NovelToon NovelToon
Rumah Tepi Sungai

Rumah Tepi Sungai

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: bung Kus

Sebuah surat undangan dari seorang penulis ternama di kabupaten T yang ditujukan kepada teman teman sekelasnya di masa SMA dulu.

Mereka diundang untuk berkunjung ke rumah sang penulis. Rumah unik, dua lantai, semacam villa yang terletak di tepi sungai jauh di dalam hutan di kecamatan K.

Akses ke rumah tersebut hanyalah jalan setapak, sekitar 10 kilometer dari jalan utama. Siapapun yang memenuhi undangan akan mendapatkan imbalan sebesar 300 juta rupiah.

Banyak keanehan dan misteri dibalik surat undangan tersebut. Dan semua itu terhubung dengan cerita kelam di masa lalu.

Seri ketiga dari RTS.
Setelah seri pertama Rumah di Tengah Sawah (RTS 1), kemudian disusul seri kedua Rumah Tusuk Sate (RTS 2), kini telah hadir seri ketiga Rumah Tepi Sungai (RTS 3).

Masih tetap mencoba membawa kengerian dalam setiap kata dan kalimat yang tersusun. Semoga suka, dan selamat membaca.

Follow Instagram @bung_engkus
FB Bung Kus Nul

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Pertarungan

Sosok misterius berusaha mencelakai Galang. Dia mengayunkan pisau lipatnya ke arah perut Galang. Beruntung Galang masih bisa berkelit. Namun, ternyata sosok misterius itu jago berkelahi. Saat serangan pertama gagal, serangan kedua dia lancarkan.

Sebuah tendangan mengenai punggung Galang dengan telak. Galang jatuh tersungkur mencium tanah. Galang merasakan mulutnya penuh lumpur. Tapi tak ada waktu untuk mengaduh. Galang segera menggulingkan tubuhnya kesamping.

Jraassshh

Pisau lipat milik sosok misterius itu menancap di tanah. Seandainya Galang telat sedetik saja berguling, sudah tentu dadanya tertembus benda tajam mengkilat itu.

"Bangs****! Apa salahku?" Galang melotot. Dia bangun sempoyongan. Namun lawan bicaranya itu diam saja, mencabut pisaunya dari dalam tanah dan bersiap menyerang lagi.

"Bukankah kita bisa membicarakannya baik baik? Kenapa harus seperti ini? Apa tujuanmu?" Tanya Galang sambil berjalan mundur perlahan untuk tetap menjaga jarak.

Galang sadar betul, dalam keadaan normal dia kesulitan menghadapi lawannya. Apalagi kini kondisi tubuhnya sedang tidak fit. Namun dari yang terlihat, sosok di hadapannya itu juga sedang kelelahan. Sosok itu nampak mengatur nafas. Atau mungkin jangan jangan sosok itu belum terbiasa melakukan penyerangan seperti saat ini? 

"Kita adalah kawan lama. Dan setahuku kamu bukan seorang penjahat. Jadi, mari kita bicara baik baik," Galang mencoba berjudi dengan nasibnya. Hatinya sedikit meyakini bahwa sosok di hadapannya itu masih bisa diajak untuk berunding.

"Hah? Ha ha ha ha ha," sosok di hadapan Galang tergelak. Tawanya pecah, terdengar cukup keras di tengah hutan yang sunyi.

Secara tiba tiba sosok itu kembali berlari menerjang ke arah Galang. Galang yang kurang waspada terlambat menghindar.

Sraattt

Galang menggunakan lengan kirinya untuk menutupi perutnya. Sebuah sayatan memanjang dan cukup dalam merobek lengan kirinya tersebut. Darah terciprat cukup banyak.

"Arrgghhh," Galang berteriak mengaduh.

Serangan kedua datang, sebuah tendangan kaki kanan menghantam dada Galang. Sebuah tendangan yang terlatih, membuat Galang terjengkang.

Galang dalam kondisi terlentang, sosok misterius itu langsung menubruk, dan menindihnya. Sosok itu mengacungkan pisaunya di dekat leher Galang.

Galang memejamkan matanya ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat. Dia hendak menangis, bahkan tanpa dapat dikontrol Galang ngompol di celananya.

"Takutlah, menangislah, memohonlah. Rasakan bagaimana rasanya jadi 'dia' di masa lalu," ucap sosok itu sambil menindih Galang.

Galang terdiam, di tengah rasa takutnya dia teringat kembali kejadian di masa lalu. Ingatannya seperti diseret ke ruang club drama XI IPA 5.

Galang ingat betul, dia dulu adalah siswa yang hanya fokus mengejar nilai akademis. Dia sama sekali tak berminat mengikuti kegiatan kegiatan ekskul apapun jenisnya.

Namun, di pertengahan semester pertama ternyata setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti salah satu ekskul yang ada di sekolahnya. Galang secara acak masuk di ekskul drama bersama beberapa teman sekelasnya.

Waktu itu Galang tak terlalu akrab dengan Zainul, begitupun dengan teman temannya yang lain. Yang dia tahu hanyalah Zainul merupakan siswa yang selalu menjadi sasaran kejahilan teman temannya.

Dan siang itu, Yodi mengajak Galang untuk mengerjai bocah kurus berambut ikal tersebut. Awalnya Galang menolak, namun pada akhirnya dia tak kuasa menghindari ajakan nakal Yodi.

Yodi membawa sekantong plastik besar serangga serangga menjijikkan. Kecoak, belatung, ulat, rayap, dan hewan hewan kecil lainnya yang entah darimana Yodi mendapatkannya.

Galang ditugasi untuk mengajak Zainul ngobrol di luar ruangan club drama. Sementara Yodi memasukkan semua serangga menjijikkan itu ke dalam tas Zainul.

Siang itu, Zainul lari tunggang langgang saat membuka tas ranselnya. Wajahnya pucat pasi, dia menangis di antara sorak sorai siswa lainnya yang merasa bangga dan bahagia telah berhasil merundung anak manusia paling lemah pada masanya.

Galang menangis tersedu teringat perlakuannya dulu pada Zainul. Namun, bukan berarti saat ini dia harus menyerah terhadap hidupnya. Mungkin Galang salah di masa lalu. Tapi sosok yang mengacungkan pisau di hadapannya itu tak punya hak untuk menghakiminya.

Tangan kanan Galang bergerak, mencari cari benda yang mungkin bisa dia gunakan sebagai senjata. Sedikit keberuntungan berpihak padanya. Ada sepotong dahan kayu kering dengan ujung yang cukup lancip dia temukan tergeletak di tanah.

Galang mengambil dahan kering tersebut, dengan cepat mengayunkan dan mengarahkannya pada betis sebelah kiri lawan yang menindihnya itu.

Jraasshh

Dahan menancap cukup dalam. Cairan berwarna merah menyembur dari otot kaki yang kekar itu.

"Bangs**ttt!" Sosok itu mengumpat dan mengerang.

Galang segera mendorong tubuh lawannya yang tengah kesakitan. Dia buru buru berdiri, hendak berlari. Namun, sosok itu masih memiliki tenaga untuk mengayunkan senjatanya dengan membabi buta. Dua sayatan cukup untuk memberi luka pada dada dan bagian perut Galang.

Galang hampir terjatuh, namun berhasil menahan rasa sakit dan menguasai dirinya. Dia berlari sekuat tenaga dalam keadaan luka parah. Galang tak peduli dia berlari ke arah mana, yang paling penting dia bisa menjauh dari sosok yang hendak membunuhnya itu.

* * *

Iva menyusuri tepian hutan, mencari keberadaan Hendra yang pergi entah kemana. Hampir satu jam lamanya dia disana. Hendak kembali ke rumah pun Iva ragu.

Iva percaya apa yang dikatakan oleh Hendra, bahwa semua orang yang berada di rumah itu tidak ada yang bisa dipercaya. Kematian Dipta membuatnya semakin ketakutan. Hendra lah harapannya, dia yang tadi telah menjanjikan keselamatan pada Iva.

Saat berkeliling mencari Mella tadi, Hendra berjanji untuk segera membawa Iva keluar dari rumah tepi sungai, rumah sang Rich Man itu. Namun kini, laki laki itu malah menghilang entah kemana. 

Di tengah keraguannya, Iva duduk di atas sebuah batu berwarna abu abu besar di bawah pohon laban. Dia menatap hamparan rumput yang hijau dari kejauhan. Terlihat pula rumah megah milik Zainul. Rumah yang awalnya sangat dikaguminya. Namun kini, dia merasa ingin cepat pergi dari rumah itu.

Iva rindu dengan keluarga kecilnya. Rindu pada suaminya, yang meskipun telah membawa keluarganya pada jurang kebangkrutan akibat judi online, tapi suaminya itu adalah cinta pertamanya. Dia rindu dengan perut buncit yang biasa dia jadikan bantal untuk tiduran di depan TV.

Saat Iva tenggelam dalam lamunannya, di kejauhan nampak Hendra berjalan terseok seok menuju ke arahnya. Tanpa diminta, Iva segera berdiri dan berlari mendekati Hendra. Dia membantu Hendra untuk berjalan.

"Kamu kenapa Hen?" Iva bertanya penasaran.

"Terpeleset, terus kena bebatuan tadi," ucap Hendra sambil meringis kesakitan.

Iva kemudian berjongkok memeriksa kaki Hendra sebelah kiri. Sebuah luka yang masih baru nampak menganga di betisnya. Iva begidik nembayangkan betapa perihnya luka tersebut.

"Kita harus segera kembali ke rumah, minta alkohol untuk membersihkan lukamu ini," ucap Iva kemudian.

Hendra mengangguk setuju. Dengan perlahan Hendra dan Iva berjalan kembali menuju ke rumah. Sementara langit yang tadi mulai cerah, kini nampak kembali meredup. Siang mulai beranjak pergi digantikan oleh sinar kemerahan matahari di sore hari.

Bersambung___

1
Reksa Nanta
terima kasih banyak atas karyanya.

semoga karya ini hanya akan dipandang sebagai cerita semata. jujur saja saya pribadi agak khawatir karena mungkin bagi sebagian orang yang terganggu mentalnya dan membaca novel ini, akan ada kecenderungan untuk mengidolakan tokoh Bayu lalu membenarkan segala tindakannya.
Reksa Nanta
seharusnya Bayu bisa saja dicurigai karena dia tidak melapor mengenai kerusuhan di rumah itu. dan lagi dia bergerak sendiri tanpa surat perintah. sengaja menyimpan mayat korban dan tidak segera mengevakuasi orang yang ada di rumah itu setelah jatuh korban pertama.
Reksa Nanta
kalau sudah sampai desa sebaiknya telepon ke kantor dan minta bantuan.
Reksa Nanta
sebenarnya tidak ada rumah pembawa sial atau rumah terkutuk, yang bermasalah adalah penghuninya.
Reksa Nanta
akhirnya dikembalikan.
Reksa Nanta
Mella diselamatkan Mak Ijah dari kebakaran di rumah Zainul.
Reksa Nanta
terlalu gegabah kalau langsung menyimpulkan begitu.
Reksa Nanta
dua kali ditusuk Erwin, Inge masih hidup lalu ditemukan Ferry dan dieksekusi.
Reksa Nanta
kebenaran bahwa pembunuhnya adalah Ferry Lawanto ?
Reksa Nanta
bukan seperti keponakan. Erwin memang keponakan Bu Rofida.
Reksa Nanta
berarti Erwin adalah adik sepupu Ferry, bukan keponakan. Anaknya Erwin nanti yang jadi keponakannya Ferry.
Reksa Nanta
kurang tepat menggunakan kata menyingsing karena arti kata menyingsing adalah muncul ke permukaan.

lebih tepat menggunakan kata terbenam atau turun atau menghilang.

Matahari mulai terbenam ke arah barat daya.
Matahari mulai turun ke arah barat daya.
Matahari mulai menghilang ke arah barat daya.
Reksa Nanta
jadi dari ketiga temen perempuan Anggun, Andewilah yang suaminya baru naik pangkat ?
Reksa Nanta
secara prosedur seharusnya memang begini. karena perlu juga dilakukan autopsi terhadap korban dan keluarga korban harus diberi kabar.
Reksa Nanta
tidak berambisi bukan berarti tidak punya tujuan hidup. hanya saja orang seperti Adi mungkin lebih memilih hidup tenang .
Reksa Nanta
kenapa langsung bisa menyimpulkan kalau Ali tewas bunuh diri ?
Reksa Nanta
benang kawat itu seperti apa bentuknya ? 🤔
Reksa Nanta
apakah selama ini Anggun jarang dibelai oleh suaminya ?
Reksa Nanta
tampaknya kali ini Bayu yang membuat skenarionya.
Reksa Nanta
Mella. dia selamat dari kebakaran tapi cacat ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!