Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Penasaran
Juna yang penasaran tentang Larasati, anak dari sepupu ayahnya. Sekaligus anak dari Mayjen Rio Alfa Notonegoro, yang menjabat sebagai Aster Panglima TNI yang baru di lantik beberapa bulan lalu. Akhirnya bertanya kepada papanya, yang juga hadir di acara pernikahan Bagus dan Ria.
"Papa sih tidak tahu cerita pastinya bagaimana. Kalau menurut Hanum, Laras memutuskan hubungan sejak tahu kalau dia anak adopsi."
" Jadi Larasati anak adopsi Om Rio dan Tante Hanum?"
"Iya, kata Rio. Laras itu anak temannya, orang tua Laras sudah meninggal, makanya mereka adopsi. Tapi insting papa sebagai pengacara tidak sesimpel itu, papa kenal Laras seperti mengenal Serly." Ucap Haidar membuat Juna, mencibir dan Haidar terkekeh. " Mereka tumbuh bersama, karena Hanum dan Cindy berteman baik." sambung Haidar.
"Iya, aku tahu itu," canda Juna. "Itu Laras pa!" Tunjuk Juna, pada seorang wanita yang sibuk mengambil foto pengantin dengan para tamunya di pelaminan.
Nampak Larasati dengan rambut di Cepol rapi ke atas, menggunakan kemeja seragam pihak wedding organizer dan celana jeans, yang di lengkapi dengan sepatu kets. Terlihat lincah mengambil foto pengantin dan tamunya.
"Papa tidak yakin, dia anak adopsi. Wajahnya mirip Rio, begitu juga sifatnya Laras dan Rio banyak kesamaannya."
"Jangan-jangan anak Om Rio?"
"Bisa jadi, tapi susah untuk mengorek informasi dari Rio dan Hanum. Mereka sangat menyimpan rapat rahasianya, biasa demi nama baik Notonegoro."
"Untung aku Arjuna Putra Wardoyo, bukan Notonegoro."
"Tapi tidak bisa di pungkiri, bahwa di dalam darahmu ada darah Notonegoro." Ucap Haidar, membuat Juna mengakat bahunya acuh.
"Sejak kapan Laras memutuskan hubungan dengan Om Rio?"
"Sejak lulus SMA, mungkin. Rio kan belum lama tinggal di ibukota."
"Jadi dia tidak lanjut ke bangku kuliahan?"
" Ya, mana papa tahu, tapi ingat. Seorang perempuan itu terkadang lebih pintar dan kuat dari pada kita kaum laki-laki, contohnya bundamu."
Dalam diam Arjuna membenarkan, ucapan papanya dan buktinya adalah mamanya.
**
"Mbak!"
"Iya," jawab Rasti tanpa melihat kearah sumber suara, karena masih memeriksa hasil jepretannya.
"Kalau memakai jasa foto mbaknya, apa harus melalui wedding organizer?"
"Iya."
"Apa tidak bisa langsung kepada mbaknya, gitu kerjasamanya?"
"Tidak," jawabnya lagi, tanpa ingin tahu siapa yang bertanya padanya.
"Padahal saya mau kerjasama dengan mbak Lo, secara langsung. Sebagai imbalannya semua gaji saya setiap bulan, buat mbak. Bagaimana mbak, berminat tidak?"
"Sorry tidak minat," ujar Laras dengan berjalan pergi, mengabaikan seseorang yang dari tadi bertanya padanya.
"Anjir, gue di cuekin. Wah ini cewek memang bener-bener beda."
"Jangankan kamu, letnan Juna saja di cuekin." Ucap Deri, dengan menepuk bahu juniornya.
" Yang bener, Let?"
" Iya, saya lihat sendiri tempo hari, saat gladi resik kemarin. Padahal letnan Arjun, kakak kelasnya waktu di SMP dan SD," jelas Deri.
( Juna seumuran dengan Larasati, hanya beda beberapa bulan lebih tua Juna. Tapi Juna sekolah setahun lebih cepat dari teman seusianya.)
"Sudah jangan mimpi bro," ucap salah satu temannya yang ada di situ.
"Lagi bahas apa?"
"Siap!"
"Bahas kamu yang sempat di cuekin, sama mbak Rasti," jawab Deri, sambil terkekeh, membuat Juna berdecak.
" Bagas ngajak kita foto bersama dengan sahabat istrinya, sebenarnya aku males tapi gak enak juga buat nolak nya." Ucap Juna, membuat Deri tertawa kecil.
"Kalau nanti foto, lihat saja fotografer nya."
"Kenapa dengan fotografernya?"
"Jangan pura-pura tidak tahu," jawab Deri, sambil berjalan mengikuti langkah Juna naik ke pelaminan. Dimana di atas tidak hanya ada sepasang pengantin, tapi juga 3 sahabat mempelai wanita.
"Mas Juna dan mas Deri kenalin ini temanku, Bilqis, Arumi dan Nadia."
Deri mengulurkan tangannya, menyambut uluran tangan ketiga sahabat Ria, berbeda dengan Juna yang hanya tersenyum tipis dan mengagukkan kepalanya.
"Ayo, kita foto dulu! Kasihan masih banyak yang ingin berfoto bersama," ujar Bagas, membuat semuanya langsung mencari pose yang sesuai.
"Kamu tidak tertarik dengan salah satu teman istriku,?" tanya Bagas lirih pada Juna yang berdiri di sampingnya tepat.
"Hmm," jawab Juna, membuat Deri terkekeh dan Bagas berdecak. "Seperti apa wanita pilihanmu?"
" Seperti fotografer yang mengambil gambar kita, saat ini," celetuk Deri sambil terkekeh.
"Dia adik kelasku jangan ngaco kamu. Apalagi papaku dan papanya masih sepupu, jadi gak usah aneh-aneh." Ucap Juna sambil berjalan turun dari pelaminan.
"Juna!" Panggil seseorang saat Juna hendak berjalan kearah meja prasmanan.
"Siap!"
"Santai saja, panggil om aja. Kamu ketemu papamu tidak, tadi kami ketemu papamu?"
" Siap, ketemu om. Oya om, tadi aku juga ketemu Laras, tapi Laras malah lupa dengan ku? Apa karena lama tidak ketemu ya, om."
" Bisa jadi maklum kan sudah lama," jawab Hanum sedikit tegang dan mencari sosok Rasti.
" Iya sih, kami terakhir bertemu saat acara kelulusanku, sebelum aku pindah ke Jogja."
" Kamu bertemu Laras di mana,?" tanya Rio.
" Itu, Laras om!" Tunjuk Juna pada Rasti yang sibuk dengan kameranya. "Mari om, Tante Juna duluan!"
" Apa, sikap pura-pura Laras ada hubungannya dengan dia yang berstatus anak adopsi?" Guman Juna, sambil berjalan.
**
Juna merasa heran dengan sikap Larasati, kepada Rio dan Hanum. Tidak ada kesan kalau Larasati adalah anak angkat mereka, sikap mereka seperti orang asing yang tidak mengenal, kecuali Om Rio yang masih terlihat mencuri pandang kearah Larasati, bahkan saat pengambilan foto yang ada Rio dan Hanum.
Gedung di sewa seharian untuk acara pernikahan, begitu acara telah usai tinggal menyisakan anggota keluarga dan pihak WO, yang sedang membersihkan sisa acara.
Sedangkan beberapa anggota keluarga masih mengobrol dengan teman, dan keluarga yang masih ada di gedung.
"Ras, ini ada titipan dari mempelai wanita. Ini uang tambahan yang kemarin," ucap Ayu sambil menyodorkan amplop pada Larasati.
"Makasih mbak."
" Sebelum pulang sebaiknya kamu makan dulu, masih banyak sisa makanannya kok. Pihak pemilik acara sudah membawa sebagian, jika kamu mau membawa, bawa saja!"
" Baik Mbak."
Tanpa rasa malu, Laras mengambil bungkus nasi dan mulai membungkus nasi dan lauk menjadi 10 bungkus. Pihak WO, yang semuanya teman Laras, sudah tidak aneh dengan kebiasaan Laras. Mereka semua juga tahu, itu nasi buat siapa.
Setelah membungkus nasi, Laras berjalan keluar menggunakan motor maticnya, dengan meletakkan bungkusan nasi bungkus di depan.
Juna yang habis ngobrol dengan Haidar dan Rio, memilih pamit pulang dengan alasan ada janji sama temen. Padahal Juna berniat untuk mengikuti Larasati, begitu juga dengan Rio yang melihat Larasati.
"Dar, kamu bawa mobil kan?"
"Ya iyalah."
" Bisa tolong temenin aku ikutin Laras yuuk!"
"La Hanum bagaimana?"
" Tinggal saja, lagiani ada ajudanku ini yang akan ngantar dia," ucap Rio, sambil menggandeng tangan Haidar. Begitu masuk ke dalam mobil, Rio langsung menghubungi istrinya kalau dia pulang bersama Haidar, dan hendak ngopi bersama Haidar.
"Aku yakin, ada yang kamu rahasiakan dari ku kan?"
" Tidak ada, jangan asal nebak kamu."
"Aku juga pernah menjadi baj***an, dan aku telah menyia-nyiakan keluargaku. Aku tahu kamu menutupi sesuatu hal, dan mungkin hanya kamu dan Hanum yang tahu tentang status Larasati."
"Aku, akui aku b*****an, tapi tidak ada yang aku sembunyikan dari Hanum selaku istriku." ucap Rio.
"kalau begitu kenapa kamu mengikuti Laras, dengan sembunyi-sembunyi, bahkan membohongi istrimu? Jika tidak ada apa-apa, kamu bisa dong bilang dengan Hanum, kalau kamu hanya ingin bertemu dengan Laras. Aku rasa Hanum juga tidak akan marah, apalagi Laras adalah anak angkat kalian?"
"Nanti aku ceritakan padamu. Mungkin jika aku bercerita denganmu. Kamu bisa membantuku mencari solusi yang terbaik, tapi sekarang kita ikuti putriku dulu."
Saat ada di lampu merah, Larasati menepikan motornya dan membagikan bungkusan nasi yang di bawanya, kepada pengamen dan beberapa gelandangan yang ada di lampu merah.
Rasti tidak sadar, apa yang dia lakukannya di lihat orang-orang yang sengaja membuntutinya.
Arjuna juga tidak menyangka, Laras yang tempo hari bersikap judes padanya. Bisa tersenyum dan bersikap ramah pada para pengamen jalanan, dan para gelandang.
"Terima kasih kakak cantik," ucap beberapa pengamen yang kebanyakan anak-anak itu, saat Larasati berlalu pergi dengan motornya. Juna yang penasaran, memilih menepikan motornya setelah lampu merah hijau kembali, dan semua kendaraan berlalu pergi.
"Siapa perempuan yang bagi-bagi bungkusan nasi bungkus itu, pak?" Tanya Juna pada pedagang asongan yang ada di lampu merah, sambil membeli rokok dan menikmati rokoknya.
"Oh itu, tidak ada yang tahu namanya. Makanya anak-anak suka panggil kakak cantik."
"Memang sering bagi-bagi makanan gitu?"
"Lumayan sering sih, apalagi kalau musim orang hajatan, dia sering bagi-bagi. Tau nasi bungkus atau kue," jelasnya.
Mendengar penjelasan pedagang asongan itu, hingga menghabiskan sebatang rokok, membuat Juna penasaran dengan sosok Larasati yang sekarang.
Di tempat lain Rio dan Haidar terus mengikuti Larasati hingga berhenti di rumah kosan bertingkat 2.
"Dia putriku, putri kandungku yang terpaksa berstatus sebagai anak angkat."
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang