Kehidupan Olivette Phoenix mendadak berubah drastis saat tahu perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasihnya. Namun, Olivette tidak mau bertindak gegabah.
Jika suaminya bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mantan kekasihnya, maka Olivette pun bisa mencari kebahagiaan yang sama.
Akankah mereka bertahan dengan pernikahannya? Atau, malah saling serang dan mencari pembenaran masing-masing?
Yuk ikuti kehaluan Emak author saat pelakor dan pebinor berjuang dengan caranya masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisy Arbia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Pertemuan
Limosin berwarna hitam sudah menunggu Grace dan Olivette. Sopir lekas membuka pintunya agar para wanita sosialita itu segera masuk. Grace meminta sopir untuk mengantarkan mereka ke sebuah butik langganannya.
"Ehm, aku panggil Olivette saja, ya? Kau calon tunangan teman suamiku. Aku tidak menyangka kalau Ethan sudah bercerai dari Wileen."
"Iya, Grace."
"Kau akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini. Ethan pria yang baik. Kapan kalian akan bertunangan?"
Grace ingin hadir di dalam acara yang membahagiakan itu. Seperti biasa, dia dan Vincent akan menjadi orang yang paling menggemparkan. Bukan karena kedatangannya saja, tetapi hadiah-hadiah yang dibawanya akan membuat orang-orang geleng-geleng kepala.
"Beberapa hari lagi, Grace. Kurasa semua ucapanmu benar mengenai Tuan Ethan."
"Tentu. Dia pria yang memesona dan memegang teguh apa arti pernikahan. Dia bahkan tidak akan mudah tertarik pada wanita lain selain orang yang digilai olehnya. Kalau sudah cinta, dia akan melakukan apa pun untuk membahagiakan pasangannya."
Semua ucapan Grace memang sudah dibuktikan. Papanya pun sudah setuju dengan hubungannya dengan Ethan. Mau apalagi? Restu sudah dikantongi, pertunangan akan segera digelar, dan Olivette akan menjadi milik Ethan seutuhnya. Mungkin, setelah itu Olivette baru bisa memiliki anak dari pernikahan keduanya.
Saat Limosin itu membelah jalanan yang sangat padat. Berbeda dengan apa yang dilakukan Wileen saat ini. Dia datang ke kantor Will untuk memintanya mengantarkan ke rumah sakit. Wileen harus memeriksakan kehamilannya.
"Sayang, aku datang lagi ke sini. Walaupun belum pasti kapan kau akan menikahiku, tetapi aku ingin kau mengantarkan aku ke rumah sakit. Aku mau kau melihat bayi kita," ucap Wileen.
Saat ini Wileen sedang merayu kekasihnya. Tidak hanya itu, Wileen juga meyakinkan akan mempertahankan kehamilannya.
"Iya, aku akan mengantarmu," jawab Will dengan lesu.
"Terima kasih, Sayang. Oh ya, kapan kau akan berencana menikahiku? Aku tidak mau anak ini akan lahir tanpa memiliki keluarga utuh."
Will masih memikirkannya. Terlebih usia kehamilan Wileen sudah berumur sekitar dua bulan lebih. Itu artinya, hanya beberapa bulan lagi bayinya akan lahir.
"Akan kupikir-pikir dulu, Wileen. Aku masih banyak pekerjaan!"
"Will, sampai kapan? Apa kau mau sampai aku melahirkan?"
"Tunggu saja, tetapi pernikahan kita tidak akan digelar seperti pernikahan pada umumnya. Kalau kau mau hanya menikah di catatan sipil, akan aku pertimbangkan waktunya."
Tidak masalah asalkan Wileen sah menjadi istri Will Wesly. Dia juga akan menjadi nyonya besar di mansion mewahnya. Selama ini Wileen memang belum pernah ke sana, tetapi setelah menjadi istrinya nanti, Wileen akan meminta hak itu.
Setelah disepakati, Will akhirnya mau mengantarkan Wileen ke rumah sakit. Di sana, Will diperkenalkan sebagai suaminya. Sehingga dokter pun tidak perlu menanyakan yang aneh-aneh lagi.
Saat transducer USG mulai mengelilingi perut Wileen untuk mencari posisi bayinya, maka saat itulah Will terpaku menatap layar monitor.
Janin itu bergerak dengan lincah. Wajah Will terlihat berkaca-kaca saat melihatnya. Ini seperti sebuah kebahagiaan yang belum pernah didapatkan selama ini. Namun, sayang wanita yang ada di dalam pikirannya sekarang bukan Wileen, melainkan Olivette.
Will seakan membayangkan mengantar Olivette melakukan USG. Rasanya tidak percaya bahwa sebentar lagi Will akan memiliki anak.
"Terima kasih, Olive," ucapnya lirih.
Suara itu mampu didengar jelas oleh Wileen. Dia langsung mencubit lengan Will. Merasa kesal dan cemburu saat kekasihnya itu menyebutkan nama wanita lain.
"Kenapa kau mencubitku?" protes Will.
Wileen tidak akan membicarakannya sekarang. Dia harus mengurus beberapa vitamin yang diresepkan dokter padanya. Setelah berada di dalam mobil, Wileen kemudian mengoceh ke sana kemari.
"Will, kurasa kau sudah kehilangan akal! Kau menyebut nama mantan istrimu saat berada di dalam ruangan dokter. Apa diam-diam kau masih mencintainya?"
"Tidak. Kau hanya salah dengar, Wileen."
Wileen tidak tuli. Namun, sampai Will menikahinya, Wileen akan mencoba menjaga sikap.
"Will, aku ingin mampir ke butik. Aku mau beli gaun buat kita dinner, ya? Aku ingin kita merayakan dinner romantis untuk menyambut kedatangan bayi kita."
"Hemm, kau mau ke mana?" tanya Will yang masih fokus mengemudi.
"Butik ternama di kota ini. Kau tahu kan ke mana biasanya mantan istrimu berkunjung?"
Wileen ingin menggantikan Olivette seutuhnya. Dia juga harus meniru gaya mantan istri kekasihnya itu. Walaupun sama-sama dari kalangan sosialita, tetapi Olivette memang jauh lebih sempurna ketimbang dirinya.
"Will, kau ikut aku masuk, ya? Aku ingin kau juga menentukan pilihan yang cocok untukku," pinta Wileen.
Will tidak tahu jika Olivette sudah berada di butik sejak setengah jam yang lalu. Mereka masih fokus memilih beberapa gaun yang akan digunakan untuk acara pertunangannya beberapa hari lagi.
"Olive, aku tahu selera berbusanamu selalu sempurna. Kumohon kali ini kau mau ya kalau aku yang akan memilihkannya untukmu? Anggap saja ini hadiah pertemanan dan pertemuan pertama kita. Aku senang sekali bisa satu frekuensi denganmu."
Selera Grace tidak kalah dengan Olivette. Dia juga konglomerat. Gaya busananya juga high class. Jadi, gaun yang akan dikenakan Olivette pada saat pertunangannya nanti tetap akan menjadi gaun yang mewah.
"Grace, apa ini tidak terlalu berlebihan? Ehm, maksudku mamanya Ethan pasti akan menanyaiku."
"Jangan khawatir. Aku yang akan bicara pada Ethan. Sekalian kita cari jas dan beberapa perlengkapan yang cocok untuk Ethan. Kurasa kau bisa menentukan ukuran yang tepat."
Olivette sangat mudah sekali untuk menentukan apakah baju itu pas atau tidak dikenakan Ethan nantinya.
"Baiklah. Aku akan mencobanya," pungkas Olivette saat memegang gaun yang sudah dipilih oleh Grace.
Tidak lama Olivette keluar dan menunjukkan gaun itu ke hadapan Grace. Bersamaan dengan itu, pandangan mata Will terpusat pada Olivette yang baru saja keluar dari ruang ganti.
Jantungnya seakan-akan berhenti berdetak saat mantan istrinya itu terlihat semakin cantik dan merona merah di wajahnya. Dia bersemu malu saat berhadapan dengan seorang wanita yang menilai gaya busananya.
"Olive!" sapa Will.
Sontak Wileen dan Olivette beradu pandang. Grace pun melihat Wileen di sana. Dia tidak lupa pada wanita yang pernah bergaul dan bertemu dengannya selama kurun waktu 8 tahun.
"Wileen, hei! Kita bertemu lagi di sini," sapa Grace.
Wileen sebenarnya enggan untuk mendekat saat tahu kalau Olivette juga berada di hadapannya. Namun, pertemanannya dengan Grace selama ini selalu baik. Tidak ada salahnya mencoba menyapa.
"Grace, apa kabar? Kau bersamanya? Bagaimana kalian bisa kenal?" sindir Wileen.
Kalau Grace ada bersama Olivette, itu artinya masih ada hubungannya dengan mantan suaminya, Ethan.
"Oh, aku paham sekarang. Kurasa Nyonya Olivette yang terhormat sudah menjalin hubungan dengan mantan suamiku," ungkap Wileen tanpa menunggu jawaban dari Grace.
...🌾🌾🌾...
Halo guys, jangan lupa mampir rekomendasi keren dari teman Emak. Jangan lupa tinggalkan jejaknya ❤️
baru baca aja udh esmosi akuuuu😡