Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Siapa Yang Menghamilimu
Dicecar seperti itu oleh orang yang beru dikenal, membuat Aika sedih. Dia kembali meneteskan air mata tanpa bisa ditahan. Bukan maksud cengeng atau lebay, tapi bayang-bayang kecewa karena diputuskan Yoda kemarin di sebuah kafe, membuat hatinya hancur dan sakit.
Yoda pernah berjanji akan membawa hubungan itu serius, bahkan sebulan yang lalu dia pernah berkata bahwa akan mengajaknya tunangan. Tapi, kenyataan yang Aika terima lain. Ternyata Yoda justru akan bertunangan dengan orang lain, seorang dokter.
Tiba-tiba isak tangis itu keluar tanpa dipaksa, seperti keran air yang sudah dol tidak ada penghalang yang menutupinya. Lahat terpaksa menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia jadi kelabakan gara-gara gadis patah hati di sampingnya.
"Ya ampun," dengusnya bingung. Dengan kesabaran setipis kulit ari, Lahat mencoba memahami dan membiarkan gadis itu menumpahkan rasa sakit hatinya di sana. Lagipula Lahat juga merasa ikut terharu, mungkin saja beban gadis itu lebih berat darinya yang akhir-akhir ini mendapat tekanan dari sana-sini untuk cepat menikah, terutama dari rekan-rekan dekatnya.
"Hiks, hiks, hiks." Kini isak itu menjadi tangisan. Lahat benar-benar bingung harus apa.
"Ya ampun, Dik. Sudah dong, Abang harus bagaimana agar kamu bisa diam?" ujar Lahat, nada bicaranya sedikit lembut. "Huuuhaaaahhh." Lahat kemudian menarik nafasnya dalam, berusaha sabar menunggu Aika berhenti menangis.
"Aku memang tidak ada bandingannya dengan dokter itu. Aku hanya perempuan biasa, tidak punya gelar atau intelektual. Dia tinggi, cantik, putih dan seorang dokter," bisiknya dalam hati membandingkan dirinya dengan perempuan dokter itu. Sungguh Aika kalah jauh kalau dibandingkan, dia sama sekali tidak ada apa-apanya.
Mungkin hal itu pula yang membuat Yoda berpaling pada perempuan itu, terlebih katanya mereka dijodohkan, bahkan kedua orang tuanya sudah saling kenal lama.
"Aku memang bagai langit dan bumi dengan dokter itu, Kak. Tapi, kenapa caramu mengakhiri hubungan ini begitu kejam? Kamu hadirkan perempuan lain di hadapanku yang status sosialnya lebih tinggi dari aku. Jelas aku kebanting dan kalah. Jika memang itu pilihanmu, aku bisa terima perlahan-lahan. Tapi, caramu seperti kemarin dengan menghadirkan perempuan di hadapanku langsung, seakan-akan aku begitu rendah di matamu. Kenapa tidak dari awal-awal kamu lakukan ini? Dan kini, tiba-tiba kamu datang menghadirkan dia disaat harapanku padamu begitu besar?" lamun Aika lagi begitu dalam, sampai dia tidak sadar bahwa di sampingnya ada pria yang sedang kesal.
"Ihhhh, perempuan kalau patah hati memang seperti ini kali. Sampai dia tidak sadar ada makhluk di sampingnya sedang ngoceh atau kesal. Pantas saja dia tadi mau bunuh diri, rupanya jiwanya itu entah ke mana, kosong. Untung saja aku melihat, kalau tidak, dia bisa jadi mayat, geger deh itu jembatan. Lagipula ngapain gadis ini mau bunuh diri, wajahnya juga lumayan cantik. Sepatah hati itukah diputuskan cinta? Sayang banget kalau mati sia-sia gara-gara patah hati."
"Gila, bisa jadi ada hal yang lebih parah, makanya dia mau bunuh diri. Aku yakin gadis ini sudah hamil duluan, ditinggal cowoknya, jadi otaknya buntu mau ngapain. Kemudian jalan terakhir bunuh diri," gumam Maslahat lagi, sembari membuka pintu mobil dan keluar. Ia menuju kap depan, dan bersandar di sana sembari menyesap rokok jarcok yang masih ada.
"Ampun, aku keluar mobil saja dia tidak sadar. Ok, aku sabaran kamu, ya, Dik. Nangislah sepuasnya. Padahal kamu itu pakai hijab, Dik, masa iya sih imanmu selemah itu? Tapi, bukankah imannya seseorang tidak dilihat dari hijab atau penampilannya? Kadang yang hijab atau nggak hijab sama bobroknya, atau malah sebaliknya."
Maslahat masih ngedumel gara-gara gadis itu masih saja menangis entah karena apa.
Hampir lima belas menit, akhirnya Lahat kembali ke dalam mobil. Ia harus segera mengantarkan Aika dan motornya ke alamat Aika.
"Sudah nangisnya?" tanya Lahat menatap sekilas ke samping, lalu kembali ke setir. Aika tidak menjawab, dia malah meringis, karena pria di sampingnya terlihat sangar, bicaranya penuh tekanan, seperti orang yang ngebentak. Gimana ia mau nyaman atau bisa duduk tenang di dalam mobil yang kurang nyaman itu?
"Sudahlah, kalau kamu mau membisu, tidak masalah. Tapi, tolong, sebelum mobil ini jauh, katakan di mana alamat jelasmu. Aku juga mau antar motormu nyuruh orang," desak Lahat geregetan.
"Alamatku di jalan Toscha." Akhirnya Aika menyebutkan alamat rumahnya. Ada senyum lega di bibir Lahat. Dengan yakin, ia segera menghubungi seseorang sebelum kembali menjalankan mobilnya.
"Nah gitu dong, harus bisa diajak kerja sama. Jangan mewek melulu," ujar Lahat lagi. Aika tersentak, setiap ucapan pria di sampingnya benar-benar tidak ada kelembutan sama sekali. Kesannya sangar, apalagi wajahnya yang selalu ditutup masker, bisa dibayangkan sangar dan menakutkan. Aika tiba-tiba bergidik membayangkannya.
"Kenapa?" Lahat tiba-tiba mendongak dan heran melihat Aika bergidik, dia khawatir kalau gadis itu mau kesurupan atau bahkan pingsan.
"Illahi robbi, selamatkan jiwa-jiwa yang hampa ini," celoteh Lahat sembari memutar setirnya. Mobil kembali melaju dengan perlahan.
Aika mulai tidak nyaman lagi, perasaan sakit hati itu lagi-lagi muncul kembali. Harusnya kemarin itu dia cakar muka Yoda sampai berdarah biar dia puas. Tangannya kini asik mengepal melampiaskan rasa marah yang mengganjal besar.
Kepala Aika mulai pening, terlebih suara di jok paling belakang sejak tadi sungguh mengganggu, seperti mur yang terlepas dari bautnya. Belum lagi benturan tabung gas melon yang kosong, membuat suasana di dalam mobil berisik, sehingga membuat Aika mual. Tapi dia masih bisa menahannya. Tapi lama-lama rasa mual itu kian menjadi.
"Oek, oek."
"Eehhh, kenapa? Kamu mual? Tuh kan sudah kuduga, kamu ini sedang isi. Ya ampun, aduh, gimana nih menangani perempuan bunting?" Lahat terkejut dan bingung melihat Aika tiba-tiba mual-mual dan mau muntah.
"Ini nih, kantong kresek. Kamu turun dulu, lalu muntah di dalam kantong. Jangan muntah sembarangan, kasihan orang lewat nanti kena muntahan kamu." Lahat memberikan kantong kresek yang kebetulan ada di dalam mobilnya, lalu menyuruh Aika turun.
Aika turun dari mobil lalu muntah di sana. Tapi, tidak ada yang keluar dari mulutnya sampai ia memutuskan untuk masuk kembali masuk ke dalam mobil.
"Sudah?"
Aika mengangguk dan duduk kembali di dalam mobil, kaca mobil dia biarkan terbuka, karena kalau terbuka, dia tidak terlalu merasakan mual.
"Perut kamu sepertinya harus di isi. Baiklah, kita mampir dulu ke rumah makan. Kamu harus makan dulu," ujar Lahat seraya melajukan kembali mobilnya.
"Dik, jujurlah. Laki-laki mana yang telah menghamilimu? Biar abang kejar agar dia bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat padamu," desak Lahat di sela-sela dia menyetir. Aika memejamkan mata, kepalanya tambah pusing mendengar ocehan Lahat seperti itu yang lagi-lagi menuduhnya hamil.
Mobil itu berjalan dan berhenti saat menemukan sebuah rumah makan sederhana.
Judulnya sudah saya ganti "Pelabuhan Cinta Sang Sersan Buluk (Bujang Lapuk), menurut kalian gimana, cocok gak ya?
Jangan lupa, mumpung hari ini Senin, bagi yang masih punya vote, jangan lupa vote karya Author ya. Tapi bagi yang tidak punya tidak apa-apa kok.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄