Warning 21++
Dia adalah orang nomor satu di wilayahnya. Pemilik perusahaan The King Group, yang pusaranya sudah merambah ke berbagai negara. Namun, siapa sangka, kalau ternyata dia adalah sosok makhluk penghisap darah.
Tidak ada yang berani mengusiknya, iblis sekaligus raja neraka di bumi jagat raya. Kecuali satu, Genk manusia serigala adalah satu-satunya kumpulan makhluk yang paling membenci Kaisar.
Makhluk penghisap darah paling kejam, sekaligus vampir yang sulit di taklukan. Darah suci menjadi satu-satunya objek utama yang mereka perebutkan.
Namun, di ujung penantiannya, Kaisar justru mencintai gadis pemilik darah suci tersebut. Darah yang mengalir di tubuh manusia setiap seribu tahun sekali.
Akankah cinta membuat sang Kaisar mempertahankan gadis itu? Atau justru memusnahkannya, dan menjadikan dirinya abadi selama-lamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Rumah Sakit
Rumah sakit.
Beberapa dokter dan perawat dipinta untuk ikut menyambut kedatangan Kaisar. Sang pemilik rumah sakit, dimana tempat mereka bekerja.
Karena di perjalanan, sang asisten sudah menghubungi kepala rumah sakit, untuk menyiapkan ruang perawatan untuk seseorang.
Kepala rumah sakit tahu, jika Kaisar meminta hal itu, artinya ada anggota keluarga yang butuh perawatan. Karena selama ini, Kaisar tidak pernah membawa siapapun selain mereka.
Atau bahkan lelaki itu. Tidak, semenjak Kaisar ada, lelaki itu tidak pernah masuk ruang perawatan dengan alasan sakit. Entah memiliki kekebalan tubuh seperti apa, Kaisar tidak pernah tumbang.
Dokter saja sampai heran.
Dua orang perawat langsung mendorong brangkar begitu melihat mobil Kaisar menepi di depan sana.
Joni turun, lekas membuka pintu untuk sang Tuan. Sedangkan Kaisar memutar langkah, membuka pintu dan menggendong Airish menuju rumah sakit tersebut.
Semua orang yang ada disana tercengang. Bertanya-tanya, siapakah gadis yang ada dalam gendongan lelaki dingin itu.
Untuk pertama kalinya, Kaisar membawa orang lain. Selain, Tuan muda dan Nona muda Hadev.
Kaisar melintas dengan wajah datarnya, seperti biasa, tidak menanggapi sapaan mereka semua. Dengan hati-hati dia meletakkan Airish di atas brangkar. Menarik jasnya yang sempat dia balutkan di tubuh Airish, menutup bahu polos itu.
"Tuan, aku tidak apa-apa, kenapa harus dibawa ke rumah sakit?" Tanya Airish, dia hanya merasa luka ini kecil, cukup di oles salep pereda nyeri, ia yakin sakit di tubuhnya akan berangsur menghilang.
Ini berlebihan.
"Kau terluka, bukankah seseorang yang terluka harus dibawa ke rumah sakit?" Kaisar balik bertanya. Matanya menajam, dengan tangan yang ia masukan ke dalam saku celana.
Yang lain menunduk, merasakan aura mencekam. Lalu kembali dengan segala pemikiran di otak mereka. Menerka-nerka siapa sebenarnya Airish. Dan ada hubungan apa dengan Tuan mereka.
"Tapi ini luka kecil, hanya lebam tidak sampai berdarah." Protes Airish masih kekeuh.
"Mau kecil mau besar itu tetap luka, jika kau terus membantah, aku tidak akan memberimu ampun malam ini! Kita buktikan luka itu benar-benar sakit atau tidak." Cetus Kaisar, tak suka dibantah.
Membuat Airish seketika bungkam, meneguk ludahnya. Kalau sudah begini, apalagi yang bisa dia perbuat selain menuruti semua kata-kata lelaki itu.
Kenapa dia selalu mengancamku dengan hal itu sih?
"Tunggu apalagi? Bawa dia!" Sentak Kaisar, melihat semua orang terdiam.
Terdiam dengan pernyataan Kaisar yang baru saja terlontar. Malam ini? Memberi ampun? Kita buktikan? Ahh... Mereka pusing.
Akhirnya Airish dibawa ke ruang pemeriksaan, Kaisar sama sekali tak meninggalkan ruangan, dengan setia dia berdiri di samping Airish.
Padahal tidak ada yang terlalu dikhawatirkan, tetapi sang dokter mengikuti saja semua yang diperintahkan lelaki gila itu, takut-takut sang Tuan akan memarahinya, atau bahkan bisa lebih dari itu.
"Apa dia perlu di rawat?" Tanya Kaisar datar, memandang ke arah gadis yang tengah melihat ke arah jendela, lengkap dengan bibir yang mengerucut.
Bikin malu saja, luka seperti ini apanya yang mau di rawat? Lagi pula kenapa tidak ada yang bisa melawanmu sih. Lihat, lihat dokter itu saja sampai gemetaran. Lelaki ini benar-benar menakutkan.
"Menurut Tuan bagaimana? Apa Nona ini perlu kami rawat disini beberapa waktu?" Balik bertanya dengan terbata-bata. Takut salah menjawab.
Kaisar ikut menatap tajam ke arah jendela, saat sebuah bayangan hitam melintas tiba-tiba. Ia ingin berlari kesana, tetapi sekuat mungkin dia menahannya.
"Tidak perlu, aku akan membawanya pulang!" Kaisar masih menatap lurus ke depan sana. Namun usahanya sia-sia, bayangan itu tidak lagi datang, entah sembunyi atau memang sudah menghilang.
"Kalau begitu saya akan mengambil salep pereda nyeri untuk Nona." Pamit sang Dokter yang mendapat anggukan dari Kaisar.
Sepeninggal Dokter tersebut. Kaisar mendekat, menghalangi pandangan mata Airish keluar sana, hingga akhirnya gadis itu memilih menunduk.
"Kenapa menunduk?" Tanya Kaisar, mengunci tubuh Airish dengan tangan kirinya.
Pelan, gadis itu mengangkat kepala. Hingga kedua netra itu kembali bertemu, bahkan pucuk hidung Kaisar nyaris menempel di pipi Airish.
Kenapa bola matanya berbeda.
Dada gadis itu kembali bedegub dengan kencang, hembusan nafas itu menampar wajahnya hingga bulu romanya kembali meremang.
Cukup lama, tetapi tidak terjadi apa-apa.
Dan detik selanjutnya, suara pintu terbuka menghentikan semuanya. Airish langsung mundur ke belakang, sedangkan Kaisar menarik diri dengan mata menatap nyalang.
Mereka yang tertangkap basah, kenapa sang dokter yang salah tingkah.
Tubuhnya kembali gugup, tangannya berkeringat dingin, diiringi tarikan nafas yang tak berhembus dengan normal.
Dengan langkah ragu, dan terus menundukkan kepala, Dokter wanita itu duduk di samping Airish.
"Dimana saja yang terasa sakit, Nona?" Tanya sang Dokter perhatian. Meminta Airish menunjukan semua lukanya, karena dia akan mengoles salep itu.
"Keluar, biar aku saja!" Pinta Kaisar, membuat sang Dokter yang tengah membuka salep sontak berhenti.
Tanpa bertanya atau membantah. Dia menganggukkan kepala, dan kembali meninggalkan kedua orang itu.
Setidaknya ini lebih baik, Dokter itu bahkan bisa bernafas dengan lega saat keluar dari ruangan tersebut. Ruangan terhoror dari pada kamar mayat.
Setelah pintu tertutup, Kaisar kembali mendekat ke arah Airish, duduk di sisi ranjang ia memberi perintah. "Buka bajumu!"
"Buk, buka?" Airish membeo dengan wajah terperangah.
Sedangkan Kaisar menghela nafas berat setelah beberapa detik memejamkan mata. "Cepat buka, atau aku yang membukanya!" Ancam Kaisar tak sabaran.
"Tapi aku malu." Lirih Airish, reflek menghalangi tubuh bagian depannya.
"Apa yang membuatmu malu? Bahkan aku telah melihat semuanya."
Cih, memangnya aku tidak boleh punya rasa malu. Lagi pula aku itu bukan kamu!
"Tapi ini berbeda, kita tidak sedang melakukannya." Airish berucap jujur, mulai malu-malu, dengan pipi merona merah.
Melipat bibir kedalam, berharap Kaisar mengerti dan menyerahkan salep itu kepadanya. Biar aku saja, dia ingin berteriak seperti itu, tapi tidak memiliki keberanian.
"Jangan memancingku, kau mau aku melakukannya disini? Begitu maksudmu?"
Sontak Airish mendelik, bukan itu maksudnya sialan!
"Apa? Kau berani menatapku seperti itu?" Sentak Kaisar marah, hingga ruangan itu bergema.
Airish langsung menunduk sambil menggeleng cepat.
Mengalah Airish mengalah, dia itu gila!
Lalu pelan-pelan dia membuka pakaian bagian atas, berbalik dan memperlihatkan punggung mulus yang tengah lebam itu pada Kaisar.
Dan detik selanjutnya, Airish merasakan sesuatu yang dingin menyapa kulitnya. Kaisar benar-benar melakukannya dengan sangat lembut, tak membuat Airish meringis, apalagi kesakitan.
Hingga lama kelamaan, tangan besar itu mulai merayap ke depan. Menyentuh bulatan indah itu dengan nakal, hingga pucuk itu menegang.
Bedebah sialan!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sepulang dari rumah sakit, mereka langsung menuju rumah utama. Kaisar mengatakan bahwa tidak ada yang perlu diambil dari rumah kontrakan itu. Semuanya akan dia ganti dengan yang baru.
Tetapi Airish masih merengek ingin kesana, karena ada sesuatu yang tertinggal, sesuatu yang paling berharga peninggalan sang ibu.
"Nanti pergi bersamaku." Ucap Kaisar final, dan Airish hanya mampu mengangguk sebagai jawaban.
Hingga tak berapa lama kemudian, mobil itu sukses berlabuh di depan halaman luas rumah utama.
Semua orang menyambut kedatangan mereka, tak terkecuali seseorang yang baru saja datang. Dia berlari keluar begitu Kaisar dan Airish melangkah berdampingan.
Seketika senyumnya mengembang, dengan mata yang berbinar-binar.
"Kak Airish." Panggilnya girang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suara siapa itu?
Visual tidak aku ubah yah, sama dengan Menjadi Simpanan CEO. Airish 🌹