Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit banget
"Tidak akan sayang, aku tidak akan melepasmu."
Refleks Marya membuka matanya, mendengar Kanzo memanggilnya sayang. Jantungnya berdetak lebih kencang serasa ingin melompat keluar. Benarkah Kanzo menyayanginya?, itu bukan sebatas rayuan kan?.
Kanzo mengulas senyumnya, lalu mengecup bibir manis di depannya.
"Aku tau kamu mencintaiku. Aku bisa melihatnya dari tatapan matamu. Kau begitu menderita saat ku jauhi, aku bisa melihat itu Marya." Kanzo mengambil satu lengan Marya lalu mengecupnya.
"Tapi masalahnya, Pak Kanzo tidak mencintai ku." Marya menatap tajam wajah Kanzo dengan mata indahnya, begitu juga dengan Kanzo.
Lama mereka saling berpandangan, akhirnya bunyi bel apartement itu berhasil membuyarkan lamunan mereka. Kanzo segera turun dari atas tempat tidur, memungut bajunya dari lantai dan memakainya, baru Kanzo keluar kamar untuk membukakan pintu untuk orang yang menekan bel apartement itu.
Ternyata yang datang kurir yang mengantar pesanan makanan.
"Terimakasih" ucap Kanzo mengambil pesanan makanannya dari tangan kurir itu, tidak lupa Kanzo memberikan sedikit uang tip kepada pria itu.
Setelah meletakkannya di atas meja sofa, Kanzo kembali masuk ke dalam kamar. Ternyata Marya sudah tidak ada di dalam kamar. Kanzo yang berpikir Marya di kamar mandi, pun melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar mandi, dan langsung membukanya, ternyata Marya tidak ada di dalamnya.
"Marya! kamu dimana?" panggil Kanzo memutar pandangannya ke setiap sudut kamar itu.
"Pak, tolong aku, aku gak bisa keluar dari sini!."
Kanzo yang mendengar suara Marya berasal dari bawah tempat tidur, melangkahkan kakinya.
"Hei, ngapain masuk ke situ?" tanya Kanzo menarik tubuh Marya keluar dari bawah ranjang.
"Aku takut yang datang itu Bu Bella" jawab Marya mengerucutkan bibirnya, sambil membersihkan tangan dan bajunya dari debu yang berasal dari lantai.
"Kamu ada ada aja." Kanzo geleng geleng kepala melihat tingkah polos istri mudanya itu.
"Aku takut di memarahiku, mengatakan aku pelakor, aku gak mau."
"Kamu memang pelakor." Kanzo mengangkat tubuh Marya membawanya ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tapi membersihkan dirinya lama banget, sampai menghabiskan waktu satu jam lebih.
Marya keluar dari dalam kamar mandi dengan bibir mengerucut, tubuhnya tampak pucat dan lelah. Padahal dia lagi sakit, tapi Kanzo malah tega menghabisinya sampai ke tulang tulang.
"Awu!" tiba tiba Marya merasakan perutnya sakit dan keram lagi.
"Kenapa sayang?"Kanzo mendekati Marya dan menyentuh perutnya." perutmu kenapa?"Kanzo mengusap perut Marya, namun Marya langsung menepis tangannya, membuat Kanzo mengerutkan keningnya.
"Jangan menyentuhnya" ketus Marya menatap marah wajah Kanzo.
Kanzo memutar bola matanya, istrinya itu aneh sekali. Masa menyentuh perutnya saja tidak boleh, bahkan tadi, jangankan perut, semuanya sudah di sentuhnya dan di nikmati nya sampai tidak ada yang terlewatkan.
Marya kesal, ia pun melangkahkan kakinya ke lemari untuk mengambil pakaian, dan langsung memakainya.
Selesai makan siang, Kanzo membawa Marya keluar dari apartement. Membawanya berobat ke rumah sakit.
" Aku gak mau berobat" ucap Marya melihat Kanzo membelokkan mobilnya memasuki gerbang rumah sakit.
"Marya, kamu lagi sakit, akhir akhir ini wajahmu terlihat pucat, badanmu lemas. Kamu harus berobat" bujuk Kanzo setelah memarkirkan mobilnya. aku
"Kenapa baru perduli sekarang?. Selama ini kemana?, sibuk dengan istri tercintamu" cibir Marya.
"Iya, Karena istri mudaku tidak mau dekat denganku. Dia pengen meninggalkanku, gak nurut sama suami."
Marya menajamkan pandangannya ke wajah Kanzo dengan mata berkaca kaca. Suami yang seperti apa dulu yang mau di turuti. Bahkan Kanzo menikahinya tanpa sepengetahuan orang tua mereka.
"Suami yang menyembunyikan status istrinya, itu yang mau di turuti" lirih Marya dengan bibir bergetar."Aku pikir kita ini hanya partner ranjang, bukan pasangan suami istri."
"Marya" tegur Kanzo.
"Pak Kanzo hanya menjadikanku objek pemuas nafs*!. Pak Kanzo tidak memikirkan perasaanku sama sekali!" teriak Marya tiba tiba, membuat Kanzo kaget dan terdiam. Kanzo tidak menyangka, wanita lembut itu berani meneriakinya.
"Di sini sangat sakit, Pak!." Marya menunjuk dadanya sendiri dengan telunjuknya," Sakit banget."
Mungkin karena hormon kehamilannya membuatnya tidak bisa mengontrol emosi. Dalam keadaan hamil muda begini, Marya membutuhkan sosok suami yang selalu ada untuknya, tapi Marya tidak mungkin meminta itu pada Kanzo.
"Aku tau."
Kanzo menarik tubuh Marya ke dalam pelukannya, namun Marya langsung menepis tangannya. Kalau sudah tau kenapa masih mempermainkan perasaannya?, pikir Marya.
"Aku akan menemui Ibumu, dan akan memberikan hak mu sepenuhnya." Kanzo kembali menarik tubuh Marya ke pelukannya, mengusap usap punggung wanita itu dengan lembut." Tapi kamu harus periksa ke Dokter dulu."
Marya menggelengkan kepalanya, masih kekeh tak ingin Kanzo mengetahui kehamilannya. Dan juga Marya tidak mau menjadi istri kedua Kanzo selamanya. Dan tidak sanggup jika harus terus berbagi suami.
"Kamu sudah mulai berani melawan sekarang. Kamu lupa dengan isi surat kesepakatan kita? Hm !."
Marya terdiam
"Bahkan pernikahan kita baru berusia empat Bulan. Kamu sudah melupakan kesepakatan kita" ucap Kanzo lagi sambil menghapus air mata istrinya itu dengan tissu.
"Tapi aku gak mau berbagi suami. Aku gak mau menjadi madu. Apa lagi jadi pelakor." Marya menangis kembali, bingung sendiri dengan kemauan dan keinginannya. Tapi berpisah dengan Kanzo, rasanya berat banget.
Kanzo mengulas senyumnya lalu mengecup lama kening wanita itu."Kamu ini cengeng sekali. Mana ada pelakor berjiwa lembek seperti ini."
Akhirnya Kanzo pun kembali melajukan kendaraannya melihat Marya terus menangis dan tak mau di ajak berobat. Marya yang masih berada di pelukan Kanzo, bernapas lega. Tapi itu hanya sementara saja.
Kanzo membawanya kembali pulang ke apartement, dan di sana sudah ada Dokter yang siap memeriksa kesehatannya.
"Aku gak mau di periksa." Marya berusaha kabur, tapi itu gagal, karena Kanzo dengan sigap menangkap tubuhnya, membawanya ke sofa dan mengunci pergerakan wanita itu.
"Kamu harus di periksa, tidak bisa, gak!" tegas Kanzo. Dia sudah lelah membujuk Marya supaya mau di periksa Dokter, tapi istrinya itu masih kekeh menolak.
Tak peduli Marya menangis, Kanzo pun menyuruh Dokter itu memeriksa Marya yang berada di atas pangkuannya.
Dokter wanita itu pun langsung mematuhi perintah Kanzo, untuk memeriksa kesehatan Marya.
"Apa penyakit istri saya Dok?" tanya Kanzo padahal Dokter itu belum selesai memeriksa kesehatan Marya.
Dokter itu mengulas senyumnya,sambil membuka stetoskop dari telinganya.
"Sepertinya istri Bapak hamil, itu yang membuatnya lemah.Untuk memastikannya, kita bisa melakukan tes urin, atau Bapak langsung ke Dokter kandungan saja, melakukan USG."
Marya mengalihkan pandangannya ke arah lain, dengan menggigit bibir bawahnya. Sedangkan Kanzo terdiam mencerna apa yang di katakan Dokter itu barusan.
'Hamil?' batin Kanzo mengalihkan pandangannya ke wajah Marya yang terdiam, lalu Kanzo mengulas senyumnya. Ketahuan istrinya itu menyembunyikan kehamilannya.
"Kalau begitu Trimakasih Dok, saya akan membawa istri saya ke Dokter kandungan" ucap Kanzo, wajahnya nampak berbinar bahagia.
Dokter itu mengangguk," Kalau begitu saya permisi, Pak!."
* Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab