NovelToon NovelToon
Gadis Dari Utara

Gadis Dari Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Pengawal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: moonlightna

SEASON 1!

Di balik luasnya wilayah utara, setelah kematian Duke Xander. Desa Valters hampir punah dan hancur.

Desa Valters desa yang tidak mengetahui titisan Xander...

Daren... seorang gadis berambut perak, di buang dan dibesarkan sebagai prajurit di barak utara yang ilegal. Tanpa identitas ia tidak tahu siapa dirinya, hanya tahu bahwa hidupnya adalah tentang bertahan.

Namun, saat pasukan Kekaisaran menyerbu barak utara. Ada nama yang dibisikkan. Xander Estelle. Ada mata-mata yang mulai memperhatikannya. Dan di ujung dunia, dari reruntuhan wilayah Utara yang dibekukan oleh sejarah, sesuatu yang mengerikan mulai bergerak.

Hidupnya mulai bergerak menuju takdir yang tak pernah ia minta. Tapi mungkinkah hidupnya juga akan berubah… menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan?

Di tengah perubahan hidup dan pengakuan darahnya, adakah sosok yang membuatnya semakin kuat? seseorang yang menantangnya untuk berdiri, meski dunia ingin menjatuhkannya?

Happy reading 🌷🌷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonlightna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ANAK DARI TANAH SALJU

Langit Istana Timur terlihat pucat, seolah cahaya matahari pun ragu menyentuh marmer putih yang menghiasi dinding-dinding kekuasaan. Dari jendela menara pelatihan, bangunan megah itu menjulang bak labirin tak berujung dipenuhi lorong-lorong sunyi, cermin emas, dan bisikan intrik.

Meski barak utara telah dibubarkan, dan para petingginya digiring sebagai tahanan Kekaisaran, teka-teki terbesar belum terpecahkan: Identitas lengkap Daren.

Dokumen-dokumen lama tak menampakkan jejaknya. Hanya ada nama. Tidak ada akta kelahiran, tidak ada catatan keluarga. Semua yang menyangkut asal-usulnya telah dilenyapkan oleh tangan licik, seseorang yang bekerja dalam senyap, rapi, dan berbahaya.

Kekaisaran, sebagai pusat dari seluruh kerajaan, tidak bisa bertindak gegabah. Setiap langkah harus disertai bukti. Dan tanpa bukti, tidak ada nama yang bisa dikembalikan ke silsilah bangsawan.

Para petinggi Kekaisaran telah menetapkan: untuk sementara, Daren tidak akan diakui sebagai anak bangsawan dan hanya sebagai prajurit kecil.

Keputusan itu menggantung sunyi, seperti bayangan panjang di ujung senja. Ia tidak ditolak, tapi juga tidak diterima. Ia berada di antara: bukan rakyat biasa, bukan pula darah biru yang sah.

Bahkan dalam kemenangan atas barak gelap itu, ada ketakutan yang lebih dalam: bahwa kebenaran tentang dirinya mungkin terlalu besar untuk diungkapkan dengan terburu-buru.

Dan Kekaisaran… bukanlah tempat yang terbiasa bergerak dengan gegabah.

Segalanya harus menunggu.

Dan Daren harus menunggu bersama luka, diam, dan segala rahasia yang belum menemukan suara.

Daren berdiri di pelataran barak elit, rambut peraknya terikat rapi, pakaian baru berwarna kelabu membalut tubuhnya yang kurus tapi kokoh. Tidak ada sambutan. Tidak ada senyum.

Hanya tatapan dingin dari para pengawal muda yang sudah lebih dulu dibentuk di bawah gemblengan istana.

“Dia budak dari Utara, ya?” bisik seorang murid laki-laki, mata menyipit menatap Daren dari atas sampai bawah.

“Kenapa kaisar membawanya kemari?”

Sementara itu, Fyona yang berjalan di belakang Daren menggigit bibir, canggung. Seragam magang tabib yang ia kenakan tampak kebesaran, tapi matanya tetap menyorot penasaran. Ia lebih waspada pada tatapan-tatapan itu dibanding Daren.

Tapi Daren tak bergeming. Langkahnya ringan, tapi teguh, seakan paham bahwa setiap lantai yang diinjaknya adalah medan tempur.

Di malam hari, setelah upacara penyambutan singkat. Bukan penyambutan lebih seperti pemeriksaan, para murid baru dipisahkan.

“Nama: Daren...” ucap Kanel dengan nada datar, membolak-balik lembaran daftar di tangannya.

“Penerima langsung dari perintah Kaisar. Tempatkan di sel barak militer, ruang C, sektor timur.”

“Sendiri?” tanya seorang asisten Kanel, heran.

Kanel mengangguk. “Kamar tunggal. Bukan karena kehormatan, tapi karena... dia masih kecil.”

Fyona menoleh dengan cepat. “Aku bisa..."

"Temanmu bilang kau bisa menyembuhkan,” potong Karin, pelatih muda wanita yang merupakan seorang guru bagi anak-anak tabib. Memiliki rambut coklat seperti warna emas dan mata yang berwarna coklat.

“Ruanganmu di paviliun timur laut. Dekat rumah obat.”

" Tapi... " Fyona hendak memprotes. Tapi Daren menatapnya sebentar. Tak berkata apa-apa. Hanya seulas pandang tenang yang berkata.

"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri,"

Mereka berjalan ke arah berlawanan di lorong bercahaya lilin. Langkah mereka memudar, tapi beban di punggung Fyona kian berat.

"Daren..." Fyona berbalik, memeluk Daren.

Air mata mengalir di pipinya. "Aku akan mengunjungi kamarmu." tangan kecil Fyona yang lembut memeluk tubuh Daren dengan erat.

Daren membalas pelukan Fyona. Sahabat yang selalu ada di sampingnya, susah senang selalu bersama untuk saling melengkapi.

"Jaga dirimu baik-baik," Kata Daren, mengusap air mata Fyona.

Karin menarik napas lembut, merasa iba melihat mereka. "Kalian tidak akan berpisah, hanya terpisah kamar,"

Mereka berlalu pergi, berjalan di lorong yang berbeda untuk menempuh kehidupan baru di istana. Istana yang entah akan merubah hidup mereka atau sebaliknya.

Kamar Militer C – Sektor Timur

Ruangan itu sempit, Sedikit hangat dan cukup rapi.

Tempat tidur kayu di alasi kasur tipis yang sedikit empuk, sebuah meja kecil, dan rak kosong. Dinding batu bata tanpa warna memantulkan hawa dingin malam, dan satu-satunya jendela kecil menghadap ke pelataran tempat latihan.

Mata Daren sedikit takjub, melihat kamar itu. Ia dapat memiliki kamar sendiri, kamar yang jauh lebih baik dari barak militer yang berada di utara.

Daren meletakkan tas kecil berisi satu pasang baju cadangan dan catatan lusuh dari masa latihannya dulu. Ia tidak menyalakan lampu, hanya duduk di tepi ranjang dan memejamkan mata.

Jantungnya masih berdetak pelan, namun mantap.

Tempat ini sedikit ramah. Tapi bukan yang terburuk.

Aku masih hidup. Dan itu sudah cukup untuk hari ini.

Matanya terpejam namun pikiranya di penuhi banyak pertanyaan.

Mereka menyebut nama margaku... apa mereka tahu orang tuaku?

Di luar kamar, suara barisan malam menggema. Dunia terus bergerak, dan Daren tahu: istana bukan tempat menunggu belas kasihan. Tapi tempat bertahan, mencakar... atau binasa diam-diam.

Suara langkah kaki yang mantap terdengar di lorong itu. Kanel berada di depan pintu kamar Daren.

"Daren," panggilnya.

Dengan cepat Daren bangkit, merapikan pakaiannya agar terlihat baik.

"Iya tuan," Jawab Daren tegas namun tenang. Nada bicara dan perilakunya berbeda dengan anak-anak seusianya. Anak-anak yang bersekolah, belajar menulis, memakan makanan yang sehat dan mendapat pelukan malam sebelum tidur.

"Makan malam sudah siap, turunlah," Kata Kanel, lalu berlalu pergi.

Langkahnya terdengar menurun... datar, berat, namun tidak penuh wibawa seperti biasanya. Komandan Kanel berjalan perlahan menyusuri lorong batu yang kosong, bayangannya terpantul samar di dinding yang diterangi obor.

Langkahnya sedikit sayu.

Bukan karena tubuhnya letih. Tapi karena dadanya.... penuh sesak oleh sesuatu yang tak bisa ia keluarkan sejak bertahun-tahun lalu.

Dia tak menoleh lagi ke kamar di belakangnya, tapi pikirannya masih tertinggal di sana. Pada gadis kecil dengan mata biru yang harusnya hangat, namun kehangatan itu tidak terpancar.

"Xander... matanya sangat mirip denganmu," katanya lesu, menyeder pada dinding batu. “Kau masih hidup, Xander…” bisiknya sendiri, suaranya seperti angin musim dingin yang kehilangan arah.

“Anakmu... telah menjadi bayanganmu yang hidup, ”

                "Deran Virana Estelle."

1
Hatus
Kasihan banget Daren, masih bayi tapi cobaan hidupnya berat banget😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!