"Aku ini gila, tentu saja seleraku harus orang gila."
Ketika wanita gila mengalami Transmigrasi jiwa, bukan mengejar pangeran dia justru mengejar sesama orang gila.
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
indentitas mengejutkan
Tiga hari sudah berlalu dengan aman damai, Ruby selalu masak dan makan bersama Xui layaknya ibu dan anak. Mereka makan dan menikmati ketenangan yang ada, sungguh bahagia karena ada tanaman sayur, buah dan palawija di taman samping paviliun.
Ruby sedang makan bola-bola pisang atau cengkodok Upin Ipin di gazebo dekat air terjun bersama dengan Xui. Saat ini mereka sudah menggunakan pakaian mahal layaknya seorang bangsawan, padahal mereka ini asal-usulnya tidak jelas tapi aura bangsawan menguar begitu pekat.
"Entah kenapa kau terlihat seperti pangeran, jangan-jangan Ayahmu pangeran?." Ujar Ruby.
"Jika benar, sepertinya mustahil aku bisa bertemu." Lirih Xui.
"Tenang dan jangan sedih, kita bisa melakukan banyak sandiwara untuk menjebak pria tampan itu ... ekhem, maksudku Ayahmu." Ruby keceplosan.
"Hahahah, apa menurut Ibu Ayahku itu tampan?." Xui terkekeh lucu.
"Iya, melihat dirimu yang tumbuh dengan tampan tentu saja Ayahmu pasti tampan kan?." Ujar Ruby.
"Benarkah? aku tampan?." Xui terlihat insecure.
"Astaga kau itu tampan, bahkan sangat manis dan menawan. Tidak ada laki-laki biasa dengan tampang sepertimu, kau memang bibit unggul. Makanya aku akan menerjang Ayahmu dan mendekapnya sampai mati." Ruby keceplosan lagi.
Eh?
"Hahahahahahahaha." Xui tertawa dengan puas, entah kenapa Ibunya ini sangat lucu sekali.
kepakkepak~~
Burung merpati putih datang dan nangkring di samping gazebo, Ruby melihat ada surat yang terselip di kaki burung itu. Dengan hati-hati dia mengambilnya dan menerbangkan kembali burung itu.
Ruby membuka gulungan kecil disana dan membacanya dengan seksama. Matanya berbinar-binar dan dia merasa keberuntungan hidupnya sudah terpakai semuanya.
"Ada apa? Ibu terlihat bahagia." Ucap Xui.
"Hehehehe, kau tau? ternyata Ayahmu benar-benar orang gila." Ucap Ruby tersenyum smirk.
"A-apa?." Syok Xui.
"HHahahahahha, aku ini gila tentu saja seleraku juga orang gila!!!." Teriak Ruby kegirangan.
Xui mengambil kertas itu dan membacanya, dia melotot dan merasa terguncang dengan serangan fakta yang ada. Ternyata dulu Ibunya tidak berbohong, dia benar-benar anak Orang gila dan kini bahkan Ibunya ikutan gila.
isi surat :
Fang Rui, adalah pangeran pertama Kekaisaran Fanglin yang pernah di culik saat berusia 12 tahun. Dia di temukan di pinggiran kota kumuh sebagai gelandangan di usia 17 tahun, saat kembali ke istana dia terlihat gila dan tidak waras. Karena reputasinya sebagai pangeran buruk, Kaisar menugaskannya ke Medan perang garis depan. Sayangnya bukannya tewas sebagai tumbal, dia justru kembali dengan pribadi yang lebih gila. Dia suka membunuh orang dan terus berteriak "Istri" seperti orang gila. Merasa kegilaan pangeran semakin menjadi, Kaisar pun mengasingkan Fang Rui ke daerah terpencil di bawah tebing curam.
Ciri-ciri terakhir kali , berambut hitam panjang, tatapannya tajam, berkulit gelap, tinggi lebih dari 200cm, badannya kekar menakutkan.
"Ibu..... bagiamana ini? bukankah gila itu menurun?." Xui jadi takut gila.
"Memang iya? artinya kau akan jadi gila, itu bagus." Ruby malah mendukung.
"Ibu, ini bukan waktunya bercanda." Kesal Xui, dia sedang merasa frustasi.
"Kadang orang gila jauh lebih waras dibanding orang waras. Intinya, kita akan menjemput Ayahmu yang malang itu." Ucap Ruby.
"Tapi dia gila, bagaimana jika dia membunuh kita." Xui tidak setuju.
"Tidak, tenang saja karena Ibumu ini juga gila." Ucap Ruby.
"Tapi apakah dia masih hidup?." Xui merasa ragu.
"Kita akan tau setelah mencari tau, tapi melihat ciri fisiknya seharusnya dia tampan setelah di mandikan." Ucap Ruby.
"Apa sudah pasti dia Ayahku?." Xui tentu saja ragu.
"Kita akan tau setelah melihatnya, bayangkan jika dia benar-benar Ayahmu. Memangnya kau tega melihat Ayahmu gila hidup sendirian di tempat terpencil?." Ujar Ruby.
"Kasihan.... tapi dia juga sudah membuat Ibu menderita dan berimbas padaku." Lirih Xui.
"Ini dugaanku ya, melihat dia yang selalu menyebut kata "Istri" sepertinya yang dia maksud adalah Ibumu. Mungkin dia melakukan tindakan keji itu saat dia berusia 17 tahun, tapi Ibumu memilih kabur karena tidak suka pada Ayahmu yang seperti orang gila. Intinya tidak ada yang salah, memang takdir yang membuat kalian seperti ini." Ucap Ruby.
Akhirnya Xui mengangguk, dia akan mencari kebenaran tentang dirinya. Jika benar Ayahnya adalah orang gila, tidak apa-apa karena dia sudah hidup dengan baik bersama Ibunya.....yang juga gila.
Satu Minggu kemudian, Ruby sudah mengantongi alamat lengkap Fang Rui saat ini dengan harga yang cukup mahal. Dia dan Xui sudah bersiap melakukan perjalanan dengan menunggang kuda, Ruby bisa naik kuda dia ini multitalenta hanya saja minusnya kurang waras.
Mereka pergi membawa perbekalan secukupnya dan senjata untuk pertahanan diri di situasi darurat. Perjalannya cukup jauh karena berada di wilayah terpencil sisi paling barat wilayah Fanglin.
Ruby dan Xui beberapa kali transit untuk istirahat, memperkirakan waktu agar tidak melewati hutan saat malam hari. Karena di zaman ini hewan buas masih banyak sekali, bahkan ada hewan roh yang menakutkan.
Satu bulan perjalanan melewati gunung, lembah, sungai, hutan, kebun bunga, bebatuan terjal hingga memerlukan jalan memutar menggunakan kuda. Akhirnya mereka sampai di tebing yang di maksud.
"Ada di bawah sana." Ruby mengintip bawah tebing yang tertutup awan.
"Bagaimana cara kita turun?." Xui merinding.
"Kita cari jalan memutar untuk ke bawah sana." Ajak Ruby.
Mereka memutar dan mulai turun ke bawah sana, merasa berdebar akankah mereka menemukan pria yang mereka maksud? atau justru bertemu hal menakutkan di bawah sana?.
Tinggal beberapa kaki sampai di dasar tebing, hujan deras tiba-tiba turun. Ruby dan Xui mengikat kuda mereka dan berteduh di dalam gua yang ada di sekitar.
Baru saja duduk dengan nyaman, suara Geraman dan bau anyir menyeruak. Ruby mematung sedangkan Xui sudah bersiap melawan meskipun dia juga takut.
"Pistol." seru Ruby.
Senapan Laras pendek muncul, Ruby buru-buru mengarahkan pistol ke arah macan loreng itu dan menarik pelatuk dengan akurat tepat di kepala.
Dor
bruk
Macan itu langsung tumbang dengan kepala berlubang, Xui melihat dengan tercengang. Suara ledakan dan tiba-tiba macan itu tumbang, benar-benar terlihat seperti panah tak kasat mata.
"Apa itu semacam panah?." Tanya Xui.
"Bukan, namanya senapan panas. Berfungsi menembakan peluru besi dengan tenaga dorongan ledakan, ini bisa membunuh orang dari jauh melebihi panah." Ruby mengembalikan pistol itu ke dalam kalungnya.
Xui tidak banyak bertanya, dia masih mencoba memahami sifat aneh dari ibu barunya ini. Meskipun begitu, ternyata Ruby bisa diandalkan.
Mereka berteduh dan bermalam di gua karena merasa lelah, esok paginya hujan sudah berhenti dan mereka melanjutkan perjalanan ke bawah. Sampai di bawah ,rupanya ada sungai yang jernih dan gubug sederhana di tengah-tengah Padang rumput yang luas.
"Apa dia tinggal disana?." Ruby berdebar.
"Bayangin udah gue susulin jauh-jauh, ternyata aslinya jelek. Apa gue ngga gila beneran, semoga aja pria gila ini tampan dan mempesona." Batin Ruby.
Ruby dan Xui menuntun kuda mereka mendekat ke arah gubug kecil itu. Setelah mengikat kuda, mereka memberi salam dengan sopan.
"Permisi, apa ada orang?." Suara Ruby menggema.
tak
tak
Jantung Ruby serasa berhenti berdetak. Dia mematung tidak percaya melihat apa yang ada di hadapannya, bahkan Xui sudah bersembunyi di balik punggung Ruby karena takut.
Di depan Ruby, ada seorang pria berbadan kekar, berotot, tinggi lebih dari 200cm, kulitnya sedikit gelap karena terbakar matahari, tatapannya tajam namun sendu dan kosong. Wajahnya tampan sekali tanpa bulu, pria sempurna dengan tatapan kosong yang menakutkan.
klangg--
Pria yang di duga Fang Rui menarik pedang panjang dan besar, matanya menatap menakutkan. Ruby dan Xui beringsut mundur, sepertinya cukup sulit mengajak bicara orang gila ini.
"Berhenti, aku istrimu." Ucap Ruby.
Deg.
"Istri?." Suara yang terdengar lirih dan penuh kekosongan.
"Benar, turunkan pedangmu. Aku datang bersama Putra kita." Ucap Ruby, berusaha tidak takut karena dia juga sama-sama orang gila.
"Putra." Tatapan pria itu mulai tertuju pada Ruby, setelah tadi menatap kosong.
"Xui... beri salam pada Ayahmu." Ruby sudah yakin, karena wajah pria di depannya wujud dari ketampanan sempurna milik Xui.
Xui muncul dari balik punggung Ruby, matanya bertatapan langsung dengan sosok yang di duga Ayahnya. Mata Xui memanas, merasakan ikatan batin antara keduanya apalagi wajah mereka yang mirip.
"Ayah." Suara Xui bergetar.
Klang
Blam
Fang Rui melepaskan pedangnya ke tanah, tanah bahkan sampai bergetar dengan bunyi gedebuk, menandakan pedang itu sangatlah berat, tangannya gemetaran menatap ke arah Xui. Ruby menatap pertemuan mengharukan itu dengan berkaca-kaca.
"Aduh ini kalo bisa keluarin hp udah aku rekam dari segala sisi." Batin Ruby, dia sudah gagal saat berkali-kali hendak mengeluarkan ponsel.