Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukanmu
3 hari kemudian.
Pada malam hari di desa tempat Alena tinggal.
Alena sedang sibuk membuat rancangan untuk usaha konveksinya. Namun suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasinya.
Alena melangkah menuju pintu dan membukanya. Dia berpikir jika malam hari biasanya yang datang adalah Ira, salah satu pegawai konveksinya yang kini menjadi teman dekatnya. Biasanya jika Ira tidak bisa tidur dia akan datang dan menginap di kontrakan Alena.
Alena menggerutu sambil membuka pintu"Iya Ira sabar. Kau ini kebiasaan tidak mengabariku dulu saat......." Alena menggantung kalimatnya saat melihat siapa yang datang.
"Sha...Shaka," ucap Alena. Dia sangat terkejut melihat keberadaan Shaka didepan matanya.
"Alena, akhirnya aku menemukanmu." Shaka hendak memeluk Alena namun dadanya tertahan oleh dorongan tangan Alena.
"Kenapa Alena? Aku sangat merindukanmu," ucap Shaka dengan tatapan heran.
"Kenapa kau datang kesini? Aku sudah mendapat ketenaganb di desa ini tapi kenapa kau malah datang. Oh aku tau. Kau membawa surat cerai itu kan? Mana berikan padaku," ucap Alena sambil melirik tangan Shaka untuk memastikan dia membawa surat cerai itu. Namun nihil. Shaka datang dengan tangan kosong.
"Aku tidak akan pernah menceraikanmu Alena," ucap Shaka dengan wajah sedih.
"Tidak. Kau harus menceraikanku. Aku tidak mau menjadi duri diantara kalian. Kau kan sudah menikah dengan kak Nadia, untuk apa lagi kau mempertahankan pernikahan kita. Ceraikan aku dan hiduplah bahagia dengannya." ucap Alena dengan mata berkaca-kaca. Terlihat jelas bahwa dia sangatlah kecewa.
"Aku belum...Maksudku aku tidak akan menikahi Nadia." ucap Shaka.
"Kenapa? Kau kan sangat mencintainya. Bahkan kau rela menyiksaku karena kau begitu mencintainya." ucap Alena yang kini air matanya jatuh berlinang.
"Alena, maafkan aku. Aku sudah tau semuanya. Nadia memang kabur bersama Leon dan menyabotase kecelakaan itu. Maafkan aku karena aku tidak langsung mempercayaimu saat itu. Kau berusaha menyelamatkan pernikahan kami namun Nadia sendiri yang mengacaukan semuanya." ucap Shaka dengan tatapan bersalah.
"Tidak, aku tidak mau memaafakanmu. Terlalu menyakitkan saat mengingat bagaimana kejamnya dirimu menyiksaku dulu." ucap Alena sambil menghapus ari matanya.
"Maaf permisi." ucap seorang pria tak jauh dari mereka.
Shaka dan Alena menoleh ke pria itu. "Pak Kades." ucap Alena sambil terus menghapus air matanya.
"Maaf Alena, kalau boleh kami tau siapa laki-laki ini. Kami tidak pernah melihatnya." ucap Pak Kades. Kami? Ternyata Pak Kades (Kepala Desa) datang bersama beberapa orang yang di antaranya adalah RT dan RW juga warga setempat. Mereka pasti curiga melihat kedatangan mobil mewah bersama beberapa pengawal didesanya.
"Anu..Dia adalah...."
"Saya suaminya Pak. Nama Saya Shaka Prasetya." jawab Shaka yang mengira dengan menyebut nama belakang keluarganya akan membuat Pak Kades akan diam.
Semua yang ada disitu terkejut mendengar pernyataan Shaka. Mereka mengira selama ini Alena masih gadis. Bahkan tak sedikit pemuda desa yang menaruh hati padanya.
"Bisa tunjukan buku nikahnya?" tanya Pak Kades yang bernama pak Ngatiran.
Shaka terkejut karena Pak Ngatiran dan lainnya tidak mengenalinya. Mereka tidak mengetahui siapa keluarga Prasetya. Sayang sekali Shaka, mereka bukan tipe penduduk yang hobi menonton siaran politik. Mereka lebih suka menonton sinetron khususnya chanel yang berlogo ikan terbang.
Shaka menyuruh pengawalnya mengambil berkasnya di mobil. Tak lama kemudian, pengawal kembali lalu menyerahkan berkas itu pada Shaka. "Ini buku nikah kami." ucap Shaka sambil menyerahkan buku itu kepada Pak Ngatiran.
Pak Ngatiran mengamatinya, dan itu benar-benar asli. "Perkenalkan nama saya Ngatiran. Baiklah, kalau boleh kami tau, kenapa Bapak datang malam-malam kesini?" tanya Pak Ngatiran.
Kenapa katanya? Tentu saja untuk menemui istriku dasar dungu!
"Saya ingin mengajak istri saya pulang. Kemarin kami bertengkar dan istri saya meninggalkan rumah. Bapak sendiri tahu, kan bagaimana rasanya ditinggal istri sendirian di rumah," ucap Shaka mencari alasan.
"Saya tidak tahu rasanya karena saya belum menikah. Wong saya lajang," ucap Pak Ngatiran.
Shaka terdiam. Bagaimana bisa orang setua ini belum menikah? Apa saat muda dia begitu jelek?
"Emm rasanya sama saat seorang ibu meninggalkan rumah."
"Saya yatim piatu sejak bayi."
Shaka sangat bingung menghadapi Kepala Desa yang satu ini. "Apa Bapak punya keluarga dan sanak saudara?" tanya Shaka.
"Saya tidak punya siapa-siapa di sini."
"Bagaimana kalau hewan peliharaan kesayangan? Apa Bapak punya?" tanya Shaka yang masih terus berusaha. Alena sampai gemas sekali melihatnya.
"Saya punya kucing, namanya James."
"James?" Shaka mengernyitkan dahinya. Bagaimana nama kucingnya bisa lebih keren dari namanya.
"Iya, James itu kucing kesayangan saya."
"Baiklah, bagaimana perasaan Bapak jika James pergi meninggalkan Bapak?" tanya Shaka.
"Ya saya biasa saja lah. Wong kucing di desa ini banyak. Saya tinggal pilih saja."
Gubrakkkk. Rasanya Shaka ingin pingsan saja demi melewati percakapan bodoh itu.
"Pak, dia memang suami saya. Dia akan tinggal disini untuk beberapa waktu." ucap Alena.
Shaka : "Apa?"
"Dia juga akan membantu saya disini. Dia ini pekerja keras Pak. Apa saja akan dia kerjakan seperti bercocok tanam atau menjahit."
Shaka : "Apa?"
"Dia juga akan siaga ronda malam didesa ini. Dia sangat rajin." ucap Alena mengakhiri semua kebohongan yang membuat Shaka ingin pingsan saja.
"Oh begitu. Ya sudah, tidak apa-apa. Nak Shaka tolong besok bantu kami bergotong royong ya. Besok adalah jadwal penduduk desa melakasanakan jum'at bersih." ujar Pak Ngatiran.
Shaka terdiam. Gotong royong? Apa dia sudah gila. Batin Shaka.
"Tentu Pak, besok suami saya dan emmm teman-temannya akan membantu." ucap Alena sambil melihat ke arah 4 pengawal yang sedang berdiri tak jauh dari mereka. Para pengawal hanya bisa saling pandang.
"Ya sudah kalau begitu kami permisi." ucap Pak Ngatiran.
Setelah kepergian Pak Ngatiran dan lainnya.
"Alena kenapa kau mengatakan itu padanya?" Protes Shaka.
"Kurasa kau tidak butuh maafku ya." ucap Alena.
"Aku..Aku mengingkankan itu." ucap Shaka.
"Kalau begitu kau harus melakukan itu. Kau harus merasakan apa yang dulu aku rasakan agar kau mengerti." ucap Alena yang lagi-lagi mengingat kembali saat Shaka menjadikannya pembantu. Air matanya kembali menetes.
"Baiklah, jangan menangis. Aku akan melakukan apa yang kau mau." ucap Shaka sambil menghapus air mata Alena.
"Kalian juga akan membantu kegiatan besok sebelum kembali ke kota dan mengatur semuanya. Hanya Radit saja yang akan tetap disini." ucap Shaka sambil menunjuk seorang pemuda berbadan kekar bernama Radit yang tak lain adalah anak dari Paijo ( mantan pengawal pribadi Alya Armadja). Dia memang sengaja diutus Sean untuk menjaga keluarga Shaka.
Mereka semua mengangguk. "Kalian bisa tidur dikontrakan sebelah. Aku menggunakannya untuk tempatku menjahit. Disana ada 2 tempat tidur dan kamar mandi. Kalian bisa menggunakannya." ucap Alena.
Mereka mengangguk dan masuk kesana. Sedangkan Alena dan Shaka masuk ke dalam kontrakan Alena. Sesampainya didalam, Shaka duduk disebuah kursi kayu. Keadaan dalam rumah bagitu sempit. Lantainya keramik dengan dinding batu permanen. Namun tetap saja rumah itu sumpek dan panas bagi Shaka.
Shaka mengipas tubuhnya dengan tangannya. "Kenapa? Kau kepanasan? Inilah yang kurasakan saat aku tidur dikamar pembantu. Bahkan aku harus mandi keringat setiap malam." ucap Alena.
"Maafkan aku." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Shaka.
"Tunggu ! Katakan dari mana kau tau aku disini." ucap Alena yang baru mengingat hal ini.
"Saat kau mengaktifkan hpmu selama 5 menit, kami langsung melacak GPSmu." ucap Shaka.
Alena teringat saat dia mengaktifkan hpnya dan melihat banyak pesan didalamnya. Ternyata saat itu Shaka berhasil melacaknya. "Ya sudah kalau begitu istirahat lah dikamar sebelah." ucap Alena sambil menunjuk sebuah kamar tepat disamping kamarnya.
"Baiklah, selamat malam." ucap Shaka yang kemudian memasuki kamarnya dan langsung beristirahat.
Alena melangkah kedalam kamarnya lalu mengunci pintunya. Dia tidak mau Shaka sampai melakukan apa-apa padanya.
Tengah malam, Shaka bermandi keringat. Hawa panas dikamar itu membuatnya tidak bisa istirahat. Didalam kamar itu tidak ada jendela karena kebanyakan rumah kontrakan didesa kecil memang seperti itu. Dia membuka pintu kamarnya namun tetap panas. Akhirnya dia melangkah ke kursi kayu panjang dan meletakkan selimut sebagai alasnya. Dia membuka bajunya dan celana panjangnya. Hanya celana boxer hitam saja yang dia pakai malam itu Tubuh atasnya tidak dibalut kain sedikitpun hingga memperlihatkan otot-otot tangannya yang kekar. Dia membuka jendela didekat kursi itu agar angin masuk kedalam. Dia pun mengambil bantal dan merebahkan dirinya ke kursi kayu panjang itu. Tak lama kemudian dia pun terlelap dalam tidurnya.