Season ketiga dari novel (Psycho CEO) When the devil falls in love.
Dendam, Amarah, Putus asa, Cinta dan Pengkhianatan terus di rasakan oleh pria tampan itu hingga menjadikan nya penguasa dunia gelap dan pengendali di balik layar yang tak mengenal rasa ampun dan kasihan.
Saat tak lagi percaya dengan 'Cinta' pria itu bertemu dengan gadis yang mampu menggoyahkan hati nya.
Namun apa jadinya jika gadis yang mengisi hati nya tersebut ternyata memiliki hubungan dengan orang yang menjadi sasaran balas dendam nya?
...
"Gila! Kau pikir kau akan bisa membunyikan ku berapa lama?!" umpat gadis itu menatap tajam wajah datar pria di depan nya.
"Entahlah, Mungkin...
Selamanya?" jawab pria itu tanpa ekspresi sembari menyentuh wajah gadis yang sudah ia klaim sebagai milik nya.
"Aku akan membunuh mu! Sungguh!" balas gadis itu dengan amarah yang menumpuk di mata nya.
"Do it! I'll be waiting for that," pria itu mengeluarkan smirk licik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau pernah mencintai ku?
Kediaman Rai.
Clara memeluk pria yang menjadi suami nya dengan erat, ia menonton tv dengan pria itu di ruang tengah.
Walau tak bisa melihat namun ia masih bisa mendengar dengan jelas, dan jika ada adegan yang tak memiliki suara percakapan ia akan bertanya pada suami nya.
"Sekarang mereka sedang apa?" tanya nya saat tak mendengar percakapan apapun melainkan alunan musik teratur.
"Mereka sedang berciuman," jawab Louis sembari melihat wajah manis dengan tatapan yang kosong itu.
"Sungguh? Kau kan suka bohong, kalau ada Cecil mau tanya dia deh." ucap Clara tertawa.
"Kita kan lihat film romantis pasti ada adegan ciuman nya lah, kalau kita lihat film horor baru ada setan nya." jawab pria itu tersenyum sembari mencubit pipi istrinya.
Clara tak menjawab namun menunjukkan raut yang menggemaskan bagi pria itu.
Louis tersenyum dan menarik wanita itu dalam pelukan nya, "Tadi itu mereka ciuman kayak gini."
Humph!
Mata Clara membulat sejenak, namun ia segera menutup nya dan memilih merasakan hisapan lembut bibir pria itu.
Tangan yang mulai masuk menyelinap ke balik sweater nya lalu mengusap punggung nya dengan lembut.
Setelah melepaskan ciuman nya Louis melihat ke arah istri nya, mengusap wajah nya dan bibir basah wanita itu dengan lembut.
"Rai?" ucap Clara lirih.
"Hm?"
"Kenapa aku masih belum hamil juga? Kita kan sudah sering..." tanya nya lirih tanpa melanjutkan kalimat nya.
Deg!
Pria itu merasa bersalah saat mendengar nya, jika saja ia dulu tidak mati-mati memberikan pil aborsi pada wanita padahal anak-anak nya ingin hidup mungkin ia sekarang hanya tinggal menunggu kelahiran buah hati nya saja.
"Kita kan masih baru menikah, mungkin belum waktu nya saja." jawab Louis pada istri nya.
Ia tak tau akan sebenci apa lagi gadis itu pada nya, saat mengetahui jika dirinya dulu pernah hamil dan ia lah yang mengugurkan sendiri kandungan nya.
Memberikan pil aborsi dengan dosis tinggi saat janin yang berada di perut gadis itu tak kunjung mati tanpa sepengatahuan gadis itu sendiri.
"Cla?"
"Iya?"
"Kau masih ingat Presdir rumah sakit yang dulu kau layani?" tanya Louis ragu dan lirih.
Deg!
Jantung Clara terasa ingin terhenti mendengar nya, ia saja tak mau mendengar apapun, di bandingkan merusak fisik nya dulu pria itu benar-benar merusak jiwa dan mental nya.
"Kau mendengar rumor tentang ku?" tanya gadis itu dengan suara gemetar.
Louis mengernyit, ia lupa jika pernah menghancurkan reputasi gadis itu yang bahkan membuat nama baik sekertaris nya sendiri di cap sebagai pelac*r yang naik ke ranjang atasan nya.
"Rumor? Maksud mu?" tanya Louis tak mengerti.
"Pelac*r yang menggoda atasan nya, Jal*ng yang menjual tubuh nya untuk nya mendapatkan perhatian," jawab gadis itu dengan gemetar.
"Apa?! Bukan! Bukan begit-"
"Ku mohon..."
"Jangan dengarkan rumor itu, aku tidak melakukan nya sungguh! A-aku ak-"
Deg!
Semua kilas balik saat atasan mengurung, menyekap, melec*hkan, memperk*sa, dan bahkan memperlakukan nya seperti hewan lalu mendapatkan kata-kata dan perlakuan kasar serta penghinaan yang di lontarkan untuk nya kembali terngiang kembali.
"Cla? Clara?!" panggil Louis sembari menggoyangkan tubuh gemetar gadis itu.
"Bukan..."
"Mungkin aku dulu memang ja-"
"Cla! Sini angkat wajah mu!" ucap pria itu sembari mengangkat wajah gadis itu yang tengah menunduk.
Tubuh kecil yang gemetar dengan lelehan air mata yang mengalir deras jatuh di pipi gadis itu.
"Kau menyesal?" tanya Clara dengan serak saat tangisan nya tak bisa terhenti.
Ia selalu kembali terguncang saat mengingat atasan nya yang sudah menghancurkan segala yang ia miliki dulu.
"Menyesal apa? Hm?" tanya Louis pada Clara sembari mengusap air mata gadis itu meggunakan jari nya.
"Karna menikahi wanita seperti ku? Aku punya nama yang buruk, dan mungkin saja aku juga kotor kan?" tanya nya ketika rasa percaya diri mulai turun.
Louis diam sejenak, ia tau jika sekarang kondisi Clara seperti itu karna ego nya yang tinggi, namun ia juga tak bisa mengulang waktu kembali.
"Hey? Hear me, I love you," ucap Louis berbisik pada istri nya.
Clara masih diam dengan air mata nya yang meleleh, mendengar nama atasan ataupun membahas atasan nya saja ia sudah takut dan benci sekaligus.
"You don't love me?" tanya pria itu lagi.
"Love you too," jawab Clara tersenyum manis di tengah wajah merah nya karna senyuman yang dibangun di atas tangis nya.
Louis tak membahas apapun lagi setelah itu ia memilih mendekap tubuh gadis itu dalam pelukan hingga tenang.
...
Pukul 11.25 pm
Louis melihat ke arah jam di tangan nya, ia menelpon adik nya namun masih tak ada balasan sama sekali.
"Dia di mana sekarang?" ucap nya yang mulai gelisah saat mengetahui adik nya tak kunjung pulang.
"Apa ku nikahkan saja dengan Zayn?" decak nya kesal karna gadis itu selalu berpergian dan terlambat pulang sesuka hati nya.
......................
Mansion Dachinko.
Wajah gadis itu pucat pasi dengan keringat jagung yang turun membasahi dahi nya.
"James, berhenti dulu." ucap nya pelan dan terengah-engah.
Ia tak tau alasan pria itu tiba-tiba berubah pada nya, padahal sebelum nya bersikap sangat dingin dan menatap nya tajam lalu kemudian memaksa nya untuk melakukan hubungan.
Bukan yang seperti mereka lakukan biasanya, pria itu memperlakukan tubuh rapuh itu seperti sedang bersama wanita bayaran.
Tak ada jawaban dari permohonan gadis itu melainkan hanya gerakan kasar yang membuat suara derit ranjang terdengar jelas.
Ungh!
Pria itu menghentak dengan dalam, lalu melihat wajah pucat gadis yang berada di bawah tubuh nya.
"Kau sudah selsai kan?" tanya nya dengan suara meringis menahan sakit di bagian inti tubuh nya.
Di bandingkan dengan berc*nta pria itu seakan sedang memperk*sa gadis yang berada di bawah kungkungan nya, melepaskan semua n*fsu dan amarah tanpa berpikir apa yang di rasakan gadis itu.
Seluruh tubuh, bagian inti, bahkan perut nya terasa sangat sakit, ia tak memiliki tenaga lagi untuk melawan ataupun marah.
James pun bangun dari tubuh Louise, sedangkan gadis itu langsung meringkuk bagai busur panah sembari memegang perut yang yang terasa sakit.
Tanpa berkata apapun, pria itu beranjak bangun dan mengambil pakaian nya.
Louise melihat pria yang hari ini memperlakukan nya seperti tak biasa nya, bahkan dulu saat baru mengenal juga tak seperti ini.
Greb!
Ia meraih tangan pria yang tengah memakai kembali celana panjang nya.
"James? Ada apa?" tanya nya lirih dengan suara melemah dan wajah pucat nya.
Tak!
Lagi-lagi pria itu menepis tangan gadis yang tengah meminta penjelasan atas sikap nya yang berubah.
Louise tak lagi bisa meraih tangan pria itu setelah di tepis, James mengambil kemeja nya dan beranjak keluar.
Blam!
Louise terkejut mendengar suara pintu yang di banting saat pria itu keluar, namun ia tak bisa menyusul, ia lebih memilih meringkuk sembari memegang perut nya yang terasa sakit setelah pria itu meniduri nya dengan cara yang sangat kasar.
"Aku melakukan kesalahan?" gumam nya lirih tanpa sadar menjatuhkan bulir bening nya.
"Kau mau ke mana? Perut ku sakit..." ringis nya berharap pria itu cepat kembali.
Namun di sekian lama malam mulai larut, pria itu tak kunjung kembali bahkan sampai gadis itu tertidur sendiri nya sembari menahan sakit di tubuh dan perut nya.
Pukul 03.34 am
Pria itu datang di dini hari, gadis itu sudah tertidur dengan mata bengkak karna menangis sebelum nya.
Wajah pucat dan tubuh yang meringkuk bagia busur panah, ia menatap wajah gadis itu mengelus nya pelan.
Deg!
Ia tersentak, semua kematian yang ia saksikan di depan mata nya kembali terulang, walau tak memerintahkan secara langsung namun ayah gadis itu lah yang menjadi tokoh utama di balik penyerangan keluarga nya walau mungkin tak sengaja sekalipun.
Tangan nya mengambil pistol dan memasukkan satu peluru di dalam nya lalu mengarahkan ke kepala gadis yang tak mengetahui kondisi saat ini.
James?
Gimana? Bagus kan?
Karna aku cantik?
Deg!
Dada nya terasa sesak, ia tak ingin gadis itu hidup namun ia juga tak bisa membunuh nya sama sekali.
Semua kenangan, senyuman, dan tawa yang sudah mereka buat membuat hati nya goyah, tangan bergetar dan ia menurunkan pistol nya.
"Benar, karna saat ini aku masih memiliki perasaan untuk mu jadi aku tidak bisa, tapi aku akan membuat menderita dan jika waktu nya sudah sampai aku juga akan menembakkan satu peluru pada mu," ucap nya lirih.
Kata-kata yang mungkin akan ia sesali nanti nya namun tertutup akan dendam yang sudah mendarah daging dan menjadi tujuan hidup nya saat ini.
...
Keesokkan pagi nya.
Louise mulai terbangun, seluruh tubuh nya masih terasa pegal sekaligus sakit, ia menoleh ke samping namun tak ada siapapun.
"Dia benar-benar tidak kembali?" gumam nya dan beranjak bangun.
Gadis itu pun mulai berjalan ke kamar mandi guna membersihkan diri nya.
"Darah?" gumam nya lirih saat melihat bercak di sprei putih itu begitu ia kembali setelah membersihkan diri nya.
Mata nya membulat sempurna, ia memegang perut nya dan takut jika terjadi sesuatu pada calon anak nya yang bahkan ayah nya sendiri belum tau.
"Kau sudah bangun?" ucap James saat melihat gadis itu yang tengah mengusap rambut basah nya dengan handuk.
Mata nya menatap ke arah sprei ranjang nya, ia tak ambil pusing karna mengira gadis itu hanya sedang datang bulan.
"James, it-"
"Mulai sekarang kita berhenti saja," potong pria itu bahkan sebelum membiarkan Louise menyelesaikan kalimat nya.
"Apa? Aku tidak salah dengar kan?" tanya Louise langsung dan kembali tak jadi mengatakan tentang kehamilan nya.
"Tidak, aku sudah bosan dengan mu." jawab pria itu dingin dengan wajah tanpa eskpresi sana sekali.
"Bosan? Maksud mu apa?!" tanya Louise mulai panik.
Perut nya saja masih terasa sakit namun pria itu sudah mengatakan hal yang mengejutkan nya.
"Kau bodoh? Tak mengerti bahasa? Kau sudah tidak seperti dulu, kau membosankan dan tidak punya gairah apapun lagi!" jawab pria itu tajam sembari menatap dengan sorot yang enggan.
"James?" panggil Louise dengan suara bergetar sembari mendekat ke arah pria itu.
Ukh!
Gadis itu meringis, rahang nya di cengkram kuat hingga membuat wajah nya menengadah.
"Jangan menganggap lebih diri mu, dari awal hingga akhir kau hanya mainan untuk ku, dan sekarang aku mulai bosan bermain dengan mu!" ucap pria itu dengan smirk nya yang seakan mentertawakan gadis itu.
"Mainan? Kau hanya menganggap ku seperti itu? Lalu semua yang kau bilang pada ku dulu?" tanya Louise lirih.
Dada nya terasa sakit, suara tercekat di tenggorokan dan air mata nya jatuh tanpa ia minta.
"Kau sungguh mempercayai nya? Lagi pula aku juga tak mau bermain dengan mainan yang sudah di pakai orang lain." ucap nya sembari menghempas cengkraman nya.
Tubuh gadis itu hampir terjatuh, ia sudah merasakan sakit saat baru bangun tidur tadi dan tentu nya kini tenaga nya sangat lemah.
Ia memegang nakas yang berada tak jauh dari nya agar tak tersungkur ke lantai karna hempasan kasar pria itu.
"Maksud mu?" Louise yang berusaha tetap bertanya walaupun suara nya berada di tengah tenggorokan.
"Havana Club, kau ingat saat aku menjemput mu disana? Dan bagaimana kondisi mu?" tanya James pada gadis itu.
Ia tau tak terjadi apapun malam itu, namun ia hanya ingin menyakiti gadis itu hingga mengungkit sesuatu yang menyakitkan bagi gadis itu.
"Tidak terjadi apapun saat itu," jawab Louise langsung.
"Mana ku tau kau jujur atau bohong, lagi pula sekarang aku tidak akan peduli lagi." jawab James tertawa yang seakan menganggap remeh gadis itu.
"Dan lagi kau sekarang semakin mudah, rasanya seperti bermain dengan wanita bayaran." ucap nya tanpa memikirkan perasaan gadis itu.
"Kau menganggap ku seperti jal*ng?" tanya Louise dengan suara tertekan dan serak.
"Kau yang mengatakan nya sendiri," jawab James dengan wajah dingin nya.
"Aku melakukan kesalahan?" tanya Louise sembari berusaha menahan air mata nya.
James mengubah senyum nya menjadi dingin, "Hm, kau melakukan kesalahan dan aku akan menghancurkan semua yang ada pada mu." ucap nya dengan sorot tajam.
Seperti yang pernah ia katakan sebelum nya, jika baginya memiliki darah yang sama juga merupakan kesalahan, karna gadis itu memiliki darah orang tua nya tentu nya bagi nya gadis itu juga bersalah.
Apa lagi saat memiliki kemungkinan jika bisa saja gadis itu menjadi penyebab di lakukan nya eksperimen manusia tersebut.
"Apa?! Apa kesalahan ku?!" tanya Louise pada pria itu.
James diam sejenak, ia memilih untuk memberikan data yang ia kumpulkan agar gadis itu tau sendiri tanpa perlu ia jelaskan.
"Kau seperti ini karna mantan pacar mu sudah kembali? Kau jadi membuang ku?!" tanya Louise lirih dengan tercekat.
James mengalihkan iris nya menatap iris gadis itu, ia tau jawaban mana yang bisa menghancurkan gadis itu.
"Hm, sekarang aku tidak memerlukan mu sebagai pelampiasan ku lagi." jawab pria itu dengan wajah dingin nya.
Louise membatu sejenak, air mata nya semakin luruh, dada nya terasa seperti di berikan hujaman tombak panas.
"Pelampiasan? Kau hanya menjadikan ku pelampiasan? Lalu semua yang kau katakan bohong?" tanya nya lirih dengan tersendat-sendat.
Entah mengapa hati nya begitu sakit mendengar perkataan tersebut.
Ia tak bisa menahan air mata nya, ia bahkan tak tau kenapa ia bisa menangis dan merasa sesakit ini padahal pria itu sedang tak memukuli nya sama sekali.
"Hm, aku hanya butuh tubuh mu untuk bersenang-senang," jawab James dengan datar, walaupun kebohongan namun ia bisa mengatakan nya seakan ia jujur.
Louise memejam mendengar nya, rasanya ia ingin menganggap pria itu hanya sekedar mengerjai nya saja, tapi mungkin jika pun hanya sekedar mengerjai nya, hal ini sudah sangat keterlaluan.
"Aku ingin tanya satu hal," tanya gadis itu dengan susah payah saat suara nya tak bisa keluar dari tenggorokan nya.
James menatap datar dan mata yang dingin pada gadis itu.
"Kau pernah mencintai ku? Bahkan hanya sesaat waktu kita bersama?" tanya Louise lirih dengan tangis nya yang terus meleleh.
"Tidak, aku tidak pernah menyukai atau memiliki perasaan untuk mu, bagi ku kau hanya mainan saja." jawab pria itu tanpa berpikir sedikit pun.
Deg!
Kali ini Louise tak lagi bisa menahan air mata yang sudah penuh di pelupuk nya, rasa nya dada nya semakin sesak mendengar jawaban dingin pria itu.
James membuang wajah nya, ia tak bisa melihat wajah pucat gadis itu yang tengah menangis sembari menahan suara tangis nya itu, ia pun memutar kaki nya dan ingin melangkah keluar.
"Kau tau?" ucap Louise dengan suara serak dan sulit karna tangis nya yang tercekat di tenggorokan nya.
"Perasaan ku sungguh-sungguh pada mu,"
"Semua yang ku lakukan itu tulus,"
"Aku..."
"Aku menyukai mu..." ucap nya lirih dengan susah payah walaupun dada nya terasa sesak hingga membuat nya tak bisa bernapas.
James tersentak, ia memegang erat gagang pintu kamar nya, namun ia tetap ingin melihat gadis itu terluka walau akan melukai nya juga.
"Karna itu kau jadi membosankan dan sama seperti wanita lain nya," jawab nya dingin tanpa menoleh dan keluar.
Blam!
Suara pintu yang beradu dengan kuat membuat gadis itu luruh.
Kaki nya tak sanggup lagi berdiri, ia terjatuh duduk di atas lantai, dada nya terasa sesak tangis nya tak ingin berhenti.
Ia merasa benar-benar di permainkan, semua rasa suka dan perasaan nya di injak pria itu tanpa ampun.
Tangisan nya luruh, saat pria itu keluar ia tak punya alasan lagi menahan tangis nya.
Mata nya beranjak ke perut nya yang masih rata saat ini, ia mengusap nya pelan. Ia merasa pria itu bahkan juga tak akan menginginkan anak yang berada dalam kandungan nya.
Sesak...
Ia tak bisa menahan rasa sakit di dada nya, rasa sesak yang meluap bagai kupu-kupu hingga membuat nya tak bisa bernapas dan terus menangis walau ia ingin berhenti.
Tidak apa-apa...
Kau masih punya aku, karna kau sudah datang aku akan menjaga mu...
Ayah mu...
Tidak menginginkan mu, dia memiliki orang lain di hidup nya...
Dia hanya akan menganggap kita sebagai pengganggu kebahagian nya...
Maaf...
Karna kau datang di perut ku, bukan orang tua lain yang mungkin sangat menginginkan mu...