Perkenalan Mia dan Asril berawal dari sosmed dan tidak butuh waktu lama, mereka pun menikah tapi sayang pernikahan mereka hanya seumur jagung itu disebabkan oleh hadirnya Ida mantan istri dari Asril. yang sedang hamil dari laki laki lain namun laki laki itu tidak mau bertanggung jawab sehingga Ida menjebak Asril agar bisa menikah dengannya. apakah nantinya kebusukan Ida terbongkar? dan apakah Asril dan Mia bersatu kembali? yuk kita baca bersama sama kelanjutan cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur leli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lamaran
"loh, cucu nenek tertidur, pasti kecapekan nih," terdengar suara Bu Nur dari teras rumah.
"iya nih Bu," sahut Asril yang menggendong Tara masuk ke dalam rumah.
Bu Nur pun mengikuti Asril dari belakang, "Gimana kencan pertamanya berhasil tidak?" belum juga Asril membaringkan Tara di tempat tidur, Asril sudah di cecar pertanyaan oleh ibunya.
"sebentar ya Bu, Asril baringkan Tara di tempat tidur dulu ya," dengan hati hati Asril membaringkan Tara di tempat tidur dan membiarkan Tara tertidur.
Asril dan Bu Nur keluar dari kamar Tara dan menuju ruang tamu, dan tampak pak Ari sudah berada di situ. Asril mengambil posisi duduk di hadapan ibu dan ayahnya.
"ayah, ibu, dua Minggu lagi Asril ingin melamar Mia, Asril harap ibu dan ayah bisa ikut datang kerumah Mia."
"bisa," sahut serentak orang tua Asril dengan gembira.
"tapi, Mia ini hanya seorang art, apakah ibu dan ayah bisa menerimanya untuk jadi menantu di rumah ini?" ucap Asril perlahan.
"kami tidak memandang dari segi apa pun, yang penting Mia bisa menyayangi Tara layaknya anak sendiri dan bisa setia kepadamu" ucap bu Nur disertai anggukan pak Ari.
Setelah mendapatkan restu dari orang tuanya, Asril sangat bahagia. Asril semakin mantap untuk melamar Mia menjadi istrinya.
***
"Bu, dua Minggu lagi mas Asril dan keluarganya akan datang kerumah untuk melamar ku," Mia menatap wajah ibunya.
Bu Siti yang sedari tadi duduk terdiam kini memalingkan wajahnya ke Mia dengan ekspresi terkejut.
"apa? Asril ingin melamar mu? Kamu yakin dengan dia?"
terdengar suara bu Siti yang khawatir.
"apa kamu sudah mempertimbangkannya,nak? kita dengan dia berbeda, dia orang berada sedangkan kita hanya orang sederhana." bu Siti mencoba memberi pengertian.
Mendengar perkataan ibunya membuat Mia merasa sadar akan posisinya, Mia hanya terdiam dan menunduk kedalam sehingga bulir bening itu lolos begitu saja.
"cobalah, nak. kamu pikirkan lagi ....," ucap bu Siti dengan nada datar dan berlalu beranjak dari tempat duduknya.
Mia hanya menatap nanar ke arah bu Siti yang berlalu dari hadapannya.
Bu Siti bukan bermaksud melarang Mia menikah lagi hanya saja Bu Siti tidak ingin pernikahan Mia yang ke dua ini gagal lagi.
Karena mendengar perkataan bu Siti membuat Mia tidak lagi membalas pesan dan menerima panggilan dari Asril.
"woy, galau amat sih, jangan galau galau lah" ledekan Anto tidak di gubris oleh Asril.
Asril trus menatap layar ponselnya, dia menunggu balasan dari Mia. Namun, usaha kan telepon, balasan pesan saja pun mia tidak berikan. Itu sebabnya yang membuat Asril galau.
"kenapa? kamu punya masalah sama Mia? Wajar sih, namanya juga mau nikah pasti ada aja cobaannya," Anto menepuk nepuk pundak Asril.
"masalahnya aku pun tidak tahu, karena terakhir ketemu kami tidak ada masalah dan terakhir berkirim pesan pun tidak ada masalah juga." tutur Asril.
"ya wes, nanti malam temui Mia dirumahnya dan tanya sebabnya mengapa dia seperti ini!"
"iya makasih ya sarannya." ucap Asril yang sedikit lega setelah menerima masukkan dari sahabatnya.
Asril sengaja tidak mengirimi pesan ke Mia, kalau dia akan datang ke rumah Mia.
"mas Asril sudah tidak menghubungi atau mengirimi aku pesan lagi" gumamnya sambil menatap layar ponselnya. "maafkan aku ya, mas." lirih Mia.
Mia sebenarnya merasa bersalah karena tidak memberitahukan penyebab berhentinya komunikasi antara mereka. " tapi, mungkin dengan cara ini bisa membuat Asril menjauhinya" pikir Mia.
"Mia, mengapa kamu tidak membalas pesan atau menjawab panggilan telepon dariku? apa salahku?"
Sontak perkataan Asril itu membuat lamunan Mia buyar seketika.
"kamu disini mas?" betapa terkejutnya Mia saat Asril ada di hadapannya.
"iya, aku kesini ingin mengetahui apa kesalahan yang aku perbuat sehingga kamu menjauh dariku?"
"sudahlah sebaiknya kamu pulang saja!" pinta Mia yang tampak menahan tangis.
"aku tidak mau pulang, sebelum kamu mengatakan kesalahanku." Asril menolak dengan suara yang bergetar.
"baiklah, kamu tidak bersalah. Aku yang salah telah berani masuk di kehidupanmu, tanpa berpikir status ekonomi kita."
"apa maksud perkataanmu? Aku tidak paham." Asril mengerutkan dahinya dan terus menatap wajah mia.
"aku dan kamu itu sangat berbeda, aku takut nanti orang tua dan keluarga besar mu tidak menyetujui pernikahan kita." tutur Mia dengan air mata yang sudah terus mengalir.
"jadi, permasalahannya ini, yang membuat hubungan kita berjarak,?" kamu jangan khawatir tentang itu. kedua orang tuaku menyetujui pernikahan kita.
Mendengar perkataan Asril membuat bu Siti bersuara yang sedari tadi hanya diam dibalik jendela. "masuklah, kalian jangan berbicara di luar rumah!" Asril dan Mia beradu pandangan dan mengikuti perintah bu Siti.
Setalah Asril dan Mia sudah duduk di ruang tamu, bu Siti melemparkan pertanyaan ke Asril, "apa benar orang tuamu setuju dengan pernikahan kalian?" tatapannya tertuju ke Asril.
"benar, Bu. Saya bermaksud datang ke mari untuk meminta langsung restu dari ibu." ucap Asril tegas.
"saya sudah meminta restu kepada orang tua saya dan mereka merestui hubungan kami, dan dua Minggu lagi saya akan membawa keluarga saya untuk melamar Mia." tutur Asril dengan serius.
"tapi, kamu tahukan? Mia ini seperti apa? Dia hanyalah seorang art? sedangkan kamu sudah mapan dari segi ekonomi." tatapan bu Siti tidak lepas dari wajah Asril.
"Asril paham Bu, ketika kami nanti sudah menikah. Mia tidak akan Asril izinkan untuk bekerja lagi, cukup Asril saja yang bekerja untuk menafkahi."
Mia hanya mendengarkan percakapan antar ibunya dan Asril. Mia membiarkan ibunya untuk menguji seberapa besar niat Asril untuk menikahinya. Namun tampak begitu besar niat Asril untuk menikahi Mia.
"baiklah, ibu dan Mia akan menunggu kedatangan keluargamu untuk melamar Mia." ucapan bu Siti membuat Asril tersenyum sumringah.
"kalau begitu, Asril pulang ya Bu, sudah malam." Asril pamit ke ibu Siti. Dan melirik sekilas ke arah Mia, "tunggu aku ya dua Minggu lagi" ucap Asril lalu pergi meninggalkan rumah Mia.
"terima kasih Bu, sudah mempercayai Asril untuk jadi suami Mia." melihat bu Siti dengan sorot wajah sendu.
"ibu hanya bisa berdoa, semoga hubungan kalian selalu di ridhoi oleh Allah SWT." bu Siti mendekat dan memeluk Mia.
Selang dua Minggu kemudian.
acara yang di nanti nanti kan Asril dan Mia tiba. tampak keluarga Asril sudah memasuki pelantaran halaman rumah Mia. Halaman rumah Mia kini sudah terparkir tiga mobil pribadi milik keluarga Asril.
Tampak Asril yang turun dari mobil, sudah rapi mengenakan baju batik berwarna merah maron tangan panjang yang di setelkan dengan celana panjang keper hitam, senada dengan Tara.
"wih, ganteng tenan, sobatku ini" ledek Anto yang memukul pundak Asril dari belakang.
"iya dong, kalau ngak ganteng, mana mau Mia denganku" timpal Asril yang diselingi tawanya.
"sudah, sudah, ayo kita masuk, itu ibunya Mia sudah mempersilahkan kita masuk!" ajak bu Nur.
mereka pun masuk kedalam rumah Mia satu persatu. Acara lamaran pun di mulai.