NovelToon NovelToon
Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.

Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.

Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 31

“(Kenapa aku mulai bisa membaca situasi nya, juga aku bisa mulai mengetahui maksud dan sikap maupun cara bicaranya... Ini benar-benar aneh, aku tidak pernah percaya ini akan terjadi padaku, aku benar-benar tak tahu lagi, dia pasti punya maksud tersendiri....) Kau, apa kau.... Ingin berteman dengan ku?” tatap Leandra. Itulah yang ia pikirkan.

Suasana bahkan masih terdiam, Tora juga terdiam mendengar itu, lalu dia mengusap usap leher belakang nya dengan tidak nyaman. “Ehem.... Perasaan aku sudah memuji wajah mu,” tatapnya, dia benar-benar menunjukan bahwa dirinya tak nyaman.

Lalu Leandra ingat ketika Tora mengatakan bahwa Leandra sendiri memang cantik. “Mendapatkan pujian dari orang seperti mu, aku harus berekspresi apa...” Leandra menatap bawah dengan wajah agak memerah.

“Tak apa, pergilah saja, waktu kita juga habis... Yang penting kirimi aku pesan saja,” tatap Tora.

Leandra menjadi menghela napas panjang. “Apa itu hanya keinginan mu, mendekati ku? Memang nya sebelum kita bertemu, apa yang kau lakukan untuk mengisi waktu mu selain mengganggu ku?”

“. . . Terkadang aku menghabiskan waktu dengan.... Apa ya?” dia tiba-tiba menggaruk kepala tampak lupa.

Tapi Leandra tahu, dia sedang menyembunyikan kalimat nya membuat Leandra menatap bosan. Ia lalu menutup kopernya. “Aku akan pergi.”

“Hei, kau sudah memasukan barang yang aku beri?” Tora menatap.

“Maksudmu ini?” Leandra menunjuk gantungan kunci lucu itu yang ada di resleting kopernya.

“Oh, itu bagus, juga bawa ini,” Tora mendekat sambil mengambil sesuatu di celana belakang nya.

“Jangan bilang kau akan memberikan ku senapan,” Leandra menatap ragu. Tapi rupanya Tora mengeluarkan coklat batangan untuk Leandra yang terdiam menatap.

“Coklat!” dia langsung senang dan mengambilnya, tapi ia terkejut bersikap berlebihan. “E... Ehem.... Maksudku.... Ehm, apa ini untuk ku?” tatap Leandra.

“Yah, ambil saja itu...” balas Tora. “Oh, sebelumnya,” dia menambah perkataan membuat Leandra menatap nya.

Tora memegang topeng nya sendiri, dan hal itu membuat Leandra menutup mulutnya dengan tangan nya, wajahnya tak percaya karena Tora membuka pelan topeng nya menunjukan wajah nya seutuhnya.

Leandra benar-benar tak percaya, dia mendapat pemandangan yang seperti itu. Tapi ia baru sadar, ia tak boleh berlebihan dalam sikap itu, kemudian menggeleng dan menyilang tangan. “Bagus, sekarang apakah kau akan membunuh ku?” dia menatap sok dingin.

“Kenapa memang nya?” Tora kembali memasang topeng nya.

“Kudengar mereka yang melihat wajah anggota topeng buas akan di bunuh,” tatap Leandra.

“Selagi kau menyembunyikan ini, kau akan beruntung di tangan kami,” kata Tora.

Leandra terdiam, lalu dia menghela napas panjang, dia meremas ujung koper yang ia bawa. "Hei, kau tahu.... Mungkin, aku bisa menganggap selama ini adalah hal yang menyenangkan, kau membuatku berpetualang dan kau membuatku tahu semuanya soal distrik bahkan bagaimana caraku percaya padamu.... Aku hanya ingin bilang... Te... Te... Terima... kasih..." tatap Leandra, dia mengatakan nya dengan pipi yang merah membuat Tora terdiam, dia lalu mengatakan sesuatu.

"Kau benar benar tidak akan kembali... Ya?"

"Ayahku bilang begitu... Untuk kedepan, aku akan sibuk belajar.... Jadi, aku tak ada waktu kemari..." Leandra mengatakan nya dengan kecewa.

Tapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, muncul suara Paman nya. “Leandra, Ayah mu tampak kesal karena kau lama.”

Namun muncul suara lebih berat, terdengar seperti mengusir Paman nya dan memanggil Leandra. “Leandra, dalam hitungan 3, aku akan memaksamu keluar, kau harus menghargai orang yang menunggu mu,” dia berkata tegas.

“Ah, ah.... Em... Baik!!” Leandra buru-buru menurunkan kopernya. Lalu menoleh ke Tora, tapi ia terkejut karena Tora tak ada di tempatnya tadi, tapi rupanya dia sudah ada di balkon, Tora membuka topeng nya sedikit memperlihatkan bibirnya yang bicara. Gerakan bibir yang dapat di baca Leandra yang terdiam menatap itu.

Setelah mengatakan itu, dia pergi ke atas meninggalkan tempat Leandra membuat Leandra masih terdiam.

Tapi mendadak pintu kamar terbuka oleh Ayahnya dengan tatapan serius. “Kau sudah siap, kenapa tidak langsung keluar?!” dia menatap tegas.

“Aku minta maaf, aku hanya... Tak bisa melepaskan tempat ini... Aku akan merindukan Paman dan Nenek,” Leandra menatap agak ketakutan.

“Cukup basa basinya, masuk ke dalam mobil,” Ayah nya mengambil kopernya dan membawakan nya sambil berjalan duluan.

Leandra terdiam dengan Paman nya, lalu Paman nya memegang bahunya dengan lembut. “Leandra, kembalilah lagi,” tatapnya.

Lalu Leandra menatap dan tersenyum kecil. “Ya, lihat saja... Aku akan bertambah dewasa! Sampaikan salam ku pada Nenek,” dia menatap bertekad lalu berjalan pergi meninggalkan Paman nya.

Paman nya terdiam sebentar sambil berpikir. “(Dia mungkin sudah terbiasa di sini, terlalu banyak hal yang dia alami... Mungkin ke depan nya dia akan menjadi Gadis dewasa.)”

Ketika akan menuju ke mobil, Ayah nya tampak menyimpan kopernya di bagasi, tapi ia terdiam melihat gantungan kunci koper itu yang imut membuat nya berpikir dari mana Leandra mendapatkan benda itu apalagi bentuk nya kucing membuat nya berwajah curiga.

Tapi ia menutup pintu bagasi dan menuju ke pintu supir, tampak buru-buru tetapi Leandra menatap ke sekitar sambil perlahan mengulur waktu memegang pintu di bangku dekat supir.

Hingga ia menengadah melihat salah satu atap balkon, di sana ada Tora menatap dari atas sana, tatapan mata mereka saling tertuju dan rupanya Tora memang melihat nya pergi, dia tidak meninggalkan Leandra tadi.

Leandra terdiam dengan wajah ragu. “(Entah kenapa, baru sekarang aku merasa tidak mau meninggalkan tempat ini karena kau selalu mengisi hari ku... Aku melakukan petualangan yang sangat menyenangkan... Tapi, keadaan berubah sekarang,)” dia menundukan wajah dengan kecewa lalu masuk ke dalam mobil.

Kemudian terlihat mobilnya berjalan pergi dan Tora yang melihat itu menjadi terdiam.

Apalagi Leandra yang juga terdiam di dalam mobil, dia mengingat apa yang dikatakan Tora tadi ketika menggunakan gerakan bibir. Yakni dia mengatakan.

“Aku akan menunggu mu.”

--

Leandra terlihat masih diam di kursinya, lalu dengan memberanikan diri, dia bertanya pada ayahnya yang sedang menyetir.

"Kenapa Ayah datang lebih awal? Bukankah kita sudah sepakat untuk dua hari sebelum hari ini?" tatap Leandra.

"Setelah dipikir-pikir, itu terlalu lama. Lagipula, apa yang kau nikmati di sini..."

"Aku... Aku menikmatinya!"

"Dengan menjadi penjaga bayi?!" Tiba-tiba, ayahnya menatap tajam, membuat Leandra terkejut mendengar itu.

"Kau pikir Ayah tidak tahu? Kau bekerja sebagai penjaga bayi? Kau pikir seperti apa keluarga ini? Apa Ayah tidak cukup memberikanmu uang?"

"A... Aku... Aku menyimpan semua uang itu di banknya Nenek..."

"Kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau harus melakukan hal tidak berguna itu? Mulai sekarang, kau tidak boleh bekerja apa pun... Fokus mengembangkan dirimu. Dan kau masih saja mengecat rambutmu?" Ayahnya menatap tajam, bahkan dia menghentikan mobilnya ketika lampu merah hanya untuk menatap Leandra. Dia juga menarik helaian rambut Leandra.

"Apa selama di distrik itu kau membeli cat rambut hitam? Ayah sudah bilang padamu, jangan cat rambutmu..."

"Aku suka warna gelap..."

"Leandra, kau putriku. Kau seharusnya mengikuti apa yang aku punya... Karena matamu memiliki kekurangan, kau seharusnya menunjukkan darahmu dengan warna rambut aslimu..." Tatapan ayahnya membuat Leandra terdiam. Dia hanya bisa terduduk membuang wajah.

"(Kau selalu mengaturku...)"

"Aku akan membiarkannya tumbuh dan memotong yang sudah dicat..."

"Itu bagus..." Ayahnya kembali menatap lampu merah yang berubah hijau, lalu menginjak gas lagi. Tapi Leandra tampak kecewa.

"(Aku tak suka, Ayah... Dia tidak pernah melihatku dengan baik...)"

Tapi ayahnya memanggil. "Leandra..." Panggilan itu membuat Leandra menoleh.

"Kau benar-benar baik-baik saja, bukan?" tatapnya. Entah kenapa, dia bertanya hal yang berbeda, membuat Leandra terdiam dan hanya menatap ke bawah.

"(Alasan aku masih bersama Ayah... Dia memiliki sikap yang gampang berubah. Terkadang dia bisa terbawa suasana menjadi tegas, setelah itu dia akan bersikap perhatian... Tapi aku tahu, itu hanya kondisi psikisnya saja. Sampai saat ini, aku belum bisa percaya sisi mana yang harus aku anggap sebagai ayahku...)"

"Aku... Aku baik-baik saja... Aku mendapatkan teman di sana... dan aku mengalami banyak hal... Paman dan Nenek menjagaku dengan baik... Apakah Paman bercerita hal lain?" tatap Leandra. Kini dia bisa mengobrol dengan baik bersama ayahnya, meskipun wajah ayahnya masih terbilang datar.

"Dia tidak mengatakan apa pun. Dia hanya bilang kau terlalu penasaran... dan soal keyakinanmu..." Ayahnya tiba-tiba bicara soal keyakinan, membuat Leandra terdiam.

"Kau hampir tumbuh besar. Waktunya untuk meyakini sesuatu," kata ayahnya.

"Bagaimana dengan Ayah? Aku butuh Ayah untuk membantuku..." Leandra menatapnya.

"Baiklah... Ayah juga akan mencoba selagi tidak sibuk..."

"(Dengar... dengar, bukan?! Dia mengatakannya sendiri! Sudah jelas lah kau sibuk, dan kenapa kau malah tidak sibuk hari ini? Suruh saja orang untuk menjemputku! Kau hanya pura-pura sibuk pada waktunya...)"

Leandra tampak menatap kesal hingga ia berani mengatakan sesuatu.

"Pekerjaan Ayah benar-benar buruk..."

Meskipun dia bergumam, ayahnya mendengarnya.

"Kau boleh mengatakan itu beberapa kali... Zaman sekarang, tak ada yang melihat sisi buruk uang muncul dari mana... Selagi kau bisa hidup dengan kebutuhanmu, kau tak harus memikirkan hal yang buruk..."

"Kenapa Ayah tidak berganti pekerjaan saja? Ayah tidak perlu mencari uang lebih banyak. Kita hanya tinggal berdua..."

"Leandra..." Tiba-tiba, ayahnya memanggil dengan tegas.

"Kau berada di garis keturunan milik Ayah. Kau juga harus menerima setiap peraturan garis darah. Kau sempurna. Kau sudah kelahiran sempurna dan kau harus bisa menunjukkan pada kehidupanmu bahwa kau merupakan gadis yang sempurna... Ayah tak mau kau menutupi kesempurnaanmu, termasuk mata maupun rambutmu. Ayah akan terus mencari tahu bagaimana cara menyembuhkan matamu," kata ayahnya. Dia seperti menuntut Leandra untuk menjadi sempurna, dan itu membuat Leandra terdiam kecewa.

"(Lebih baik aku tinggal di distrik lebih lama...)"

1
⃟☘︎𝐉α𝐉Λ𝐍𝐆"ᴴᶦᵃᵗ"🐉⃝Λ𝐋𝐒𖤍
ini ceritanya hampir persis sama komik bl yang pernah aku baca, bedanya karakter utamanya di ganti jadi cewek ya di sini. covernya pun, itu si singa kan, si ketua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!