NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:151
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24: terungkap

Janeth mengantupkan rahangnya setelah menjelaskan alasan mengapa ia mencintai Andra secara panjang kali lebar kali tinggi. Bagas memasang wajah cukup kaget. "Jadi lu Ale, berarti lu tau kenapa ekspresi gua datar semua?"

Janeth mengerutkan dahinya. "Bukannya lu nggak mau itu diungkit?"

Bagas tersenyum kecil, sangat kecil, nyaris tidak bisa dilihat. "Gua cuma mastiin doang, lu beneran ale atau nggak."

Bagas telah selesai mengulek, ia menatap Janeth. "Jadi kenapa lu tiba-tiba pergi?" ia menurunkan satu alisnya.

Janeth menghela napas sembari fokus mencuci bawang yang tersisa. "Jadi..."

Flashback on

Janeth dan Andra, dua anak kecil itu melihat sekeliling area Taman bermain, mencari teman-teman mereka. "Indra, Debrong, Bagas, Mora kemana sih!" kesal Janeth.

Andra menaikkan kedua bahunya dan memasang wajah bingung. "Gak tau, tadi katanya mau nyusul," ia menghela napas. "Yaudah, kamu tunggu sini, aku mau nyamperin ke rumah mereka."

"Loh? Kok aku nunggu disini?!" protes Janeth. "Aku mau ikut!"

"Disini aja," tolak Andra. "lagian rumah-rumah mereka jauh-jauh, nanti kecapean, minta pulang."

Janeth mendengus kesal. "Serah!" ia menendang kencang kerikil dekat kakinya.

Andra terkekeh melihat tingkah Janeth yang kekanak-kanakan, ia menghampiri Janeth dan mengelus pelan kepalanya. "Tenang aja, aku nggak akan lama kok."

Andra tersenyum dan melambaikan tangannya. "Dah!" ia berlari meninggalkan Janeth yang terdiam menatap punggung anak laki-laki itu.

Janeth memegangi bagian kepalanya yang dielus Andra, sembari tersenyum pipinya tiba-tiba memerah. "Hehe."

Ditengah kesunyian, tiba-tiba terdengar sebuah langkah kaki berjalan mendekat, Janeth menengok ke arah sumber suara. Seorang pria, berpakaian rapi khas kantoran, rahangnya yang tegas dihiasi oleh janggut tipis, rambut berwarna blonde sebahu itu tertiup angin siang, pria itu berjalan mendekat.

Pria itu berhenti dan berjongkok dihadapan Janeth, matanya yang berwarna biru langit, menatap dingin gadis didepannya yang memasang wajah ketakutan,

Janeth meneguk ludahnya kesusahaan, ia mundur secara perlahan. "O...om mau ngapain?"

Pria itu tersenyum yang membuat Janeth bergidik ngeri. "Saya mau menyingkirkan parasit... dari anak saya," ia mengayunkan tangannya, dan...

Bugh!

Sebuah tinju mendarat ke perut Janeth, membuat gadis itu terpental dan terkapar beberapa meter dari tempat semula, susah untuk bernapas, bergerak, dan dadanya terasa panas.

Flashback off

"Itu yang gua inget," Janeth menutup ceritanya. "Gua ditemuin sama warga yang lewat dibawa ke rumah sakit, keadaan gua waktu itu, mata sebelah kiri bengkak, dan seluruh tubuh lebam."

"Setelah itu, ortu gua ngerasa komplek itu berbahaya dan pindah ke Jakarta Selatan," jelas Janeth.

Bagas menurunkan satu alisnya. "Lu mau cerita ke Andra?"

Janeth mengulum bibir tipisnya, tanda ia sedang ragu, tak lama ia menggeleng. "Gak, feeling gua yang nyerang itu keluarga kandung Andra, gua nggak mau Andra berantem sama keluarganya sendiri."

Bagas terkekeh pelan. "Andra gak peduli itu cowok keluarganya atau bukan."

"Loh? Kenapa?" Janeth memasang wajah kebingungan.

"Kalo kata dia mah, ekhem" Bagas bersiap-siap menirukan Andra. "Kalo ada bapak-bapak ngaku bokap gua dan bawa surat warisan, gua robek itu surat terus gua ludahin itu bapak-bapak."

Janeth terdiam tak bisa berkata-kata, Bagas terkekeh pelan melihat reaksi temannya itu. "Andra emang gitu Neth, dia lebih baik tinggal bareng keluarga angkatnya tapi ngertiin dirinya, daripada keluarga asli yang nggak ngerti apapun tentang dia."

"Kasian juga ya..." ucap Janeth setelah sekian lama menutup mulut.

.........

Beberapa jam kemudian, matahari terbenam, bersamaan dengan Andra dkk yang telah selesai menguliti dan mempersiapkan bumbu untuk rusa. Kini mereka menunggu daging yang sudah dipotong-potong dimasak dengan cara berbeda-beda, seperti direbus dan dipanggang,

Seperti orang dengan gangguan jiwa yang nongkrong, mereka duduk berjejer didalam kabin dan menatap panggang oven dan panci dengan wajah yang kosong.

Keheningan tentu saja terjadi diantara mereka, sampai Debrong yang memecahkannya. "Ish! Macam orang tolol aja kita, bengong gak jelas!"

"Terus? Kita ngapain?" tanya Andra dengan wajah bingung. "Ntar kalo kita tinggal terus overcooked gimana?"

"Kita puter kaset yang dikasih mama Rachel lah," tutur Debrong. "Kau bawa kan?"

Andra mengangguk, mengorek kantung hoodie hitamnya dan mengeluarkan kaset dengan kertas bertuliskan 'Andra, Anakku.'

"Kalau yang panggang kan ada timernya, kalau yang direbus kan bunyi dan liat nanti," jelas Debrong, ia menunjuk ruang tv yang tidak bersekat. "Lagian dekat kali, ke ciumlah kalau gosong."

"Jadi gimana rel?" tanya Bagas pada pemilik kabin.

"Oke, sambil nunggu mateng, kita liat kaset, tapi," Farel menunjuk Debrong yang berada di ujung. "Kalo sampe gosong, kita pukulin si anjing ini, setuju gak?"

"Setuju!" seru yang lain, mereka berjalan menuju ruang tv, semua duduk di sofa kecuali Andra yang memasukkan kaset ke alat pemutarnya.

Andra terdiam ketika melihat tidak ada lagi celah untuk duduk di sofa. "Pantek, makan tempat juga kau Brong," dengan wajah yang terpaksa ia duduk di lantai.

"Salah sendiri kau yang bawa," beo Debrong, wajahnya tampak kesal, walaupun tak mengalihkan pandangannya pada tv yang telah memutarkan video.

Catatan: narasi katalik dibawah ini adalah videonya :)

…….

Seorang laki-laki berseragam sma berjalan mendekati sebuah rumah besar dengan anak kecil digandengnya. "Fahri, kamu yakin mas Varo nerima Andra? Anak kamu aja belum tentu dia terima, apalagi anak Chika," ucap seorang wanita ragu

Laki-laki yang dipanggil Fahri itu menengok sejenak sebelum akhirnya kembali kearah depan. "Yakin Rachel ku sayang, walaupun mas Varo keliatan kayak singa introvert, hatinya lembut."

Mereka berhenti tepat didepan pintu, karena anak yang dituntun Fahri berhenti, wajahnya dengan pipi tembam itu tampak ketakutan. "Pa... papa bawa Andra kemana?"

Fahri tersenyum. "Papa bawa kamu, ke rumah papa, nanti kamu tinggal bareng papa sama saudara papa, mas Varo namanya."

Andra sesenggukan, air matanya mulai mengalir ke pipinya. “Terus… mama kemana?”

Rachel yang merekam memutuskan untuk memberikan kamera pada Fahri, ia menggendong Andra sembari tersenyum manis, sangat manis. “Mama bakal kesini terus kok sayang, setiap pagi, nanti siangnya kita jalan-jalan.”

Andra mengelap pipinya yang basah dan berusaha menghilangkan tangisnya, Fahri yang melihat Andra mulai tenang, ia membuka pintu. Seorang pria berkulit kuning langsat terduduk diruang tamu, tatapan yang tajam tertutupi kacamata persegi tertuju kearah mereka.

“Siapa anak itu?” tanya pria itu dengan nada dingin dan sangat mengintimidasi.

Fahri dengan santai berjalan menghampiri pria itu, begitu ia duduk disampingnya, Rachel menyusul duduk disamping Fahri. “Jadi mas Varo, anak ini…” Fahri menengok ke Andra, namun anak berusia tiga tahun itu sudah tertidur lelap. “Kebiasaan.”

Fahri kembali menghadap pria itu dan menunjuk Andra. “Dia anak dari kakaknya Rachel, dan rencananya gua mau gedein disini.”

Laki-laki bernama Alvaro itu memasang tak peduli dan matanya tertuju ke berkas-berkas diatas meja. “Kemana orang tuanya, gak sanggup?”

“Ibunya sebentar lagi sampai kesini mas,” jawab Fahri.

Alvaro menengok, tatapan tajamnya kini tertuju kearah kamera. “Kenapa kamu ngerekam?”

Fahri terkekeh. “Buat bahan ancaman lah! Kan urutan yang mas peduliin kan gua, perusahaan, baru mas sendiri.”

Ting tong

Suara bel terdengar. “Masuk aja chik!” teriak Fahri, masuklah seorang wanita, rambut pirang panjang terlihat sedikit bercahaya akibat cahaya matahari dari luar.

Wanita berbibir tebal itu tersenyum, lesung pipinya terlihat. “Assalamualaikum,” salamnya dengan lembut, ia berjalan menghampiri mereka.

“Walaikumsalam,” balas Fahri dan Alvaro berbarengan.

Baru saja Chika terduduk disamping rachel, Alvaro langsung melontarkan pertanyaan. “Kenapa orang tua tidak bertanggung jawab ini menitipkan anaknya?”

Chika menghela napas. “Ayah asli dari anak ini tidak baik sama sekali, saya takut anak saya jadi mengikuti ayahnya,” ia menundukkan tubuhnya. “Saya harap anda dapat menerima anak saya dan mengurusnya bersama Fahri.”

Alvaro menutup berkas-berkas dan menggeser nya ke ujung meja. “Rumahmu?”

“Saya tidak bisa karena ayah asli anak ini, Alex, tahu rumah saya dan bisa mengambilnya kapan saja,” Chika menarik napas sejenak. “Teman-teman saya pun juga tidak ingin menampung lagi.”

Alvaro menghela napas lelah. “Yang bikin tanpa kondom siapa, yang susah siapa.”

“Chika!” teriak seorang pria dari luar.

“Brengsek,” Alvaro beranjak dari tempatnya dan menghampiri pintu.

“Chel, tolong bawa Andra keatas, cepet!” titah Fahri, ia mengikuti Alvaro dari belakang.

Alvaro membuka pintu, terlihat dua orang pria berwajah bule, satu pria terlihat emosi, dan satunya terlihat tenang dengan tatapan dingin. “Alex dan Dion! Ngapain kalian kesini?” tanya Fahri.

Pria yang terlihat emosi terkekeh. “Gak usah sok polos,” ia menunjuk ke pria bertatapan dingin. “Alex minta lu balikin anaknya!” ungkapnya bersamaan dengan rekaman yang diakhiri.

………

“Itu!” Janeth berdiri dari tempatnya dan menunjuk pria bertatapan tajam. “Dia yang mukul gua gas!”

Semuanya tampak bingung kecuali Bagas yang mengangguk pelan tanda mengerti.

“Jadi gini, lu pada inget Alinea kan? Nah itu Janeth, dan alasan dia tiba-tiba ilang karena dipukulin cowok yang gak terima Janeth deket sama Andra,dan ternyata bapak aslinya Andra,” jelas Bagas.

Andra menatap tajam kearah tv, rahangnya mengeras. “Brengsek, beraninya sama anak kecil!”

To be continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!