Karena sebuah kecelakaan yang di sebabkan oleh Nayra, Naura yang merupakan suadara kembar Nayra harus kehilangan janin dalam kandungannya. Tak hanya itu, rahim Naura juga terpaksa di angkat sehingga ia tak mungkin lagi mengandung. Sedangkan suami Naura yang bernama Raka sangat mendambakan lahirnya seorang anak dari sang istri, karena Raka adalah anak tunggal dan ia butuh pewaris dalam keluarganya yang merupakan pengusaha kaya raya.
Naura yang tak mau kehilangan posisi sebagai menantu dan istri yang sempurna memaksa Nayra untuk bertukar peran dengannya sampai Nayra hamil dan melahirkan anak Raka. Namun, tentu saja tak boleh ada yang mengetahui hal itu. Jika Nayra menolak, Nuara mengancam akan bunuh diri.
Namun, apakah Nayra akan setuju berperan sebagai saudara kembarnya sementara Nayra sendiri sudah memiliki tunangan?
Sanggupkah Nayra menjalankan perannya sebagai istri Raka bahkan harus melayani Raka di ranjang demi lahirnya anak impian Nuara dan Raka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Permainan Berlanjut?
"Nayra?" gumam Bian sembari menoleh, dan benar saja, Nayra berdiri tak jauh darinya.
Sementara wanita yang dimaksud oleh pria itu kini berjalan mendekati Bian dengan tatapan yang tak biasa, saat wanita itu ada di depannya, Bian menyadari itu bukanlah Nayra." Naura?"
"Hai," sapa Naura.
Hal itu membuat Reza cukup terkejut, bahkan pria itu sampai tertawa.
"Astaga, aku pikir kamu Nayra, Ra," ujar Bian. "Hebat sih Bian bisa mengenali mana yang tunangannya dan mana yang calon kakak iparnya," imbuhnya yang hanya di tanggapi dengan senyum tipis oleh Naura.
"Ada apa?" tanya Bian pada wanita itu tanpa menatap wajahnya.
Yeah, Bian tak lagi ingin menatap wajah wanita yang telah menghancurkan hubungannya dan Nayra. Wanita yang telah menjebaknya dan membuat Bian membawanya ke ranjang sebagai Nayra. Bian tersenyum sinis mengingat malam yang ia habiskan dengan Naura yang ia fikir Nayra. Betapa bodoh nya Bian yang tak bisa membedakan mana tunangannya dan mana saudara kembar tunangannya.
"Aku ingin berbicara denganmu," jawab Naura.
"Maaf, aku sedang sangat sibuk," ucap Bian dengan dingin yang membuat Naura merasa salah tingkah.
Dia bisa mengerti kemarahan Bian padanya, apalagi Naura sudah mengajak pria itu ke ranjangnya. Namun, saat ini yang bisa membantu Naura untuk mendapatkan Raka hanya Bian.
"Ini tentang Nayra," kata Naura kemudian.
"Ada apa? Apa kalian ada masalah?" tanya Reza. "Kamu bertengkar dengan Nayra, Bi?"
"Nggak kok," jawab Naura seolah meyakini Bian yang hanya bungkam.
"Terus?" tanya Reza penasaran.
"Ini masalah pribadi, Za," desis Bian kesal kemudian ia mengalihkan tatapannya pada Naura. "Hanya 10 menit, aku benar-benar sibuk."
Naura mengangguk mengerti, dia akan menggunakan waktu 10 menit ini sebaik mungkin karena ini adalah cara terakhir dan kesempatan terakhir untuk mempertahankan rumah tangganya.
🦋
Sementara di sisi lain, rupanya pekerjaan yang sangat menumpuk tak bisa mengalihkan pikiran Raka dari Nayra. Dia bertanya-tanya apakah wanita itu sudah makan? Apakah dia menangis sekarang? Atau jangan-jangan dia sedang memikirkan Bian?
"Sialan!" Raka yang kesal tanpa sadar mematahkan pensil yang sedang dia pegang, bersamaan dengan itu Siska masuk ke ruangannya dan wanita itu terkejut melihat tindakan Raka yang tak biasa.
"Ada apa?" ketus Raka yang melihat Siska hanya berdiri mematung.
"Berkas yang harus Anda tanda tangani, Pak," cicit Siksa.
Raka hanya menganggukkan kepala, Siska pun segera memberikan beberapa berkas pada Raka. Pria itu membacanya kemudian menandatanganinya.
"Apa saja jadwalku hari ini, Siska?" tanya Raka kemudian.
"Tidak ada, Pak," jawab Siska yang membuat Raka mengernyit bingung.
"Tidak ada bagaimana?" tanya Raka dengan suara lantang sampai membuat Siska tersentak, sementara Raka sungguh bingung bagaimana mungkin Owner sekaligus CEO seperti dirinya tak punya jadwal apapun dalam sehari?
"Kan Pak Raka sendiri yang bilang hari ini tidak akan ke kantor karena istri Bapak lagi sakit, jadi saya reschedule semua jadwal untuk hari ini," jawab Siska sambil meringis.
Raka tercengang mendengar jawaban Siska, ia baru teringat kalau hari ini dia tak ingin ke kantor karena Nayra yang merintih sakit karena lapar.
"Apa Bu Naura baik-baik saja, Pak?" tanya Siska padahal ia mulai curiga kalau sebenarnya Raka tak ke kantor bukan istrinya sakit. Pikiran liar dan negatif tentang pria itu mulai berkecamuk dalam benaknya.
"Iya," jawab Raka singkat. "Kamu boleh kembali bekerja," tambahnya dan Siska pun segera bergegas pergi.
🦋
Sementara di sisi lain, Bu Mita saat ini sedang berbicara dengan Bi Jum melalui telfon. Wanita paruh baya itu bertanya tentang Nayra dan Raka, dia harus memastikan bahwa Nayra takkan pergi membawa cucunya.
Bu Mita hanya bisa menghela napas berat saat mendengarkan cerita Bi Jum tentang pertengkaran Raka dan Nayra tadi pagi. "Terus sekarang Raka dan Nayra di mana, Bi?" tanya Bu Mita.
"Sekarang Non Nayra mengurung diri di kamarnya, Nyonya, dia belum makan apapun sejak tadi pagi. Sedangkan tuan Raka sudah pergi ke kantor," jawab Bi Jum.
"Astaga, bisa-bisanya dia pergi ke kantor dalam keadaan seperti ini," gumam Bu Mita sambil memijit pelipisnya.
"Kayaknya tuan Raka lagi emosi banget, Nyonya, tadi saya lihat tangannya diperban. Terus ternyata kaca di kamar mandi pecah, semua barang berserakan. Baru saja saya selesai membersihkan kamar mandi," papar Bi Jum dengan suara yang terdengar berbisik. Lagi-lagi Bu Mita hanya bisa menghela napas berat, dia bisa mengerti keadaan Nayra begitu juga dengan Raka. Kedua orang itu memang pasti serba salah sekarang.
"Bi, sebentar lagi aku akan ke rumah. Aku mau masak untuk Nayra, siapa tahu dia makan masakanku, pasti dia sungkan kalau nolak," kata Bu Mita kemudian. Ia yakin cara ini akan berhasil untuk membuat Nayra makan, sebab dia tahu wanita itu mudah tak enak hati pada orang apalagi pada dirinya.
"Mau masak di sini, Nyonya?" tanya Bi Jum.
"Iya, Bi, di rumah ada apa saja?" tanya Bu Mita ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Ada udang, ikan, daging ayam dan daging sapi, Nyonya. Sayuran juga lengkap."
"Aku mau membuat kare daging, Bi, siapkan semua bahan-bahannya."
🦋
Nayra memegang perutnya yang sudah berbunyi keroncongan tanpa henti sejak tadi, ia mencoba menahannya bahkan terbersit dalam benaknya untuk membiarkan dirinya mati kelaparan agar anak dalam kandungannya itu juga mati kelaparan. Namun, jiwa keibuannya segera mengambil alih. Bahkan, janin dalam rahimnya itu juga sepertinya mengambil alih saat ia kembali ingin makan salad yang dibelikan oleh Raka.
"Astaga, aku sudah bilang jangan ngidam apapun yang berhubungan dengan ayahmu itu. Aku mohon mengertilah keadaanku, Sayang," bisik Nayra dengan lembut sambil mengusap perutnya.
Namun, suara keroncongan dari perutnya semakin nyaring dan Nayra menganggap itu adalah jawaban dari janinnya. "Jadi kamu nggak mau dengerin permintaanku? Tega sekali," desis Nayra kesal.
Dengan menyingkirkan segala ego, harga diri, kesal dan amarah dalam jiwanya, Nayra menghubungi Raka dengan sangat berat hati.
Sementara di kantor, mata Raka terbelalak saat melihat nama Nayra tertera di layar ponselnya itu. "Dia telfon? Apa nggak sengaja kepencet?"
Untuk mengetahui apakah Nayra benar-benar sengaja menghubunginya, Raka sengaja tak menjawab panggilan Nayra. "Seharusnya dia telfon lagi kalau memang butuh," gumam Raka saat ponselnya berhenti berdering. Dan hanya berselang dua detik kemudian, ponselnya kembali berdering yang membuat Raka langsung bersorak girang bahkan dia sampai berdiri dari kursinya.
Lagi-lagi kini Siska kembali masuk ke ruangan Raka dan sekretaris cantiknya itu hanya bisa melongo melihat Raka yang begitu girang seperti seseorang yang baru memenangkan lotre.
...🦋...
"Jadi maksud kamu ... kamu mau aku merebut Nayra kembali dari Raka?" Bian menaikan ujung alisnya saat menyatakan pertanyaan itu pada Naura.
"Iya, kita juga berhak mendapatkan cinta kembali, Bian. Apalagi Nayra pasti masih sangat mencintai kamu, dia hanya terjebak dengan keadaan yang ada," tukas Naura penuh penekanan.
"Tapi Nayra sudah memutuskan meninggalkanku demi Raka," desis Bian.
"itu nggak benar," bantah Naura. "Nayra pergi karena dia merasa nggak pantas buat kamu, dia kembali ke Raka hanya demi kandungannya. Aku mohon, Bian, cobalah sekali saja memperjuangkan Nayra. Aku mau adikku bahagia dan cuma kamu yang bisa membuat bahagia, aku nggak mau dia terus terjebak dalam keadaan yang disebabkan olehku sendiri. Aku ingin menebus kesalahanku. "
situ pernah gak mikirin perasaan Nayra dari sejak kecil hingga detik ini