aletta yang mana Aletta langsung membalikan tubuhnya membelikan Devan.
Devan langsung menyelimutinya dan memeluk Aletta dari belakang. Aletta memejamkan matanya saat merasa rambutnya di cium lembut.
Dratt-drattt-drattt.
Ponsel Devan yang berdering di atas meja yang membuat mata Aletta kembali terbuka, telepon tersebut siapa lagi jika bukan Thalia. Bukannya mengangkat dan Devan malah menonaktifkan telpon tersebut.
Aletta tidak berkomentar apapun. Tiba-tiba saja Aletta merasa tubuhnya seperti tersengat listrik, bagaimana tidak jika Devan mencium bahu Aletta.
Hal tersebut membuat Aletta membalikan tubuhnya. Menatap Devan yang matanya penuh dengan gairah. Devan yang tidak mengatakan apapun dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir Aletta. Aletta memejamkan matanya yang tidak menolak sama sekali.
Lagi-lagi Aletta kembali jatuh pada pelukan Devan, luluh dan tidak bisa menolak sentuhan dari Devan.
Aletta seolah pasrah dengan seluruh tubuhnya yang dijamah oleh Devan. Devan ingin melampiaskan seluruh dasa kemarahannya dan kecemburuan yang sudah dia pendam beberapa hari ini karena kehadiran Bayu.
Sementara Thalia yang sekarang gelisah mencari keberadaan Devan.
"Kenapa ponselnya tiba-tiba mati!" ucap Thalia yang jadi ikut kesal.
Thalia sudah sampai di depan kamar Devan, Thalia mengetuk-ngetuk pintu kamar itu dengan kuat dan tidak ada sahutan sama sekali.
Bagaimana ada yang membuka pintu. Jika Devan dan Aletta sudah bergelut di atas ranjang dengan penuh keringat.
Kamar itu seketika menjadi berantakan dengan pakaian yang berserakan di lantai. Devan yang berada di atas tubuh Aletta dengan keduanya tanpa busana
Suara pintu yang bahkan tidak dipedulikan dengan hasrat mereka berdua yang larut dalam percintaan yang panas itu.
"Apa Devan belum kembali ke kamarnya?" tanya Thalia tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.
Thalia membuka pintu kamar dan ternyata pintu itu sempat dikunci oleh Devan
"Lalu kemana dia?"
"Bayu mengatakan dia tadi menyusul ku dan aku bahkan tidak menemukan Aletta. Di kamarnya juga tidak ada dan sekarang Devan yang hilang," Thalia semakin frustasi.
Thalia akhirnya meninggalkan kamar Devan dan tak kemana lagi dia harus mencari pasangan yang tidak mungkin dia temukan karena berada di dalam kamar yang menikmati dunia mereka sendiri.
Bersambung......