Jangan dibaca jika tidak tertarik dengan jalan ceritanya!
Mia seorang gadis yatim piatu. Ia tinggal bersama dengan neneknya. Pada suatu hari tetangganya yang bernama Ibu Ecin hendak pensiun dari pekerjaannya karena sudah tua. Ia meminta Mia untuk menggantikannya menjadi juru masak di rumah Adrian.
Adrian seorang pengusaha muda. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia harus berjuang sendiri meneruskan perusahaan milik orang tua. Untuk mengatasi rasa stresnya Adrian sering mengunjungi pub dengan minum minuman keras dan berkencan dengan beberapa wanita.
Kehidupan Andrian menjadi terganggu setelah Mia menjadi juru masak di rumahnya. Bagaimana dengan cerita selanjutnya? Baca sampai selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Mulai Menemukan Titik Terang
Keesokan harinya, jam sembilan pagi Adrian sudah datang ke rumah Ibu Titin untuk menjemput Mia. Mereka akan kembali ke Jakarta. Dengan berat hati Mia harus meninggalkan neneknya karena Mia harus terapi di Jakarta.
“Mia titip Emak ya, Bu. Kalau ada apa-apa, kabari Mia,” kata Mia ketika pamit kepada Ibu Ecin.
“Kamu tenang saja, Ibu akan jaga Emak baik-baik,” jawab Ibu Ecin. Kemudian Mia mencium tangan Ibu Ecin. Setelah itu ia beralih ke Ibu Titin.
“Mak. Mia berangkat, ya. Kalau ada apa-apa telepon Mia.” Mia pamit kepada Ibu Titin.
“Iya, hati-hati selama kamu di sana!” pesan Ibu Titin.
“Iya, Ma,” jawab Mia. Lalu Mia mencium tangan Ibu Titin. Adrian menghampiri Ibu Titin.
“Emak titip Mia, ya!” pesan Ibu Titin kepada Adrian.
“Iya, Mak. Saya akan menjaga Mia dengan baik,” jawab Adrian. Adrian mencium tangan Ibu Titin dan menyalami Ibu Ecin.
“Kami berangkat dulu. Assalamualaikum,” ucap Adrian.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Titin dan Ibu Ecin.
Mia dan Adrian masuk ke dalam mobil. Mia melambaikan tangannya sebelum pintu mobil ditutup. Mobil pun melaju meninggalkan rumah Ibu Titin.
Ibu Titin memandangi mobil Adrian yang mulai menjauh.
“Semoga Mia bisa berjumpa dengan papahnya,” kata Ibu Titin. Ibu Ecin menoleh ke Ibu Titin ketika mendengar perkataan Ibu Titin. Ia tidak menjawab apa-apa. Hanya di dalam hatinya ia berkata, aamiin.
***
Perjalanan Sumedang Jakarta kurang lebih memakan waktu tiga sampai empat jam. Mereka melalui tol CIsumdawu agar terhindar dari kemacetan. Selama diperjalanan Mia hanya diam, pandangannya keluar jendela. Adrian menoleh ke kekasihnya.
“Mia.” Adrian memanggil Mia.
“Hm.” Mia menoleh ke Adrian.
“Are you, ok?” tanya Adrian. Mia menjawab dengan mengangguk.
“Kamu tenang saja. Ryan sedang mencari makam papahmu,” kata Adrian. Mia hendak menjawab perkataan Adrian namun tiba-tiba ponsel Adrian berdering.
Adrian memandangi ponselnya.
“Telepon dari Ryan,” kata Adrian.
“Mas jawab dulu, ya,” lanjut Adrian.
Mia menjawab dengan mengangguk.
“Ya, Ryan,” kata Adrian ketika menjawab telepon Ryan.
“Alamat yang tercantum di KTP sudah ketemu. Itu alamat kantor Pak Dandi,” kata Ryan.
“Sudah kuduga. Lalu bagaimana dengan makam papah Mia?” tanya Adrian.
Mia langsung menoleh ke Adrian. Ia berharap Ryan bisa menemukan makam papahnya.
“Belum ditemukan, Pak,” jawab Ryan.
“Kalau sudah ketemu, beritahu saya!” kata Adrian.
“Baik, Pak,” jawab Ryan. Adrian mengakhiri pembicaraannya.
“Bagaimana, Mas?” tanya Mia.
“Makam papah kamu masih belum ketemu,” jawab Adrian. Mia langsung kecewa.
“Tenanglah! Tempat makam di Jakarta masih banyak. Siapa tau besok atau lusa makam papah kamu bisa ditemukan,” hibur Adrian.
“Aamiin. Mudah-mudahan bisa cepat ketemu,” ucap Mia.
***
Keesokan harinya Adrian datang ke kantor. Melihat bosnya datang, Ryan langsung mengikuti Adrian masuk ke dalam ruang kerja Adrian.
“Sudah ada berita tentang makam Pak Dandi?” tanya Adrian sambil membuka suit dan digantung di hanger yang berada di ruangannya.
“Sudah, Pak.” Ryan menaruh foto di atas meja kerja Adrian. Adrian mengambil foto tersebut.
“Letak makam itu ada di pemakaman Menteng Pulo dua,” kata Adrian.
“Data di batu nisan sesuai tidak dengan di KTP?” tanya Adrian sambil memperhatikan foto makam tersebut. Makam itu nampak rapih seperti terpelihara.
“Sesuai, Pak. Bahkan tanggal kematiannya beberapa hari sebelum Mbak Mia lahir,” jawab Ryan.
“Ada lagi informasi yang didapat dari makam ini?” tanya Adrian.
“Ada, Pak,” jawab Ryan.
Ryan memberikan foto lagi kepada Ardian. Foto itu berupa catatan dari kantor pemakaman Menteng Pulo dua
“Makam ini selalu bayar pajak setiap tahun. Bahkan ada orang yang disuruh untuk mengurus makam tersebut,” jawab Ryan.
“Hmm, menarik juga.” Adrian memperhatikan foto yang berisi catatan dari kantor pemakaman.
“Ada yang lebih menarik lagi, Pak,” ujar Ryan.
“Apa itu?” tanya Adrian.
“Menurut kabar yang beredar di antara petugas pembersih makam, makam itu adalah makam kosong. Yang sengaja dibuat atas pesanan seseorang,” jawab Ryan.
“Oh, jadi ini makam fiktif?” tanya Adrian.
“Iya, Pak,” jawab Ryan.
“Apa alasannya?” tanya Adrian.
“Alasannnya, orang itu meninggal di Mekah ketika umroh. Makam ini dibangun hanya untuk tempat anak dan istrinya berziarah, karena makam yang sebenarnya jauh,” jawab Ryan.
“Bukan untuk jadi tempat anak dan istri berziarah, tapi buat memutuskan tali silahturahmi dengan anak dan istrinya!” seru Adrian kesal. Ia melempar foto itu ke atas meja.
“Pake mengaku meninggal segala. Meninggal beneran, baru tahu rasa!” kata Adrian dengan kesal. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Pak Dandi, mau enaknya tapi tidak mau bertanggung jawab.
“Apa bapak akan memberitahu Mbak Mia?” tanya Ryan.
“Untuk apa? Untuk membuat Mia sedih karena papahnya telah memutuskan tali silahturahmi?” tanya Adrian.
“Iya juga sih, Pak,” jawab Ryan.
“Biarkan saja! Dia tidak mau mengaku sebagai papahnya. Saya masih bisa membayar wali hakim untuk menjadi wali nikah Mia,” kata Adrian dengan kesal.
“Tapi, Pak. Ada berita bagus, Pak,” kata Ryan.
“Berita apa?” tanya Adrian yang masih kesal.
“Dua bulan lagi hari ulang tahun pernikahan Pak Dandi dan Ibu Gita. Biasanya Bapak diundang ke pesta ulang tahun pernikahan Pak Dandi dan Ibu Gita.” jawab Ryan.
“Kamu pinter Ryan! Tidak sia-sia saya memberi kamu gaji besar,” kata Adrian.
“Kan Bapak yang menyuruh usut kasus ini sampai tuntas,” jawab Ryan.
“Kalau begitu saya permisi utuk kembali ke meja saya,” pamit Ryan. Adrian menjawab dengan anggukan. Lalu Ryan keluar dari ruangan Adrian.
***
Adrian pulang kantor lebih awal dari biasanya. Ia hendak mengajak Mia ke suatu tempat.
“Mas. Kita mau kemana, sih?” tanya Mia sambil memperhatikan jalanan di sekitarnya.
“Ada, saja. Rahasia,” jawab Adrian sambil menyetir mobilnya.
Adrian menghentikan mobilnya di toko bunga langganannya.
“Ayo kita turun! Kamu bisa pilih buket bunga yang kamu suka,” kata Adrian sambil membuka seatbealt.
“Bunga untuk apa?” tanya Mia. Tidak biasanya Adrian mengajaknya ke toko biunga. Kalau diperhatikan toko bunga yang mereka singgahi seperti toko bunga mahal.
“Bunga untuk apa saja. Bisa kamu pajang di kamar kamu,” jawab Adrian. Adrian keluar dari mobil, namun Mia masih tetap di dalam mobil. Ia belum juga keluar dari mobil.
Adrian menutup pintu mobil lalu menghampiri pintu di sebelah Mia. Ia membukakan pintu untuk Mia.
“Ayo, turun!” ajak Adrian sekali lagi.
Mia turun dari mobil sambil memandangi toko bunga tersebut dari kejauhan.
“Kamu bisa pilih bunga yang kamu suka,” kata Adrian.
“Ayo!” Akhirnya Mia mengikuti Adrian menuju ke toko bunga. Adrian lebih dahulu masuk ke dalam toko bunga. Seorang karyawan toko bunga menyambut mereka.
“Selamat sore, Pak. Mau cari bunga apa?” tanya karyawan toko.
“Saya mau cari bunga untuk tunangan saya,” jawab Adrian.
“Tunangan Bapak sukanya bunga apa?” tanya karyawan toko tersebut kepada Adrian.
“Biar dia pilih sendiri,” jawab Adrian. Adrian menoleh ke Mia.
“Mia, kamu pilih bunga yang kamu suka,” kata Adrian.
“Oh, Mbak ini tunangan Bapak? Saya kira Mbak ini adik Bapak,” ujar karyawan itu.
Mia memilih bunga yang ia suka. Selama Mia sedang memilih bunga, Adrian memesan tiga buket bunga.
terus esok harinya baru pembukaan 5 terus baru diperiksa katanya jalan lahirnya Sempit dan akhirnya Operasi Cesar...🤔🤔🤔🤔
durenya Di Skip... biar yang baca pikirannya tidak Traveling kemana -mana..🤔🤔🤔...😄😄😄