Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Rasa Khawatir
Defandra masih berdiri menatap Kamila sampai pada saat dirinya mau meminta Kamila berhenti, di saat itu pula tubuh Kamila terlihat lunglai dan nyaris jatuh pingsan.
"Kamila!" pekik Defandra yang langsung menarik tubuh Kamila ke pelukannya.
Tidak membuang waktu lagi, Defandra mengangkat tubuh Kamila dan berteriak meminta obat pada Bibi untuk mengobati luka di jari Kamila .
"Cepat bawa ke kamar!" tegas Defandra pada Bibi yang sudah mebawa kotak obat di tangannya.
Vivian yang mendengar suara Defandra, keluar melihat Defandra membawa Kamila kamar, hal itu membuat Vivian merasa kesal dan iri karena dirinya hanya ditempatkan di ruang tamu sementara Kamila dibawa ke kamar Defandra.
"Arghhh! wanita itu benar-benar telah merebut posisiku!" dengan mengepalkan kedua tangannya, Vivian kembali ke kamar dan memecahkan gelas yang ada diatas nakas.
PRAAANKKK....
Meskipun pecahan gelas itu berbunyi sangat nyaring, namun suara tidak sampai terdengar ke kamar Defandra yang jaraknya cukup jauh.
"Bibi... Buatkan teh manis hangat, cepat." sambil membalut luka di jari telunjuk Kamila, Defandra memberi perintah. Defandra benar-benar merasa panik melihat bibir Kamila yang pucat pasi.
Setelah itu, Defandra mengambil handuk kecil dan air es untuk mengompres mata Kamila. Namun baru saja handuk kecil itu menempel di kedua mata Kamila, Kamila kembali menyingkirkannya.
"Kamila..." lirih Defandra.
"Ini yang kamu inginkan kan, jadi biar kan saja."
Mendengar itu, Defandra terdiam. Memang benar karena dirinya Kamila seperti itu, tapi kenapa sekarang hatinya merasa kasihan padanya.
"Ini Tehnya Tuan..." suara Bibi mencairkan ketegangan yang tengah terjadi antara Defandra dan Kamila.
Tidak ingin di tolak lagi oleh Kamila, Defandra melangkah mendekati Bibi dan berbisik untuk memastikan Kamila meminumnya. Setelah itu Defandra meninggalkan Bibi dan Kamila di kamarnya.
Sementara Defandra termenung di balkon kamar, Defandra mulai bimbang memikirkan apa yang sebenarnya di inginkan hatinya. Disatu sisi Ia ingin membuat Kamila menderita tapi disisi lain hatinya merasa kasihan dan tidak tega melihatnya menderita, terlebih kini Kamila tengah hamil tua.
"Hhhuuuffffttt..." Defandra menghela nafas dan kembali masuk ke kamar setelah termenung lebih dari tiga puluh menit. Namun Defandra menjadi panik saat tak melihat Kamila diatas tempat tidurnya.
"Kamila..." lirihnya dalam hati, sambil mencari Kamila di kamar mandi. Defandra menjadi panik saat melihat Kamila duduk di lantai sambil berusaha berdiri.
"Kamila, apa kamu jatuh?" tanya Defandra membantu Kamila berdiri.
Dengan mata yang masih memerah, Kamila hanya diam menahan perutnya yang terasa nyeri akibat jatuh terduduk di lantai. Meskipun hatinya madih merasa kesal pada Defandra tapi Kamila tak ada pilihan lain selain membiarkan Defandra membantunya.
"Kenapa tidak memanggilku kalau mau ke kamar mandi?" tanya Defandra setelah menurunkan Kamila di ranjangnya.
Sebelum Kamila menjawab, Bibi datang memberitahu jika Vivian tengah menangis manggil-manggil nama Defandra.
"Pergilah," ucap Kamila dingin.
Meskipun merasa ragu, Defandra meninggalkan Kamila dan datang ke kamar Vivian.
Setelah sampai di kamar Vivian, Defandra melihat Vivian menangis memegangi kakinya yang berdarah terkena pecahan gelas.
"Defandra... mataku masih sakit untuk melihat, tadi aku mau ke kamar mandi tapi tak sengaja aku menjatuhkan gelas, dan kakiku... hiks... hiks..."
Melihat pecahan gelas masih bersetak di lantai, sementara Bibi sendiri yang memberitahu jika Vivian menangis memanggilnya, Defandra menjadi marah dan berteriak memarahi Bibi yang sedari tadi berdiri di belakangnya.
"Bibi... kenapa tidak membersihkan pecahan gelas ini, lihat kaki Vivian jadi terluka!"
Bibi hanya menurut patuh, membersihkan pecahan gelas tersebut meskipun hatinya merasa kesal pada Vivian yang tadi melarang ketika Bibi ingin membersihkan.
Bersambung...
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊