Kalian semua adalah keluarga yang paling berarti dalam hidupku. Bersama kalian, aku merasa lengkap, aman dan dicintai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menyayangi kalian. Kalian adalah rumahku dan aku akan selalu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonlightaura09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga
Di dalam mobil, Gerson yang duduk di kursi belakang bersama Erni, membuka percakapan dengan semangat.
Gerson : Dek inget nggak tadi pagi kamu bilang pengen nyobain restoran baru? Gimana kalau kita langsung ke sana aja sekarang?
Erni : ( sedang memainkan ponselnya, mendongak dan menatap Abang Gerson dengan antusias ) Wah, boleh juga tuh! Aku juga udah penasaran banget sama tempatnya bang.
Alanz : ( sedang fokus menyetir, menimpali ) Boleh aja sih, asal jangan terlalu malem ya. Abang ada meeting penting besok pagi.
Gerson : ( sambil mengelus - elus perutnya ) Tenang aja, Bang. Kita nggak bakal lama - lama kok. Lagian, aku juga udah laper banget nih.
Erni tiba - tiba terdiam, lalu menatap kedua abangnya dengan ragu.
Erni : Tapi gimana kalau Ayah nyariin? Kan biasanya kita makan malam bareng bang.
Alanz : ( melirik Erni sekilas, lalu menjawab dengan tenang ) Ayah tadi udah telepon, katanya ayah pulang agak telat karena ada kerjaan yang harus diselesaiin. Jadi, kayaknya kita nggak bisa makan malam bareng ayah deh.
Erni : ( dengan nada lega ) Oh, gitu ya bang. Ya udah deh, kalau gitu kita jadi aja makan di restoran barunya.
Gerson : ( sambil mengacungkan jempol ) Nah, gitu dong! Semangat!
Alanz tersenyum tipis melihat kedua adiknya yang begitu bersemangat. Ia merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama mereka, meskipun hanya sekadar makan malam di restoran baru.
Alanz : ( sambil menaikkan kecepatan mobilnya ) Oke, kalau gitu kita langsung meluncur ke TKP ya.
Sepanjang perjalanan, mereka bertiga bercanda dan tertawa bersama. Gerson menceritakan lelucon - lelucon lucu yang membuat Erni dan Alanz terpingkal - pingkal. Erni juga menceritakan kejadian - kejadian menarik yang dialaminya di kampus.
Alanz hanya mendengarkan sambil tersenyum, sesekali menimpali dengan komentar - komentar singkat. Ia merasa bahagia bisa melihat kedua adiknya tertawa lepas. Baginya, kebahagiaan mereka adalah yang utama.
Tak terasa, mereka pun tiba di depan restoran yang dimaksud. Restoran itu terlihat mewah dan elegan, dengan lampu - lampu yang berkilauan dan dekorasi yang indah.
Erni : ( dengan mata berbinar - binar ) Wah, tempatnya keren banget!
Gerson : Iya, bener! Nggak salah deh kamu ngajak kita ke sini dek.
Alanz memarkirkan mobilnya di tempat yang telah disediakan, lalu keluar dari mobil. Ia membukakan pintu untuk Erni dan Gerson, lalu menggandeng mereka menuju ke pintu masuk restoran.
Pelayan : ( sapa pelayan dengan ramah ) Selamat datang di Wangbijib Myeongdong, Tuan dan Nona.
Alanz : ( dengan sopan ) Selamat malam. Kami sudah reservasi atas nama Jeon.
Pelayan : ( sambil mengantar mereka menuju ke meja yang telah dipesan ) Baik, Tuan. Silahkan ikut saya.
Suasana di dalam restoran begitu nyaman dan romantis. Alunan musik lembut mengalun di udara, menciptakan suasana yang menyenangkan. Alanz, Gerson dan Erni sedang menikmati hidangan mereka dengan lahap, sesekali bercanda dan tertawa bersama.
Tiba - tiba di tengah keasyikan mereka, seorang wanita cantik dengan gaun merah menyala memasuki restoran. Matanya menyapu seluruh ruangan, seolah mencari seseorang. Wanita itu adalah Luna, mantan pacar Alanz yang sudah lama tidak bertemu.
Luna terkejut saat melihat Alanz duduk di salah satu meja, tampak begitu bahagia bersama seorang wanita muda yang cantik. Luna tidak mengenali wanita itu dan pikirannya langsung dipenuhi dengan kecurigaan.
Luna : ( gumam Luna pelan, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ) Alanz?
Luna mendekati meja Alanz dengan langkah anggun namun penuh amarah. Ia berhenti tepat di depan meja mereka, memasang ekspresi dingin dan sinis.
Luna : ( dengan nada sinis ) Alanz Jeon? Nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini?
Alanz mendongak, terkejut melihat Luna berdiri di depannya. Ia langsung merasa tidak nyaman, apalagi saat melihat ekspresi marah di wajah Luna.
Alanz : ( tanya dengan nada dingin ) Luna? Apa yang kamu lakukan di sini?
Luna : (sambil menunjuk Erni dengan tatapan merendahkan) Harusnya aku yang tanya, Alanz. Apa yang kamu lakukan di sini dengan wanita ini?
Erni yang merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut, menatap Alanz dengan bingung. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Pertanyaan Luna membuatnya merasa bersalah, seolah - olah ia telah melakukan sesuatu yang salah.
Alanz yang menyadari ketidaknyamanan Erni, segera bertindak. Ia menarik tangan Luna dan membawanya menjauh dari meja mereka.
Alanz : ( dengan nada tegas ) Kita perlu bicara.
Luna menolak untuk pergi begitu saja. Ia berusaha melepaskan genggaman Alanz sambil terus menatap Erni dengan sinis.
Luna : Aku tidak percaya kamu bisa melakukan ini padaku, Alanz. Setelah semua yang telah kita lalui bersama!
Alanz tidak menghiraukan perkataan Luna. Ia terus menariknya hingga mereka berdua berada di luar restoran. Di sana, mereka mulai berdebat dengan suara yang semakin meninggi. Sementara itu, di dalam restoran Erni dan Gerson masih terpaku di tempatnya.
Di luar restoran, Alanz dan Luna terlibat dalam pertengkaran yang semakin memanas. Luna dengan air mata yang mulai membasahi pipinya, terus berusaha mencari tahu alasan mengapa Alanz tiba - tiba berubah sikap.
Luna : ( suara bergetar ) Alanz, apa ini alasan kamu mutusin aku? Aku sangat mencintai kamu, Alanz. Aku mohon, jangan pernah pergi dari hidupku.
Alanz : ( berusaha tetap tenang, menjawab dengan nada datar ) Aku gak bisa bersamamu lagi, Luna.
Luna : (semakin histeris. Ia mencengkeram lengan Alanz dengan erat ) Apa karena perempuan yang ada di dalam itu? Siapa perempuan itu sampai kamu mengabaikan aku?
Alanz : ( menarik napas dalam - dalam. Ia tidak ingin Luna tahu tentang Erni ) Itu bukan urusanmu dan gak ada sangkut pautnya dengan wanita yang ada di dalam. Dan jangan pernah kamu mengganggu dia, ngerti?
Luna terkejut mendengar jawaban Alanz. Ia tidak menyangka Alanz bisa berkata sekasar itu padanya.
Luna : Jadi, kamu lebih memilih perempuan itu daripada aku? Apa yang dia punya yang tidak aku punya?
Alanz tidak menjawab. Ia hanya menatap Luna dengan tatapan kosong. Dalam hatinya, ia merasa bersalah karena telah menyakiti Luna. Namun, ia juga tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia sudah tidak lagi mencintai Luna.
Luna : ( dengan suara memelas ) Aku mohon, Alanz. Beri aku kesempatan sekali lagi. Aku janji akan melakukan apa saja untuk membuat kamu bahagia?
Alanz : ( menggelengkan kepalanya ) Maaf, Luna. Ini sudah keputusan final. Aku tidak bisa bersamamu lagi.
Setelah mengucapkan kata - kata itu, Alanz berbalik dan meninggalkan Luna sendirian di luar restoran. Ia kembali masuk ke dalam restoran dan menghampiri Erni dan Gerson.
Alanz : ( dengan nada menyesal ) Maaf ya, sudah membuat kalian tidak nyaman.
Erni : ( sambil tersenyum ) Tidak apa - apa abang aL. Kita mengerti.
Alanz membalas senyuman Erni. Dalam hatinya, ia merasa lega karena Erni tidak marah padanya. Ia sangat menyayangi sang adik. Dia sengaja tak pernah menceritakan tentang adik perempuannya kepada siapa pun, termasuk Luna. Ia ingin melindungi Erni dari segala macam masalah dan bahaya yang mungkin timbul jika orang lain tahu tentang keberadaannya.
Gerson, yang sedari tadi hanya diam, merasa bingung dengan sikap Alanz. Biasanya, Alanz akan sangat marah dan terpancing emosinya jika berurusan dengan Luna, mantan kekasihnya. Namun, kali ini Alanz terlihat begitu tenang dan terkendali. Gerson hanya bisa ikut tersenyum, meskipun dalam benaknya penuh dengan pertanyaan.
Gerson : ( dengan nada hati - hati ) Abang Alanz, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa abang bisa setenang ini menghadapi Luna?
Alanz menghela napas. Ia tahu cepat atau lambat, Gerson pasti akan bertanya tentang hal ini.
Alanz : ( dengan nada misterius ) Sebenarnya, ada banyak hal yang belum kamu tahu tentang aku dan Luna.
Gerson : ( semakin penasaran ) Maksud abang aL apa?
Alanz : ( sambil melirik ke arah Erni. Ia tidak ingin Erni mendengar percakapan mereka ) Nanti akan aku ceritakan semuanya. Tapi tidak sekarang.
Gerson mengangguk mengerti. Ia tahu Alanz pasti punya alasan tersendiri untuk merahasiakan sesuatu. Ia memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut dan menunggu Alanz siap untuk bercerita.
Sementara itu, Erni hanya bisa mendengarkan percakapan kedua kakaknya dengan bingung. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Namun, ia juga tidak berani bertanya karena ia tahu Alanz pasti akan memberitahunya jika sudah waktunya.
Malam itu, suasana di antara ketiga bersaudara itu terasa aneh dan penuh dengan rahasia. Mereka bertiga berusaha untuk menikmati sisa malam itu sebaik mungkin, meskipun dalam hati masing - masing menyimpan pertanyaan yang belum terjawab.