NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:134.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17 ~ Gauzan Rasyid

“Namun sebuah pertahanan, bukti perjuangan kalau kau berusaha gigih melawan rasa takut, ketidakpastian. Keputusan Abang sudah bulat, bila kau menolak – kami bawa Sabiya dan Intan. Biar dirimu fokus mengurus Gauzan dan pemulihan pasca operasi caesar!”

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Meutia kalau abangnya sudah bertitah dengan nada menusuk, ekspresi tegas. Ia menyetujui, menganggap hal tersebut bentuk kasih sayang keluarga besarnya.

Nyak Zainab, dan lainnya menghembuskan napas lega. Mereka bisa setiap hari menjenguk Meutia selama dia tinggal di kota, dikarenakan Hazeera beserta saudaranya termasuk putri-putri Ikram Rasyid – bersekolah di kota kecamatan juga.

Meutia menikmati sarapan bubur Ayam kampung buatan Nur Amala. Nyak Zainab menyuapi putrinya, menganggap Meutia masih gadis kecilnya yang suka membuat tensinya naik mendapati tingkah ajaibnya.

“Nyak kenapa?” tanyanya setelah menelan bubur.

“Tak ada.” Kepala tertutup hijab itu menggeleng, senyumnya terlihat teduh dengan sorot mata sendu. “Nyak cuma tak menyangka waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin dirimu sering membuat Nyak berteriak, mengelus dada karena ulah diluar nalar manusia normal, Tia.”

“Kini, putri kecil banyak akal dijuluki si Kancil itu benar-benar telah dewasa, keibuan, penuh kasih. Andai saja ayahmu masih ada, pasti dia sangat bangga. Bidadari kecilnya yang selalu ditimang-timang, dipanggil buah hati Ayah – telah menjadi ibu luar biasa.” Sudut bibir Meutia ia lap menggunakan tisu.

Meutia mencium punggung tangan ibunya yang memegang sendok. “Ini berkat Nyak. Kalau tidak, mana mungkin Tia bisa seperti sekarang ini. Nyak yang selalu mengingatkan untuk menjaga rasa ikhlas, jangan takut kepada apapun selagi benar. Menanamkan keyakinan jika Allah senantiasa membersamai hamba-Nya yang penyabar.”

“Masya Allah.” Nyak Zainab mencium pipi putrinya yang lebih tirus daripada saat masih ada Ikram. “Bersyukur selalu ya, Nak. Meskipun berat, terasa tak sanggup, ingat satu hal! Allah takkan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan mereka. Dibalik setiap ujian ada hikmahnya – layaknya pelangi setelah hujan badai.”

“Iya, Nyak.”

.

.

Enam hari sudah Meutia dirawat. Sekarang dia diperbolehkan pulang, tapi tidak dengan bayinya yang masih memerlukan perawatan intensif.

“Assalamualaikum anak Mamak dan Ayah.” Ia raba kaca inkubator, memandang sayang bayi terlelap. “Dek, Mamak pamit pulang duluan ya, Nak. Nanti setiap pagi hari datang kesini, sorenya hadir lagi bersama kak Sabiya dan kak Intan.”

‘Abang … jagoan kita mirip dengan Meutia, meskipun belum begitu jelas tapi bibir dan hidungnya sudah tampak serupa.’ Ia tersenyum saat melihat jari-jari kecil Gauzan terbuka dari genggaman.

Dikarenakan waktu jenguk sangat terbatas, Meutia menyudahi bercengkrama dengan putranya.

Di luar ruangan NICU, seluruh anggota keluarga sudah bersiap mengantar Meutia pulang ke rumah singgah. Para anak kecil sudah lebih dulu di sana, bermain dihalaman belakang.

Dhien merangkul pundak sahabatnya, berjalan dengan langkah pelan. Meutia menolak kala ditawari duduk di kursi roda.

“Ternyata rasanya begini ya Kak. Meninggalkan anak seorang diri ditempat asing? Seperti tak ikhlas, terus cemas, takut bila ada hal-hal tak diinginkan terjadi.”

"Kau tahu Tia, setiap waktu yang sudah terlewati serta belum dilalui, diriku berharap merasakan hal sama sepertimu. Bukan meninggalkan bayi dirumah sakit, tapi menanti sosok suci itu tumbuh dalam rahimku, tapi sayang … enam tahun sudah berlalu semenjak Dzikri Ramadhan mengucapkan ijab kabul – Tuhan belum mempercayai kami memiliki keturunan,” suaranya tetap terjaga, sama seperti ekspresinya yang tenang. Seolah-olah pembicaraan ini hal biasa baginya.

Meutia memeluk lengan sahabatnya, bersandar pada lengan Dhien. “Tia yakin, suatu saat nanti – kak Dhien pun diberi kesempatan merasakan nikmatnya hamil, melahirkan, menyusui, membersamai buah hati.”

“Semoga saja,” ucapnya santai, tapi dalamnya hati orang siapa yang tahu.

.

.

Hari-hari Meutia mulai disibukkan dengan rutinitas ibu-ibu memiliki anak yang masih sekolah.

Setiap pagi dia membuatkan bekal, menyiapkan sarapan untuk Sabiya, dan Intan. Kemudian setelah mengantar buah hatinya sekolah, bergegas dirinya pergi ke rumah sakit belajar menyusui Gauzan.

Teruntuk perawatan dan kebersihan rumah, serta penyediaan bahan-bahan konsumsi itu urusan asisten rumah tangga. Meutia cuma masak, yang bahan-bahannya terkadang sudah disediakan.

“Meutia ….”

Wanita berkerudung kuning polos itu menoleh ke sumber suara. “Assalamualaikum dokter Jamal.”

“Walaikumsalam, mau menjenguk Gauzan, ya?” tanya pria dewasa, seorang dokter anak yang kebetulan merawat putranya Meutia.

“Betul, dokter Jamal.” Meutia cuma menatap sekilas lalu langsung menunduk, dia memang menjaga jarak terhadap lawan jenis. “Saya ke ruangan NICU dulu ya, Dok. Assalamualaikum.”

Sosoknya sudah tak lagi terlihat, tapi pria berpakaian semi formal lengkap dengan jas putih khas dokter – tetap menatap arah berlalunya Meutia Siddiq. ‘Kau semakin dewasa Dek.’

***

Tepat di umur Gauzan ke 20 hari, bayi mungil itu akhirnya diperbolehkan dibawa pulang.

Betapa senangnya Meutia dan kedua putrinya. Mereka sangat antusias menyambut kepulangan Gauzan yang tidak kembali ke rumah singgah melainkan langsung kampung Jamur Luobok.

“Selamat ya Meutia, akhirnya Gauzan diperbolehkan pulang, tapi ingat pesan saya tadi!” dokter Jamal mengingatkan dengan nada bersahabat. Mereka sedang berada di depan ruangan NICU.

“Insya Allah, saya tidak lupa. Terima kasih banyak atas perhatian, kepedulian, perawatan kepada putra saya ya, Dok,” ucapnya formal. Memeluk hangat anaknya dalam gendongan kain panjang.

“Meutia ….” ia mencoba peruntungan. “Apa sewaktu-waktu saya boleh main ke kampungmu? Selain ingin melihat perkembangan Gauzan, juga berharap bisa menjalin silaturahmi dengan adik tingkat semasa kuliah dulu. Apa diperbolehkan, Meutia?”

“Maaf dokter Jamal. Saya wanita telah bersuami, meskipun semua meyakini kalau dirinya sudah berada disisi Tuhan. Namun diri ini tetap menganggapnya ada, dan ikatan suci kami utuh tak ternoda. Saya mohon kalau Anda memiliki niat lain, tolong urungkan! Namun bila tulus dan murni tertuju ke Gauzan, saya tak keberatan,” ia langsung berterus-terang.

Dokter Jamal tidak terkejut. Rasa kagumnya semakin bertambah – sosok Meutia masih sama seperti dulu. Pendiriannya tegas, menolak mentah-mentah kala pernah diajak menjalin kasih. Dia anti pacaran, dan kesalahannya adalah bertindak bodoh mengajak Meutia terlihat hubungan asmara sebelum halal.

“Insya Allah niat saya tulus teruntuk Gauzan.”

Meutia mengangguk lalu langsung permisi. Dia sudah ditunggu keluarganya di lobby rumah sakit.

***

Dikampung Jamur Luobok, tumbuh kembang Gauzan mengalami kemajuan pesat. Berat badannya pun telah menyamai bobot ideal, bayi tampan itu sekarang sudah memiliki rambut lebat, setelah sebelumnya dicukur abis sewaktu aqiqah.

Umurnya telah memasuki bulan ke enam. Sudah bisa duduk sendiri, mulai belajar merangkak. Dapat merespon bila diajak bicara, mengerti kata larangan, dan aktif mengoceh.

Bukan cuma Gauzan saja yang pertumbuhannya memuaskan. Kondisi psikis sang ibu pun berangsur-angsur membaik.

Meutia berhasil melewati masa-masa sulit, walaupun masih melakukan terapi berkomunikasi dengan dokter Ismi. Akan tetapi, jiwanya jauh lebih sehat. Dia mendedikasikan seluruh waktunya cuma untuk keluarga, dan para malaikat kecilnya.

Menutup hati serapat mungkin bagi para Kumbang jantan yang mencoba memberi perhatian baik lewat orang tua, dan ketiga buah hatinya.

.

.

Empat belas bulan telah berlalu semenjak kepergian Ikram.

"Asalamualaikum Ayah. Hari ini Gauzan tepat berumur satu tahun, kak Intan jalan dua belas tahun, dan kak Sabiya masuk sembilan tahun. Ayah pun bertambah satu tahun umurnya, Alhamdulillah." Meutia tengah bercengkrama dihadapan foto pria berkharisma.

"Alhamdulillah." Intan yang memeluk Gauzan dari belakang, menyatukan tangan adiknya lalu mengusap wajah.

***

Ayah! Ayah tangkap kami ... ha ha ha.

Ayah cari kami sampai dapat!

Huh huh huh.

"Astaghfirullah!"

"Kenapa, Pa? Mimpi itu lagi, ya?"

.

.

Bersambung.

1
SasSya
pulang ma**mu!!!😡😡😡😡🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
gak ngotak buanget inii perempuan!!!!!
gak punya maluuu!!!!
jelas2 udah ketemu keluarganya
masih mau memanipulasi!!!!!
bebbbbaaallllllllll buangeeeettt!!!!!
Banting Dhiennnnn 🦵 🦵 🦵 🦵
SasSya
ciiihhhh!!!!!
mimpi saja kau!😤😤😤
imau
hadeh ni orang bikin darah tinggi saja, g mikirin kondisi Yunus yang dipikirin cuma dirinya sendiri, blm lagi si Ambu yg dtg makin naik aja ini tensi 🤣
SasSya
dia di perah tenaganya untuk berkebun dan momong anak si sundal
jadi papa2an ,Meutia
mengatas namakan balas Budi,geram rasanya!!!
SasSya
hey heyyyyy heyyyyyy baaanggggg
gak usah fikirkan tentang itu
kamu kelurga sultan
gak dr keluarga miskin remahan rengginang
di kiranya yg Nemu kamu sebatang kara atau orang gak punya
jiiiiannnn disepelekan!!!!
Arin
Nih orang satu ngajak pulang terus.
Gak lihat kalau Yusuf lagi tidak baik-baik saja dan perlu perawatan dokter lebih lanjut. Mikir diri sendiri saja..... Arinta egois sama seperti Ambunya
SasSya
langsung satset za ayah Tua 👍👍👍👍
yg nemuin ikram memang sengaja gak dibawa berobat
biar apa????
biar jadi tumbal pertanggung jawaban 😏😏😏
dasar sekeluarga picik
Nartyfauzi ruliyadi
dasar wanita sundal....😄
Defvi Vlog
ji heh... jngn harap bisa bawa Ikhram LG🤨
Niͷg_Nσͷg💅
ihhhh...kak Thorr? Halall kan jambakkk Arinta, nih tangan dah gatelll pingin jambakkk dan banting arinta 😡😡 jadi wanitaa bodohnyaa naudzubillah, kupingnya kesumpelann apa? apa tidak dengar dengan kondisi ikram. benar2 curigaa kan? kalau sebenarnya arinta dan keluarganya emang sengaja ingin membuat Ikram mengalami amnesia selamanya. Dan dia bisa secepatnya menikah sama ikram.
Amy
ayo kita pulang,, egois sekali anda, mentang2 sudah menolong, sudah merasa bahwa Yunus adalah milik anda
jgn izinkan Yunus dbawa babang Agam. coba muncul dulu Tia, siapa tahu babang iKram akan ingat sama Wanita yg dia kejar2 stengah mati dmasa lalu🤭🤭
nara
awas ya ikram kalau kamu sampai pulang bersama dengan ulet kadut arinta ,,tak sunat habis kamu🤣🤣🤣🤣
nara: tinggal sangkarnya kak,,
total 2 replies
Jeng Ining
ga usah keukeuh berbohong Arinta, kamu gatau yg kamu hadapi, kluarga besar Ikram gakan gampang menyerah, sekali mereka cetusin buat tes DNA, kmu bakal lngsg kalah telak.. meskipun Abah dn Ambumu punya banyak dokumen identitas Yunusmu itu... ehh bukan Yunusmu sih soalnya smpe skrg Yunus jg masih ga ada rasa sm kamu apalagi mau jd suamimua jd milikmu😅😅😅
Niͷg_Nσͷg💅
sepertinya keluarga abah memang sengaja Ikram tidak mengingat tentang masalalunya. mengingat ikram yang sudah di diagnosa mengalami amnesia anterograde, yang seharusnya membutuhkan penanganan khusus tapi mereka malah tidak melakukan tindakan dan tidak membawa ikram ke rumah sakit kota. Dan selama ini ikram juga tak duduk manis, ikram slelau membantu mereka. tapi tak sedikitpun abah memberikan uang untuk ikram berobat. Dan ini sangat mencurigakan, mereka sepertinya memang sengaja biar ikram selamanya tidak ingat akan masalalunya. kalau memang benar begitu? pasti keluarga ikram nggak akan tinggal diam. keluarga abah bisa di tuntut karena menyembunyikan ikram.
Iis Dawina
mudah" an si abah jujur ga kg bini sm a1nknya yg halu
Shee
crazy up kak, jngan gantung takut terlalu kering🤣🤣🤣
SasSya
silahkan datangkaaannnnn
gak bakalan menang!!!
Triana Mustafa
saya punya kopi Sianida ...ampuh melenyapkan orang ngeyel macam Arinta...Berikan ini Mutia..tenang saya y tanggung jawab 🤭
isya🌀
Ambu datang tambah meradang lahbia 😂😂😂... Keluarga kampung luobok, ayo maju semua....arinta ini kayaknya bagiannya dhien dan ayek yg paling cocok😂
SasSya
gak perlu di banting Dhiennnnn
dia sudah kalah telak dgn kata2 mutiara Meutia 😃😃😃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!